CERPEN CAHAYA YANG HILANG SEIRING KEPERGIAN SANG AYAH

CERPEN: CAHAYA YANG HILANG SEIRING KEPERGIAN SANG AYAH

Cerpen, Fiksi

Ketika sang surya mulai unjuk keindahannya, aroma udara yang masih terasa segar, suara burung-burung dan hewan lain saling bersahutan dengan suara merdunya semua bersemangat dengan senyum dan wajah gembira menyambut datangnya pagi. Iyaaa.. pagi .. pagi yang selalu disambut gembira oleh kebanyakan orang, namun berbeda dengan gadis satu ini, paginya selalu dirasa suram.. daini, dia adalah seorang gadis yang tinggal di sebuat desa yang jauh dari kehidupan perkotaan. Dia hidup bersama orang tua dan tiga saudaranya.kehidupannya berubah tiga tahun belakangan ini.

Ayah yang amat ia cintai meninggal karna penyakit keras, sejak itu kehidupan gadis ini mulai berubah, gadis yang dulunya ceria, aktif kini berubah menjadi gadis yang murung gadis yang selalu sediih. Pertengahan januari 2012 adalah awal dimana laki-laki yang amat di cintai oleh daini untuk pertama kali beranikan diri untuk memeriksa penyakitanya ke dokter, dan sejak itu dokter memponis laki-laki berumur 41 tahun itu terkena penyakit hepatitis stadium awal. Sepulangnya dari dokter ayah daini menceritakan tentang penyakit yang dideritanya kepada daini. “ daini, dokter memponis ayah terkena penyakit hepatitis”. Daini lantas kaget setelah mendengar pernyataan ayahnya, walaupun ia belum tau betul tentang bagai mana bahayanya penyakit hepatitis tapi kontras didalam benaknya ia berpikiran bahwa hepatitis adalah bukan penyakit yang bisa dianggap remeh. Sejak itu daini langsung berpikiran bahwa ayahnya pasti bisa sembuh.

Daini tidak pernah bisa menerima kenyataan bahwa ayah yang ia kenal dulu wibawa tegas dan selalu bisa membuat iyaa merasa menjadi anak yang paling beruntung telah mempunyai seorang ayah sepertinya,sekarang mengidap penyakit yang sangat parah. Ayah daini adalah seorang ayah yang keras, ia selalu disiplin mendididik anak-anaknya. Sejak daini duduk di bangku SD, daini, adalah seorang anak yang manja dan malas apapun kemauannya harus tetap di turuti. Semakin bertambah umur daini bukan semakain dewasa malah semakin kekanak-kanakan tapi ayahnya selalu bersikap dingin menghadapi anak gadisnya itu.

daini sekarang duduk di kelas dua SMA, setiap hari daini diantar ayahnya untuk kesekolah, itu alasan kenapa daini sangat deket dengan ayahnya ini. Rabo pagi, hari ini jadwal dani olah raga, jam 6 pagi harus sudah ada di sekolah, seperti biasa daini selalu diantar oleh ayahnya. Namun ayahnya sekarang sudah tidak sehat seperti dulu lagi semenjak ia mengetahui penyakitnya, dan pagi itu ayah daini kebetulan sedang kurang sehat, namun ia tetap bela-belain mengantar anak gadisnya kesekolah. Memang ayahnya selalu memperlakukannya lebih istimewa dibanding kedua saudaranya. Beberapa hari kemudian penyakit ayahnya semakin parah, daini bersama ibu kemudian membawa ayahnya ke puskesmas deket rumah. Setelah samapai dipuskesmas ibu daini kemudian mendampingi suaminya yang sedang diperiksa dokter. “Ibu rianip apa keluhan yang dirasakan bapak??” tanya dokter. “ hari rabu pagi bapak Cuma mengeluh gak enak badan dok, pagi itu bapak masih bisa mengantarkan anaknya dan beraktifitas seperti biasa. Tadi saya rasa panasnya makin tinggi jadi saya putuskan untuk membawanya kesini dok.. papar ibu daini kepada dokter. Setelah diperiksa dokter ayah daini diputuskan untuk di opname karna mengalami gejala tipes. Semenjak ayahnya diopname daini mulai membalas budi terhadap ayahnya, setiap malam dia tidur di puskesmas untuk menemani ayahnya. Daini duduk disamping ayahnya yang terkapar lemas. “ yah apa yang dirasa sakit sekarang ?? tanyanya kepada ayahnya, dengan suara lemas tak berdaya ayahnya menjawab “ perut ayah sakit nak, ayah sudah gak sekuat dulu, semua badan ayah rasanya sudah gak kuat ntuk beraktifitas lagi” daini kemudian tak kuat menahan air matanya dia menagis sejadi-jadinya di depan ayahnya. Kebetulan waktu itu daini sendiri yang menjaga ayahnya sebab ibunya pulang kerumah untuk mengurus kedua adiknya. Tapi daini tetap optimis kalau ayahnya pasti sembuh dan kembali sehat. Setelah lima hari diopname ayah daini sudah banyak perubahan, akhirnya dokter mengizinkan untuk pulang kerumah dengan syarat rawat jalan.

