ANALISIS CERPEN “PELARIAN GANG DOLLY” KARYA DIDIK SEDYADI BERDASARKAN TEORI STRUKTURALISME
Sinopsis
Cerpen yang berjudul “Pelarian Gang Dolly” karya Didik Sedyadi menceritakan tentang kehidupan seorang pelacur yang bernama Raeni yang kini kehilangan mata pencariannya karena lokalisasi gang dolly. Rani mempunyai seorang anak yang harus dibesarkan, namun Raeni tidak tau apa yang harus dia lakukan karena kini dia sudah tidak mempunyai pekerjaan lagi. Disaat bersamaan datanglah seorang laki-laki yang bernama Rotama, dia adalah mantan kekasih dari Raeni, yang dulu meningggalkan Raeni karena hamil. Kedatangan pria tersebut berniat mengajak Raeni untuk membina kehidupan baru yang bisa memperbaiki kehidupan Raeni dan anaknya. Namun Raeni tidak mau mangikuti ajakan pria tersebut.
Analisis Cerpen Berdasarkan Teori Strukturalisme
Ada beberapa unsur struktural dalam cerpen “Pelarian Gang Dolly” yang digunakan oleh pengaji dalam mengkaji cerpen ini. Unsur-unsur tersebut adalah alur, penokohan, latar, tema, dan amanat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian dibawah ini :
Tema
Tema adalah ide pokok pengarang dalam membuat suatu karya sastra yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tema pada cerpen ini adalah ketegaran seorang wanita. Seorang wanita yang mempunya pendirian yang kokoh, tidak mudah terpancing oleh rayuan-rayuan kenikmatan semata. Hal ini diperkuat oleh kutipan cerpen dibawah ini :
Rotama diam. Laki-laki itu menghela nafas dalam. Laki-laki itu berfikir akan kembali mengejar Raeni di waktu lain, tetapi bukan untuk diserahkan kepada sindikat. Ia sangat mengagumi Raeni yang begitu tegar dan kokoh dalam prinsip dan pendiriannya.
Tokoh dan Penokohan
1. Raeni
Raeni adalah tokoh utama dalam cerpen ini. Reuni adalah seorang wanita yang sederhana dan berkecukupan, terlihat dari kutipan cerpen dibawah ini :
Sepeninggal anaknya, Raeni termenung. Uang di dompetnya tinggal empat puluh ribu. Ia bingung dari mana unuk menyambung hidup berikutnya. Kehidupan di gang Dolly telah memberikan kebiasaan mendapatkan uang dengan mudah. Ketika Bu Risma telah memutuskan menghentikan kegiatan gang tersebut, banyak hal yang muncul sebagai sebuah efek. Termasuk yang dialami Raeni, salah satunya.
Namun di dalam keterbatasannya itu Raeni adalah sosok wanita yang tegar, sabar dan teguh pada pendiriannya,seperti yang terdapat dalam cerita :
Perlahan Raeni bangkit dari pembaringan. Kepalanya terasa sakit dan berat. Matanya sembab dan perih. Namun beban yang ditanggungnya lebih besar dibanding apa yang dirasakan fisiknya. Hanya ada satu motivasi yang selama ini untuk bertahan dengan keadaanya, anaknya, ia tak ingin anaknya terlantar. Jika toh apa yang dilakukannya dosa, ia siap menanggung akibat dosa itu demi anaknya. Sampai saat ini memang belum ada pilihan lain.
2. Bu Risma
Bu risma adalah tokoh bayangan, dia adalah seorang pemimpin daerah yang menutup kawasan Gang dolly. Bu Risma adalah seorang pemimpin daerah yang tegas. Lihatlah kutipan berikut :
Sebagian lagi memandang keputusan Bu Risma sebagai sebuah momen tepat jalan keluar dari tempat itu. Jika dulu-dulu Raeni ingin keluar tidak berani, sekarang mumpung ada kebijakan resmi, ia gunakan untuk segera memanfaatkan peluang itu
3. Artiti
Artiti adalah anak dari Raeni yang sekarng sudah duduk dikelas 2 SD, artiti adalah anak yang perhatian kepada orang tuanya, ini terlihat dari kutipan cerpen berikut :
“Ibuuu…… “ tiba-tiba Raeni dibangunkan dari pejaman matanya oleh teriakan Artiti yang dating membawa nasi bungkus.
“Oooh .. apa sayang? Kok nasinya dibawa pulang?”
“Titi ingin makan di rumah saja, bareng ibu.”
“Ooo …. iya, iya boleh …. ayo masuk. Kita makan di dalam.” ajak Raeni sambil menuntun anaknya.
Selain perhatian Artiti juga mempunyai sifat rasa ingin tau yang cukup besar. Seperti kutipan berikut :
“Ibu.. tadi di sana ada bapak-bapak termenung melihat ke rumah ini terus, ibu kenal?” tiba-tiba anaknya bertanya. Raeni terhenyak.
