ANALISIS STRATA NORMA INGARDEN PUISI LAGU SUNYI UNTUK LUKMAN ASYA

Kepenulisan, Non Fiksi

kekosongan

“LAGU SUNYI UNTUK LUKMAN ASYA”

aku hanya menemukan ruang yang kosong pada tubuhmu
padahal sajak selalu bersamamu

jika saja aku tak dating pada petang itu
mungkin kau telah berada di rumah
menanam mawar di kebun belakang
atau mendongeng di ranjang
menidurkan istri dan anakmu

sebenarnya apa yang berada dalam tasmu
setiap pergi tak pernah tertinggal
tetapi waktu sempat kau tinggal

rahasiamu adalah rahasia gedung tua
yang tak bisa ditinggl dengan sia-sia

ke sukabumi mengirim kata
ke subang mengirim luka
ke mana-mana kau mengirim sajak

perjalananmu telah menuju kesunyian
yang kau cipta dari ulahmu
ketika ranjang telah ditinggalkan

perjalananmu telah menuju kesunyian
ketika tanah ayah kau tinggal di atas sajadah

1. Lapis bunyi

Dalam bait pertama, baris pertama ada asonansi a dan u ; dan selanjutnya baris kedua ada asonansi a dan u.
Dalam bait kedua, baris pertama ada asonansi a dan u ; selanjutnya baris kedua ada asonansi a dan u ; baris ketiga ada asonansi a ; baris keempat ada asonansi a ; baris kelima ada asonansi a dan i.
Dalam bait ketiga, baris pertama ada asonansi a dan e ; baris kedua ada asonansi a dan i ; baris ketiga ada asonansi a.
Dalam bait keempat, baris pertama ada asonansi a dan u ; selanjutnya pada baris kedua ada asonansi a.
Dalam bait kelima, baris pertama ada asonansi a dan I ; baris kedua ada asonansi u dan a ; baris ketiga ada asonansi a.
Dalam bait keenam, baris pertama ada asonansi a dan u ; baris kedua ada asonansi a dan u ; baris ketiga ada asonansi a dan i.
Dalam bait ketujuh, baris pertama ada asonansi a dan u ; selanjutnya pada baris kedua ada asonansi a dan i. jadi yang paling dominan dalam puisi “Lagu Sunyi Untuk Lukman Asya” adalah asonansinya, yakni asonansi a dan u.

2. Lapis arti

Dalam bait pertama, si aku hanya menemukan ruang kosong pada tubuh si mu walaupun sajak si aku selalu bersama si mu.
Dalam bait kedua, seandainya si aku tidak datang pada petang itu, mungkin si kau atau si mu telah berada di rumah menanam mawar di kebun belakang atau mendongeng di ranjang.
Dalam bait ketiga, si aku bertanya apa yang ada di dalam tas si mu, karena setiap kali si mu pergi, tas itu tidak pernah ia tinggalkan.
Dalam bait keempat, si aku menyatakan bahwa rahasia si mu adalah rahasia gedung tua yang tidak bisa ditinggalkan dengan begitu saja.
Dalam bait kelima, si aku atau si mu mengirim kata ke sukabumi, mengirim luka ke subang, dan mengirim sajak kemana-mana.
Dalam bait keenam, si aku menyatakan bahwa perjalanan si mu adalah perjalanan yang menuju pada kesunyian, kesunyian yang diciptakan dari ulah si mu sendiri.
Dalam bait ketujuh, si aku kembali menyatakan untuk yang kedua kalinya bahwa perjalanan si mu adalah perjalanan yang menuju pada kesunyian ketika si kau atau si mu meninggalkan tanah ayah di atas sajadah.

3. Lapis objek

Adapun objek-objek yang dikemukakan pengarang dalam puisi “Lagu Sunyi Untuk Lukman Asya” untuk membangun dunia imajinasinya adalah, tubuhmu, rumah, mawar, ranjang, istri, anakmu, tasmu, gedung tua, sukabumi, subang, ulahmu, dan sajadah.

4. Lapis implisit

Dalam bait pertama, semua usaha dan perjuangan yang dilakukan oleh si aku untuk membuat si mu kembali seakan-akan tak ada artinya.
Dalam bait kedua, ini merupakan rasa penyesalan si aku terhadap kesalahannya, sehingga si aku pun berandai-andai akan semua keindahan yang akan si aku dapatkan ber sama si mu apabila si aku tidak melakukan kesalahannya.
Dalam bait ketiga, dengan penuh curiga si aku menanyakan tentang sebuah rahasia yang disembunyikan oleh si mu, yang mungkin saja karena rahasia inilah si aku melakukan kesalahannya.
Dalam bait keempat, si aku berpikir dan menyatakan bahwa rahasia si mu memang benar-benar rahasia yang sangat penting yang tidak bisa diceritakan begitu saja.
Dalam bait kelima, ini merupakan rasa dilema si aku atas apa yang sedang ia alami, yang memotivasi ia melakukan keselahan yang membuat si mu pergi meninggalkannya adalah karena si mu menyembunyikan sesuatu dari si aku.
Dalam bait keenam, si aku benar-benar merasakan kesunyian atas kepergian si mu darinya, disini si aku seakan-akan berbicara pada dirinya sendiri, entahlah itu mungkin karena si aku memang benar-benar patah hati dan mengalami tekanan batin yang amat berat.
Dalam bait ketujuh, si aku kemblai menegaskan bahwa ia benar-benar merasakan kesunyian atas kepergian si mu.

5. Lapis metafisis

Dalam puisi ini saya memperoleh sebuah pelajaran bahwa jangan pernah menyia-nyiakan orang yang kita sayangi, dan sikap keterbukaan kepada pasangan itu sangatlah perlu, penyesalan dan ribuan untai kata maaf tidak akan bisa merubah segalanya seperti sedia kala.


Tinggalkan Balasan