Sekarang hari-hari daini sudah tidak terpaku kepada ayahnya lagi, dia mulai belajar mandiri. Setiap paginya sekarng daini berangkat sekolah bersama temennya dan sesekali diantarkan ibunya. Di sekolah daini tidak mau terlihat murung atau sedih, dia selalu berusaha memancarkan wajah gembiranya. Walaupun daini sedang merasakan kesedihan setelah sampai disekolah setelah bertemu dengan sahabat-sahabatnya iya seakan melupakan masalah yang ada dirumahnya. Lale us, nila, anggi, gani, yogi, adalah temen sekelas daini yang selalu bisa membuatnya terlepas dari masalah dirumah. Memang dani tidak pernah mau membawa masalah dirumah kesekolah, ketika ia disekolah dia fokus untuk belajar karna iya tau kalu ayahnya selalu berpesan terhadapnya untuk rajin-rajin belajar dan harus tetap menjadi juara kelas. Sekarang daini sudah terbisa hidup mandiri namun sifat kekanak-kanakan masih tetap melekat dalam dirinya.

Beberapa bulan kemudian penyakit yang diderita ayah daini semakin parah, beberpa kali keluar masuk rumah sakit, kini hidup daini dengan ibunya semakin susah. Ibu daini sudah tidak tau lagi harus membawa ayah daini kemana, sehingga diputuskan untuk dirawat dirumah. Dirumah ayah daini tetap di pasangkan inpus untuk membantunya makan, sebab ayah daini mulai susah untuk menelan makanan. Daini merasa sudah tidak ada kebahagiaan lagi dirumahnya, dia selalu dihantui rasa takut dan kecemasan bahwa sewaktu-waktu dia tidak bisa melihat ayahnya lagi. Udah beberapa hari terakhir ini keadaan ayahnya semakin lemah tubuhnya sudah tidak bergerak, sudah tidak bisa mengenali siapa-siapa lagi kali ini keadaan ayahnya benar-benar parah. Setiap harinya dirumah daini selalu dipenuhi orang yang membacakan ayahnya surat-surat alQuran dan sekarang cuma mengajikan ayahnya yang bisa dilakukan oleh daini.

hari kamis sepulang dani sekolah dia membantu ibunya mengurus ayahnya, tiba-tiba kakak sepupu daini yang kebetulan menjadi seorang dokter datang kerumahnya untuk memeriksa keadaan ayahnya. Adi itulah nama kakak sepupu yang selau merawat dan memerikasa ayah daini setiap hari. Sesampainya, adi langsung mengukur tekanan tensi ayah daini setelah memeriksa tensinya iya bercakap-cakap dengan ibu daini. “ bik kita buka dah inpusnya ini. Nanti bantu pake air gula saja.” Tuturnya terhadap ibu daini.. “ kenapa dibuka? Tanya ibu daini. adi kemudian terdiam dan tidak menjawab apa-apa karna dia sudah merasakan sesutu setelah mengukur tensi ayah daini. Dan waktu itu inpus ayah daini dibuka, setelah adi pergi daini kemudian beranjak kesekolah karna jadwal olah raga pagi di ganti ke sore ini.

