BALIG KARBITAN DALAM CINTA

Cerpen, Fiksi

BALIG KARBITAN DALAM CINTA

Masa kecil gue, saat gue masih di Madrasah Ibtidakyah kelas tiga, gue baru mengenal sedikit sinyal-sinyal cinta. Ceritanya begini. Dulu, pas gue kelas dua MI, ada temen wanita gue kelas satu. Gue sangat deket sekali dengan dia. Saling olok, saling pukul-pukulan dengan pukulan yang ndak keras tentunya, pokoknya gue deket sekali dah sama dia. Tapi, lama-lama saling olok, saling pukul-pukulan, beda lagi ceritanya. Dia malah menjauhkan pandangan dari gue, gue ndak tau kenapa! Dia berhenti lihat-lihat gue, berhenti sapa gue, apalagi olok-olokan lagi sama gue, dah ndak kayak dulu lagi. Gue selalu bertanya pada diri gue. “ada apa ya? Apa salahku ya, sampai dia kayak gini?” itu aja yang terlintas di otak gue.
Tiap hari gue ketemu sama dia, dia selalu menghindar dari gue. Bukan tiap hari aja dia begitu, tapi sampai gue tamat sekolah Sanawiyah dia tetap menghindari gue. Gue sangat heran dengan dia. Apakah gue jahat? Apakah gue pernah sakiti dia? Jawabannya tidak pernah. Karena gue tetep biasa baik ke dia. Gue heran dengan sifat cewek ini. Kemudian gue curhatin masalah ini ke guru pribadi gue. “pak, bagai mana kalau ada cewek yang malu ketemu sama kita, padahal salah kita tidak ada,” kata gue. Lalu guru pribadi gue jawab,”itu tandanya cewek itu ada rasa cinta kepada seorang yang dia cuekin itu.” Langsung kepala gue melayang dan membesar rasanya. “Waduh ternyata dia cinta sama aku,” hati gue menyimpulkan.
Gue tetep biarkan dia begitu sambil bersifata agak pede sama dia. Tapi gue ndak bisa mengungkapkan rasa cinta yang juga gue pendem ke dia.
Saat gue tamat Sanawiyah, gue melanjutkan sekolah gue di Madrasah Aliah di desa gue. Saat kelas satu, ketika gue jomblo, gue coba deketin temen gue ini lagi. Strategi PEDEKATE gue salah waktu itu. Dia waktu itu kelas tiga yang bakal menghadapi ujian nasional. Saat itu juga, gue coba katakan cinta kepadanya. Karena waktu itu masih deso gitu, gue ngatakan cinta lewat kertas. Surat tentang cinta gue tulis. Dan setelah gue tulis, gue berikan surat itu pas dia pulang nagaji di jalan samil gue bilang,”kalau masalah ujian jangan takut, insyaallah lulus dah. Aku kan coba bantu kamu belajar.” Dia ambil surat itu dan langsung tinggalin gue tampa ada kata-kata dari mulutnya.
Gue tunggu sehari, dua hari, sampai tiga hari belum ada balesan surat itu. Pas hari keempatnya, gue coba samperin dia dan menanyakan langsung jawaban apa yang akan di kasih ke gue. Sifatnya yang selalalu cuek itu tetap dia bawa sampai-sampai gue tidak pernah mendapetkan jawaban dari dia. Pas hari kelima, gue dah ndak sabar lagi dengan dia. Gue paksa dia untuk menjawab surat itu. Paksa demi paksa gue lakukan, ahirnya dia ngomong juga. “tidak” hanya itu dia bilang. Kecewanya minta ampun gue. Dah lama pendem hati karena kepedean sama orang yang diem-diem kayak orang cinta, e…..h ternyata ditolak mentah-mentah. Kasian banget gue. Kasian!

Karya_Zawir Resilado (Muzawwir)


Tinggalkan Balasan