Antara sarjana dan lowongan kerja 1

Antara sarjana dan lowongan kerja

Non Fiksi

  Antara sarjana dan lowongan kerja  

ANTARA SARJANA DAN LOWONGAN KERJA

       Setiap orang jika mendengar kata sarjana hal yang pertama kali terlintas dalam benak mereka adalah kata “hebat” ada apa dengan kata hebat,karana seseorang yang sudah menyelesaikan study hingga jenjang yang paling tinggi dapat dikatakan sukses dalam pedidikan dan menyandang sebuah gelar hingga gelarnyapun lebih panjang dari pada namnya sediri, memiliki kerjaan yang menjamin kehidupan, disanjung semua orang dll,namun ketika semua itu salah dipergunakan atau nasib yang kurang baik memihak pada saat itu apalah daya kita?? apakah harus lebih berusaha lebih giat lagi atau cukup berdiam diri melewati hari dengan gelar yang tak berarti menuggu allah menurunkan rizki (merubah nasib kita) ??? jelas-jelas dalam Al-qur’qn surat Ar-Ra’d ayat 11

(    إِنَّ للَّهَ لاايُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ  حَتَّى يُغَيِّرُوامَا بِأَنْفُسِهِمْ )

artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” .

         Jadi marilah kita merubah diri dari detik ini karena Puncak kebahagiaan seorang mahasiswa adalah saat namanya terpanggil untuk menerima ijazah sarjana dalam acara sakral yang disebut “WISUDA”. Bahkan orang tua, saudara, sahabat ikut merasakan kebahagiaan itu.Tetapi ingat, sesungguhnya puncak kebahagiaan saat jadi sarjana adalah awal persoalan dalam hidup. Inilah awal baru kehidupan. Disaat inilah kita mulai dituntut untuk bertanggung jawab pada diri sendiri, pada kehidupan dan pada masa depan kita.Namun mengapa banyak kita jumpai sarjana yang nganggur ? Bukankah mestinya sarjana itu adalah orang pintar ? Mengapa banyak kepintaran sarjana tidak diakui dunia kerja ? Padahal Negara sudah mengakuinya dengan memberikan  ijazah sebagai bukti mereka pintar.? Katanya Orang pintar bukan hanya minum tolak angin, namun dapat memudahkan hal yang sulit. Tapi kenapa malah banyak sarjana galau??

Apa sebenarnya yang terjadi…?

Yang terjaadi

           Banyak diantara mahasiswa yang mengasumsikan bahwa sudah suatu keharusan untuk menjadi seorang sarjana. Ketakutan yang sangat tinggi  tertanam di benak mereka. Bila tidak cepat wisuda dan menjadi sarjana mereka tidak bisa mendapat pekerjaan yang layak. namun FAKTANYA banyak sarjana tetap saja tidak mendapat pekerjaan yang pantas bahkan malah banyak yang jadi pengangguran. Selain itu setiap orang tentunya mahaisswa ingin jadi sarjana karna, setiap ada lowongan kerja selalu ditanya tingkat pendidikan, satu diantara syaratnya adalah minimal sarjana S1 Inilah  yang menjadi pemicu mahasiswa untuk memaksakan dirinya berlomba-lomba mendapatkan gelar sarjana itu. Bahkan untuk mendapatkannya sangat banyak yang memaksakan diri walaupun terkadang kondisi ekonomi orang tua sebenarnya kurang mampu.

           Sama-sama kita ketahui, selama dibangku pendidikan nilai memang penting menjadi penentu utama. Tetapi dalam penerimaan calon pekerja, fungsi nilai itu ternyata hanya sedikit atau setegah saja , sedangkan kebnyakan di tentukan dari sisi lain, seperti kemampuan dalam skil, iman, mental, komunikasi dan lain sebagainya.Persiapan seperti inilah yang sering jarang ada dalam kebanyakan mahasiswa.

            Dari masalah diatas, kita harus menyadari bahwa lembaga atau perusahaan yang meminta syarat sarjana S1, bukan sekedar prioritas atau syarat semata, namun lebih kepada kemampuan dan permintaan pertangung jawaban atas nilai dan gelar yang dimiliki. Inilah letak yang sesungguhnya. Ingat, yang akan bekerja bukanlah nilai, namun pemilik nilai tersebu.

            Untuk diperhatikan, setinggi apapun nilai yang kita peroleh, bila pemilik nilai tersebut tidak punya mental serta tidak dapat mengenalkan pribadinya dengan baik kepada orang lain maka tidak ada orang yang tahu tentang kehebatannya tersebut. Disinilah mereka tersingkir menuju dunia kerja,mencium pun tak dapat apalagi merasakan.

            Disisi lain banyak orang tua yang suka memaksakan kehendak pada anaknya.  Ketika anak ingin mempelajarai suatu hal yang baru diluar kuliah namun, para orang tua sering melarangnya. Sering mereka mengatakan “fokus saja dulu dengan kuliah, kami tidak mau kuliahmu terganggu.“

            Padahal bila diamati, mahasiswa yang memiliki kegiatan lain selain kuliah atau aktivis kampus, akan mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Nanti ketika memasuki dunia kerja mereka telah memiliki pengalaman yang bisa diandalkan. Inilah yang kurang disadari orang tua sehingga secara tidak sadar mereka sedang membunuh karakter  anaknya sendiri.

Disamping itu, hari ini tidak banyak lagi orang tua yang peduli tentang bekal menghadapi kematian untuk anak-anaknya. Mereka lebih takut anaknya tidak mendapat tempat di dunia dari pada tidak mendapat tempat disisi Allah.

            Jadi Jangan salahkan siapapun, bila nanti salah seorang dari banyak pengangguran yang semakin panjang itu adalah Anda. Apalagi masalah pentingnya Iman sebagai penunjang kehidupan juga sudah terabaikan, tak ayal Anda akan semakin galau, orang tua jadi tambah resah, bahkan bangsa ini akan semakin kerdil dan jauh dari kebenaran.


Tinggalkan Balasan