ANALISIS PUISI “PERNIKAHAN” MENGGUNAKAN STRATA NORMA

Resensi

ANALISIs PUISI PERNIKAHAN MENGGUNAKAN STRATA NORMA

  1. Latar Belakang

Dalam puisi kata – kata tidaklah keluar dari simpanan ingatan, kata – kata dalam puisi itu lahir dan dilahirkan kembali(dibentuk) pada waktu pengucapannya. Puisi sebagai karya seni itu puitis. Kata puitis sudah mengandung nilai keindahan yang khusus untuk puisi.

 

Sama halnya dengan puisi yang saya analisis ini, tidak hanya menggunakan kata – kata indah namun puisi ini juga sarat makna. Setiap manusia pasti ingin menikah, begitu juga dengan saya. Ketertarikan saya menganalisi puisi yang berjudul “PERNIKAHAN” ini karena berhubungan dengan kehidupan nyata, kehidupan yang entah itu kapan tapi pastinya suatu hari nanti, akan saya lalui.

 

Ketika saya menganalis lapis kelima, begitu lancar tapi hasil dari analisis tersebut tidak sesui apabila saya mulai menganalisis dari lapis 1 hingga ke 4. Bisa dikatakan jauh dari hasil renungan yang pertama. Maka dari itu, saya mohon maaf apabila hasil analisis dari saya ini banyak kesalahan.

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Isi/Pembahasan

“PERNIKAHAN”

Lelaki itu, sebuah taqdir

Perjalanan yang terbawa

Dari kisah para kembara

 

Biasa

 

Bila pagi telah tiba

Ia lari ke arah barat, menghindar

Deras panasnya cahaya fajar

Sambil coba menginjak – injak

Bayangan hitam kepalanya yang memanjang

 

Sendiri

 

Lelaki itu, siklus hidup

Karma Adam yang tercipta

Sebelum Hawa mengidamkan

Buah dosa yang pertama

 

Dari Sorga

 

 

  • Lapis 1 Suara (Sound stratum)

Puisi ini menggunakan Bahasa Indonesia. Baris pertama dari bait pertama disana ada bunyi vokal asonansi a dan i “Lelaki itu sebuah takdir”. Di baris kedua ada bunyi liquarda: r,l “Perjalanan”, dan ada pula asonansi a dan e: “Perjalanan-terbawa-kembara”. Adanya eofoni dalam bait pertama. Dalam bait kedua dan ketiga ada asonansi a : “Biasa – Bila – pagi – telah – tiba – Ia – lari – arah – barat – menghindar – deras – panasnya – cahaya – fajar – sambil – coba – menginjak – injak – bayangan –hitam – kepalanya – yang memanjang”. Pada umumnya dalam puisi ini, bunyi-bunyi yang dominan adalah bunyi vokal a dan i. Seperti yang terlihat dari bait 1, 2, 3, 4, 5 dan 6.

 

 

 

 

 

  • Lapis 2 Arti (units of meaning)

Dalam bait pertama, “ Lelaki itu sebuah takdir” berarti: menjadi seorang laki – laki merupakan kodrat, sebuah ketentuan dari tuhan. “ Perjalanan yang terbawa dari kisah para kembara”: kodrat yang bermula dari cerita – cerita pengalaman masa lalu.

 

Bait kedua, “Biasa”: seperti biasa.

 

Dalam bait ketiga, menunjukkan bagaimana kewajiban seorang lelaki. Bekerja keras tanpa letih untuk menafkahi keluarga dan dirinya sendri, meskipun hrus melewati banyak rintangan.

 

Bait keempat, “Sediri”: tegar, kuat dan pantang menyerah.

