ANALISIS NOVEL SANGGARGURI PADA BAGIAN III ( KEMBANG JEMPIRING ) DENGAN MENGGUNAKAN TEORI EMILE DURKHEIM

Buku, Resensi

 

Novel sanggarguri adalah salah satu novel yang dikarang oleh pemuda Lombok berbakat yang bernama Lalu Agus Fathurrahman. Selain sebagai penulis novel, ia juga menulis puisi dan menekuni hobi melukis. Novel Sanggarguri pada bagian “Kembang Jempiring” ini menceritakan tentang perjalanan Fana bersama para sahabatnya dalam mencari Sembilan pasak bumi sebagai visi dan misi yang harus dipecahkan bersama untuk menegakkan Gumi paer Lombok. Novel sanggarguri pada bagian III “Kembang Jempiring” ini merupakan salah satu novel yang mengangkat tentang kebudayaan dan tradisi suku sasak yang dibumbui dengan sebuah perjalanan spiritual dalam mencari jati diri untuk bisa memiliki sikap hidup dan kearifan perilaku dalam mengemban kehidupan sebagai amanah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dalam novel Sanggarguri pada bagian “Kembang Jempiring” ada solidaritas sosial dalam masyarakat sasak yang terlihat sangat kental baik dalam menjalankan tradisi maupun dalam menjaga kearifan lokal. Novel sanggarguri pada bagian III “Kembang Jempiring” ini juga memuat kepercayaan-kepercayaan masyarakat tentang hal-hal gaib (mitos) yang ingin dibuktikan kebenarannya oleh lingkaran persaudaraan asah makna.

  • Cara Kerja / Metode

Dalam menganalisis novel Sanggarguri karya Lalu Agus Fathurrahman terlebih dahulu memantapkan pemahaman tentang teori solidaritas social Emile Durkheim yang akan gunakan untuk menganalisis novel ini. Yang dimaksud dengan solidaritas social oleh Emile Durkheim adalah suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Maksud dari definisi solidaritas social yang dikemukakan oleh Emile Durkheim diatas adalah masyarakat sebagai makhluk social yang terdiri dari individu-individu atau kelompok-kelompok yang memiliki kesamaan perasaan, budaya, tradisi, kepercayaan dan sentimen bersama yang membentuk hubungan emosional dan rasa saling memiliki atau saling ketergantungan satu sama lain sehingga terbentuklan solidaritas social dalam masyarakat tersebut.

  • Analisis

Tipe solidaritas sosial yang dikemukakan oleh Emile Durkheim dibagi menjadi dua yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Adapun solidaritas mekanik ini didasarkan pada suatu kesadaran kolektif yang menunjuk pada totalitas kepercayaan dan sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu. Tipe solidaritas yang demikian itu membahas tentang individualitas warga masyarakat yang tidak berkembang dan terus menerus dilumpuhkan oleh hukum-hukum yang mengekang warganya agar selalu mengikuti aturan atau hukum yang telah ada dikelompok itu.

Solidaritas organik terbangun kerena adanya pembagian kerja yang semakin rumit atau kompleks, dengan tingkat spesialisasi yang semakin tinggi. Dalam tipe masyarakat dengan tingkat pembagian kerja yang tinggi itu, adanya kepercayaan bersama tidak lagi menjadi lebih penting meskipun mungkin tetap bertahan. Kalaupun tetap pening kepercayaan bersama itu biasanya hanya hidup dan berlaku dalam lingkungan social yang sempit atau bahkan semakin sempit, yang tidak terlalu berpengaruh pada bangunan social secara keseluruhan. Didalam tipe solidaritas social organic ini lebih mementingkan kinerja individualitas dalah suatu kolektif karena telah terjadi pembagian-pembagian kerja untuk masing-masing individu meskipun masih dalam suatu kolektif sehingga tidak terlalu terikat dalam aturan-aturan secara kolektif namun lebih mengacu kepada aturan yang lebih spesifik pada individualitas.

Novel Sanggarguri pada bagian III “Kembang Jempiring” lebih cenderung menggunakan solidaritas social mekanik karena pada bagian Kembang Jempiring ini lebih merujuk pada kesadaran kolektif yang ditunjukan dengan adanya persatuan lingkaran persaudaraan asah makna, dimana para anggotanya masing-masing memiliki totalitas kepercayaan spiritual dan sentimen bersama. Anggota inti lingkaran asah makna ini merupakan sekelompok orang yang masih mempertahankan tradisi ritual-ritual tertentu secara khusus. Solidaritas social masyrakat sasak dalam novel Kembang Jempiring terbentuk karena kesamaan tradisi yang berbaiat atas nama pesaudaraan yang berawal dari individu-individu yang memiliki tujuan yang sama kemudian berkumpul dan membentuk sebuah lingkaran persaudaraan asah makna. Mereka disatukan oleh sebuah visi yang sama yakni perjalanan mencari Sembilan pasak bumi dan menegakkannya kembali serta mencari kebenaran tentang dewi anjani sang penjaga Kosmos Sasak. Lingkaran persaudaraan makna ini ingin mengembalikan gumi paer sasak yang tampaknya telah kehilangan marwah atau jati dirinya sehingga mereka ingin mempertahankan pranata budaya dan tidak ingin gumi paer sasak dikuasai oleh orang-orang luar yang akan meluluhlantakan sarana dan bahkan pranata budaya tersebut serta mempertahankan kearifan local yang menjadi kekuatan dalam anggota inti lingkaran. Lingkaran ini juga membentuk solidaritas social yang didasarkan pada kepercayaan hal-hal gaib seperti adanya Dewi Anjani yang akan mereka temui melewati batas dimensi manusia dan meyakini mimpi dari Dewi Anjani sebagai sebuah petunjuk untuk mencari Sembilan pasak bumi.

  • Simpulan

Dari analisis novel sanggarguri bagian III “Kembang Jempiring“ dengan menggunakan teori Emille Durkheim (masyarakat sebagai kesatuan intergratif yang mandiri) dapat diambil simpulan bahwa novel ini mencerminkan terjadinya solidaritas mekanik dalam kehidupan bermasyarakat dimana solidaritas sosial tersebut terbentuk karena adanya kesamaan tradisi, perasaan, keyaki


Tinggalkan Balasan