“Bapak-bapak yang mana?”
“Jaket merah. Tuh tadi setelah lama melihat ke sini, jalan ke ujung gang….”
“Jaket merah? Bawa tas kecil?”
“Iya benar. Ibu kenal?”
“Oooo tidak, Mungkin orang minta-minta…. sudahlah…. ayo makan.”
4. Rotama
Rotama adalah mantan kekasih Raeni, dia adalah pria yang kasar dan tidak bertanggung jawab, seperti pada kutipan di bawah ini :
Raeni hamil. Perempuan itu menyampaikan kepada Rotama, namun Raeni marah bukan kepalang ketika Rotama menggeleng.
“Kamu tidak mengakui ini anakmu?”
“Bukan masalah itu! Ternyata kamu perempuan murahan!”
Plak! Tangan Raeni menyambar pipi Rotama.
“Apa katamu? Murahan?! Enak saja kamu mengakan itu!”
“Perempuan yang kuat imannya adalah perempuan yang mampu menahan godaan laki-laki! Tidak seperti kamu!”
“Tama!”
Namun dengan bergulirnya waktu, dia adalah pria yang bertanggung jawab, perhatian dan tulus. Liahtlah kutipan berikut :
“Tidak Rae, aku ke sini tidak mau membelimu. Aku membayar ke ibu yang di depan hanyalah untuk tiket masuk. Aku ke sini dengan niat suci….”
“Apa? Hihihi…. niat suci? Sejak kapan kamu menjadi baik Tama?”
“Sejak aku ingat anakku. Aku ingin ketemu anakku… di mana dia?”
“Tidak. Aku tidak ingin anakku berfikiran kotor tentangmu.”
“Aeh, Rae! Jika dewasa, mau menikah, nanti dia butuh wali.”
“Dari mana kau tahu anakku perempuan?”
“Orang yang niatnya kuat, apa saja pasti ditempuh untuk mencari keterangan.”
“Okelaaah …. tapi anakku tidak butuh wali dari orang sepertimu!”
“Tapi aku ayahnya.”
Latar
Latar adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa. Latar yang dikemukakan berhubungan dengan sang tokoh atau beberapa tokoh. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan perwatakan. Gambaran situasi yang tepat akan membantu dan memperjelas peristiwa yang sedang dikemukakan (Suroto, 94:1989).
1. Latar Tempat
Latar tempat pada cerpen ini adalah kamar sewaan yang jauh dari kota Surabaya. Ini diperkuat oleh adanya kutipan berikut:
Sejak lokalisasi Dolly ditutup, migraine Raeni sering kambuh. Kemarin seharian wanita itu tergolek di kamar sewaan, jauh dari kota Surabaya.
2. Latar Waktu
Latar waktu adalah siang hari, seperti pada kutipan berikut :
Siang itu Artiti belum pulang membeli makanan.
Raeni yang sendirian di rumah mencoba dengan tertatih-tatih mencari minuman. Sebutir obat sakit kepala ia telan. Ia berharap migraine yang dideritanya hilang. Setelah itu mencoba ke luar ruangan di samping rumah utama. Kamar yang terpisah inilah yang ia tempati sebagai peneduhan sementara.
3. Latar Sosial
Latar suasana dalam cerpen ini adalah suasana kehidupan gang dolly. Berikut kutipannya :
Sejak lokalisasi Dolly ditutup, migraine Raeni sering kambuh. Kemarin seharian wanita itu tergolek di kamar sewaan, jauh dari kota Surabaya. Ia mendengar kabar tentang status teman-temannya sekarang. Banyak pilihan dan ragam yang dilakukan anak-anak Dolly. Ada yang mengambil pesangon sebagai modal usaha, ada yang mengambil pesangon untuk foya-foya dan mabuk-mabukan, ada yang menggunakan pesangon sebagai uang pangkal kordinator membuka usaha grup prostitusi terselubung di tempat baru. Ada yang menerima pesangon, kemudian menyewa kamar di tempat tertentu, tetapi masih membuka jasa prostitusi secara sendiri-sendiri. Ada yang menjadi perempuan panggilan. Ada yang memilih menjadi gundiknya cukong.
Alur
Alur yang terdapat pada Cerpen tersebut adalah alur maju, dimana pada tahap pertama, kita sebagai pembaca diberi perkenalan dahulu kepada Raeni dan kehidupannya setelah penutupan gang dolly. Kemudian pada tahap kedua, kita diajak mengikuti konflik yang terjadi antara Raeni dan manta kekasihnya Rotama yang tiba-tiba datang setelah lama mengihalng dan meninggalkan anak yang kini sudah besar, dan pada tahap ketiga, kita diberikan pelajaran yang berkisah Rotama pada cerita tersebut tak mampu membujuk seorang wanita yang kokoh dengan pendiriannya.
Amanat
Amanat yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah jalanilah kehidupan ini dengan penuh rasa tanggung jawab agar tidak menyesal di kemudian hari.