 

Bait kelima, “Lelaki itu siklus hidup” : sumber dari kelangsungan jenis manusia(kehidupan) laki – laki. “Karma adam yang tercipta”: asal mula kehidupan manusia bermula dari laki laki itu;adam yang mana kesalahan yang dilakukan adam berimbas pada terciptanya siklus kehidupan manusia. “Sebelum Hawa mengidamkan”: wanita menjadi pemicu adanya kehidupan, perumpamaaan dari hawa yang menginginkan adam melakukan hal buruk. “Buah dosa yang pertama”: kesalahan/perbuatan yang melanggar perintah tuhan (memetik buah dosa).

 

Bait keenam, “Dari surga” : adam dan hawa(manusia) sejatinya berasal dari surga.

 

 

  • Lapis ke tiga

Menurut saya objek yang dikemukakan dalam puisi ini adalah: “Lelaki, para kembara, barat, cahaya fajar, bayangan hitam kepalanya, Adam, Hawa, dan Buah dosa. Latar tempatnya: “pagi dan surga” dalam bait ketiga baris pertama: “Bila pagi telah tiba” dan bait keenam: “Dari Surga”. Pelaku atau tokoh: “lelaki , adam dan hawa”.

 

Lelaki sebuah takdir yang mana awalnya berasal dari kesalahan adam yang menurti keinginan Hawa untuk melanggar sesuatu yang dilarang. Hingga pada akhirnya keduanya diusir dari surga dan hidup dibumi. Dimana dibumi sukar untuk mendapatkan sesuatu tidak seperti disurga hingga adam diharuskan untuk tegar,kuat dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan kelurganya. Kesalahan adam berimbas pada terciptanya siklus kehidupan manusia selanjutnya.

 

 

 

  • Lapis keempat

Dipandang dari sudut pandang tertentu sosok leleaki itu penuh dengan arti. Terlihat dari kata – kata semua bait puisi tersebut. Bila pagi telah tiba (Bait ketiga), pada baris pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima menyiratkan pesan tentang bagaimana kewajiban seorang lelaki.

Bait kelima dan keenam menyatakan bahwa sumber dari kelangsungan jenis manusia(kehidupan) adalah laki – laki. “Karma adam yang tercipta”: asal mula kehidupan manusia bermula dari laki laki itu;adam yang mana kesalahan yang dilakukan adam berimbas pada terciptanya siklus kehidupan manusia. pada baris ketiga: “Sebelum Hawa mengidamkan”: wanita menjadi pemicu adanya kehidupan, perumpamaaan dari hawa yang menginginkan adam melakukan hal buruk. “Buah dosa yang pertama”: kesalahan/perbuatan yang melanggar perintah tuhan (memetik buah dosa). Jadi pada bait kelima ini si laki – laki ini menyesalkan kesalahan yang sudah terjadi.

 

  • Lapis ke lima

Menjadi seorang lelaki merupakan sebuah kodrat dari tuhan. Lelaki harus menjadi orang yang paling bertanggung jawab dan tauladan yang baik untuk kelangsungan hidup keluarganya karena dialah pemimpin atau imam dalam keluarga tersebut. Memang sudah menjadi kebiasaan bagi setiap umat yang menginginkan kesempurnaan hidup didunia dan diakhirat. Maka dari itu perjalanan hidup yang serba mengalami cobaan dan ujian, segalanya harus dilalui dengan kerja keras, kesabaran, petunjuk dan pengetahuan disertai ikhtiar dan usaha yang sungguh – sungguh.

 

  1. Simpulan

Dari puisi di atas dapat saya simpulkan bahwa asal muasal manusia itu tercipta karena kesalahan Adam yang mengikuti keinginan Hawa untuk melanggar perintah tuhan. Kemudian mereka berdua di usir dari surga dan hidup dibumi. Dimana dibumi itu mereka memulai hidup baru yang penuh dengan kesulitan dan cobaan hidup.

 

Maka menjadi seorang laki – laki diharuskan untuk tegar, kuat , berilmu dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan kelurganya dalam bekal hidup didunia dan diakhirat.


Tinggalkan Balasan