Arti Sebuah Kerinduan

Malam sudah larut ketika lampu minyak sudah mulai padam,mimpi yang ku tunggu tak kunjung juapun datang, kesepian dan rindu mulai membelenggu diriku seiring matahari menanjak tinggi.
suara motor yang mulai meraung-raung menapaki pundak bukit membisingkan pagi. Gemercik air yang ku alirkan kedalam jerigen berisi 30 liter telah mulai meninggi sedang nyamuk-nyamuk berpesta pora di punggungku mengisap darah yang mengalir dalam tubuhku.
Ku daki bukit sembari memanggul jerigen air ,nafasku berlomba-lomba bagai muson , aku melepas beban di papan kayu , didepan dapur rumah kayu pondokku.
Sembari melepaskan penat dan lelahku kubuka lagi dayri yang selalu aku baca mengeja tiap barisnya dan menemukan kembali sosok diriku yang sangat merindukan kalian.
Paman dan jack telah siap bersiap-siap meluncur menuju kampung , seragam dan pakaiannya yang mirip seperti wakil rakyat kelihatan semakin tak rapi ketika kaki celana panjangnya di lipat akibat derasnya hujan kemarin. Dan aku terbaring , membiarkankan jiwa dalam khayalku terbang tak berimba, sepi sudah, ketika semuanya menjauh dari halaman rumah kayu.
Pagi ini kami tidak bekerja karena mesin kami tak bisa hidup, aku masih asyik membaca lembaran baru buku harian yang hampir lima hari tak pernah kubuka, ku coret-coret dan ku tumpahkan gelisahku d atas kertas , ingin ku gambar wajah-wajah mungil putra-putraku, wajah jelita istriku dan seraut wajah-wajah tulus yang telah membesarkanku, namun ku tak mampu.