ADAB-ADAB SEORANG PENUNTUT ILMU TERHADAP DIRINYA
Dewasa ini banyak di antara kita tidak begitu memerhatikan adab dan etika menuntut ilmu. Akibatnya ilmu yang didapatkan tidak membawa manfaat, bahkan membawa mudarat kepada dirinya sendiri maupun orang lain. seorang penuntut ilmu sudah semestinya memerhatikan adab dan etika tersebut dalam rangka menghiasi dirinya dengan ilmu. sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Ta’lim Muta’allim, “Ta’allam fa innal ‘ilma zainulliahlihi” yang artinya, tuntutlah ilmu, sesungguhnya ilmu itu penghias bagi pemilinya.
Dengan demikian, jelas sekali bahwa ilmu adalah penghias yang memperindah pemiliknya terutama dari segi batin. Sehingga ilmu itu akan merefleksikan akhlak yang mulia. akan tetapi, apa yang akan terjadi jika dalam menuntut ilmu, tidak disertai dengan akhlak dan adab-adab dalam menuntutnya? Saya rasa kita semua sudah tahu jawabannya yakni kehancuran dalam kehidupan. karena, imu itu ibrat pedang yang bermata dua, jika diarahkan kepada kebaikan tentunya akan memberikan faedah bagi kita, pun jika diarahkan kepada keburukan, jelas akan menimbulkan malapetaka.
Oleh sebab itu, penulis akan sedikit memaparkan beberapa adab atau etika bagi para penuntut ilmu, supaya mendapatkan ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat. adab tersebut antara lain:
- “Membersihkan hati dari kedengkian, dendam dan hasad serta jeleknya keyakinan atau akhlak agar dengan itu dapat menerima ilmu dan menghafalnya dengan baik.”
- “Memiliki niat yang baik dalam tholabul ilmi dengan bertujuan meraih keridhoan Allah Ta’ala dan mengamalkanya serta menghidupkan sunnah, menerangi hatinya dan mengisi batinnya.”
- “Bersegera untuk mencapai ilmu di waktu muda, jangan terpengaruh dengan tipuan orang-orang yang mengulur-ngulur (waktunya) karena setiap waktu yang telah lewat dari umur tidak ada penggantinya.”
- “Merasa cukup dengan makanan yang didapat dan pakaian yang dimiliki meski telah usang. Kesabaran atas kesulitan hidup akan meraih keluasaan ilmu.”
- “Membagi waktu malamnya dan siangnya, serta memanfaatkan sisa umurnya, sebab umur yang tersisa itu tiada taranya. Waktu yang paling baik untuk menghafal adalah waktu sahur (menjelang subuh), dan untuk mempelajari sesuatu adalah pagi-pagi, adapun untuk menulis adalah pertengahan siang sedang untuk menela’ah dan mengulang pelajaraan adalah malam hari.”
- “Mengurangi waktu tidur selama tidak membahayakan badan dan pikirannya, (hendaknya) waktu tidur tidak lebih dari delapan jam sehari dan semalam.”
- “Diantara sebab terbesar yang dapat membantu agar (selalu) sibuk dengan ilmu dan tidak bosan ialah makan dengan kadar yang ringan dari yang halal, karena banyak makan dapat mendorong untuk banyak minum kemudian menyebabkan banyak tidur dan kebodohan.”
- “Menumbuhkan sikap waro’ dalam segenap urusannya dan berusaha agar makanannya, minumannya, pakaiannya dan tempatnya (senantiasa) halal.”
- “Seorang tholabul ilmi sepatutnya tidak bergaul kecuali dengan orang yang dapat memberinya faedah atau dapat mengambil faedah darinya.”
- “Menjauhi perkara yang sia-sia dan main-main serta majlis-majlis yang dipenuhi dengan tertawa dan hal yang tiada guna. Tidak mengapa untuk menghibur jiwa, hati dan pandangannya dengan bertamasya ke suatu tempat, tidak mengapa pula menyegarkan kaki dan berolah raga badan.”
Demikianlah adab-adab menuntut ilmu, semoga kita dapat mengamalkannya, supaya kita mendapatkan ilmu yang berkah dunia dan akhirat.