Sepulangnya olahraga rumah daini sudah dipenuhi banyak orang, dia berfikir sesampainya dirumah ayahnya sudah tidak ada. Namun tidak seperti yang daini bayangkan, seperti biasa rumahnya selalu rame dengan orang yang mengajikan ayahnya. Sesampainya daini langsung mengambil wudhu dan mengaji bersama keluarga-keluarganya yang lain. Kali ini daini benar-benar merasa gak enak dia merasa ada sesuatu yang terjadi dengan keadaan ayahnya. haripun semakin senja, azan magribpun berkumandang daini di minta ibunya untuk berbuka puasa dan solat terlebih dahulu kemudian lanjut mengaji, Dainipun beranjak. selesainyya solat daini kemudian di minta pamannya untuk bersalaman dengan ayahnya. Sebelumnya ibu dan kedua adiknya sudah melakukan hal serupa kini tinggal daini yang belum bersalaman dan minta maaf terhadap ayahnya. ”daini sini nak, ayahmu mungkin menunggu kamu untuk bersalaman dan meminta maaf kepada daini dan kalo ayah daini ada salah dia juga akan minta maaf” ujar paman membujuk daini supaya mau bersalaman dengan ayahnya. Tapi daini tetap bersih kokoh tidak mau beranjak dia berfikir bahwa setelah iya bersalaman dengan ayahnya, ayahnya akan benar-benar pergi meninggalkannnya.. dengan dituntun paman dan kakak sepupunya dainipun beranjak ketempat ayahnya. Ia kemudian bersalaman dengan ayahnya ketika itu daini memeluk ayahnya dan menangis sejadi-jadinya.. Tidak lama setelah daini bersalaman dengan ayahnya, dia duduk membacakan surat yasin disamping tempat tidur ayahnya, kini hal yang benar- benar ditakutkan daini terjadi tidak lama setelah membacakan surat yasin daini melihat ayahnya sudah tidak bernapas lagi, perasaannya mulai gak enak. Bapak tuan, sepupu dari ayah daini kemudian memeriksa denyut nadi ayahnya, kata yang keluar dari mulutnya adalah kata yang ditakutkan daini selama ini, yaaa ayah daini kini sudah sudah kembali pulang kehadapan sang pencipta. Daini kemudian histeris dan jatuh pingsan, hanya dia yang menangis histeris ditinggal sang ayah ibu dan kedua adiknya masih bisa sabar menerima semua ini, ibu daini juga sudah ikhlas melepaskan karna sudah tak kuat lagi melihatnya kesakitan. Malam itu, malam jumat rumah daini seketika dipenuhi oleh orang-orang yang berbela sungkawa. Mulai sejak malam itu hidup daini ngambang ia tetap beraktivitas namun pikirannya ngambang entah kemana.

Paginya proses pemakaman berlangsung, sebelumnya jenazah ayah daini mandikan terlebih dahulu, ketika ayahnya dimandikan daini diminta untuk mengusap muka ayahnya disini daini kembali tidak sadarkan diri. Daini benar- benar merasa terpukul dengan kepergian ayahnya.. selama proses pemakaman daini juga tidak pernah sadarkan diri. Malamnya setelah pemakaman ayahnya daini tidak pernah mau makan dan ngomong dia hanya menangis dan terdiam. Yahh begitulah kesedihan yang dialami daini setelah kepergian sang ayah..

Hari demi hari dijalani daini dengan kepasrahan dan tanpa semangat, setiap malamnya rumah daini selalu ramai dengan orang tahlilan namun dia tetap merasa kesepian setelah beberapa hari kepergian ayahnya daini masih belum percaya dengan kepergian ayahnya. Setelah dia merasa siap untuk menjalani aktvitas seperti biasa daini kembali melakukan aktivitas biasanya yakni sekolah, sekarang daini tidak seperti dulu lagi walaupun temen-temanya menghibur dan melawak didepannya iyaa tetap murung dan tak bersuara.. hari ketujuh kepulangan ayahnya, dirumah daini rame dengan orang-orang yang datang membantu untuk acara tujuh hari kepergian ayahnya namun hari itu daini tetap masuk sekolah. Hari itu adalah tanggal delapan belas tepat dengan ulang tahunnya namun daini merasa tidak ada yang membahagiakan diulangtahunnya, walupun banyak kejutan dari teman-temannya. Sepulangnya sekolah, belum sembuh luka karna kepergian ayahnya kini daini harus menerima berita tentang kepergian tantenya yahh tepat di hari ulang tahunnya dia harus dihadiahkan kesedihan lagii..

Kini daini terus menjalani kehidupan bersama ibunya dan dua adiknya. Hari demi hari dijalani daini dengan penuh perjuangan. Kini tak ada lagi wajah ceria yang terpanjar diraut mukanya, dia berubah menjadi anak yang pendiem dan pemurung. Namun dengan kejadian itu dia tidak patah semangat dia tetap sabar ikhlas menerima semua ujian ini, iapun tetap melakukan aktivitas biasanya yakni sekolah. Kini ia bertekat untuk tetap melanjut kan sekolah dan berjanji akan membuktikan kepada almarhum ayahnya bahwa iya akan menjadi anak yang membanggakan otrang tua. setelah lulus SMA daini mencoba tes SNMPTN di Unram iapun di terima di fakultas keguruan jurusan bahasa sastra indonesia dan daerah. Kini ia mulai menata puing puing kehancuran, dia terus menguatkan tekatnya bahwa di balik kegelapan akan ada cahaya yang terang. Ia percaya suatu saat ia akan sukses dan membanggakan orangtuanya.


Tinggalkan Balasan