GAYA PEMBERITAAN DI BERBAGAI SURAT KABAR DI INDONESIA

Kepenulisan, Non Fiksi

koran

Oleh : Nurjahratulhayati

(E1C 011 030)

Zaman modern seperti sekarang ini, informasi bisa didapatkan dengan mudah dan cepat. Informasi tersebut bisa didapatkan dari berbagai media, antara lain surat kabar, radio, televisi, majalah, internet, dan lain-lain. Salah satu media penyampai berita yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk mencari informasi selain internet adalah surat kabar. Lebih dari 200 tahun surat kabar menjalankan fungsinya sebagai satu-satunya media penyampai berita kepada masyarakat luas dan sebagai sumber satu-satunya bagi masyarakat dalam mengakses informasi yang sama secara bersamaan. Surat kabar ini juga memiliki keunggulan yakni selain ringan, harganya pun juga murah sehingga mudah dibawa kemana-mana. Surat kabar adalah media cetak yang memuat berbagai macam informasi dan peristiwa yang terjadi di masyarakat di seluruh penjuru dunia. Surat kabar ada yang terbit harian, mingguan, atau bulanan yang memuat berbagai informasi terbaru dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Surat kabar pertama kali diterbitkan di Eropa pada abad ke-17. Di Indonesia sendiri, surat kabar berkembang dan mempunyai peranannya sendiri di tengah masyarakat hingga sekarang.

Di Indonesia, surat kabar sering juga disebut dengan istilah koran. Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis: courant) atau surat kabar terdiri dari dua jenis, yaitu koran nasional dan koran daerah (lokal). Contoh koran nasional misalnya Kompas, Merdeka, Harian Indonesia, Koran Tempo, dan lain-lain. Sedangkan contoh koran daerah (lokal) misalnya Lombok Pos, Radar Bali, Jawa Pos, Radar Bima, dan lain-lain. Selain koran nasional dan koran daerah (lokal), ada juga koran yang dikembangkan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya berita khusus untuk politik, kesehatan, properti, industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni serta bidang-bidang tertentu lainnya.

Salah satu peristiwa yang banyak diberitakan dalam koran adalah tentang kriminalitas. Berita kriminalitas yang sering menghiasi halaman koran contohnya antara lain penganiayaan, pemerkosaan, perampokan, penculikan, pembunuhan, penipuan, pencurian, dan berita kriminal lainnya. Penganiayaan yang kerap terjadi di masyarakat adalah kekerasan dalam rumah tangga yang lebih dikenal dengan istilah KDRT. Misalnya saja berita di salah satu koran Lampu Merah (LM) yang memuat berita tentang seorang istri menenggak racun serangga karena tidak tahan dianiaya oleh suaminya. Berita yang serupa juga dimuat dalam koran Pos Kota (PK) yang memuat berita tentang penderitaan seorang istri yang memiliki suami pemabuk dan pemarah sehingga sang istri minum racun. Hal yang serupa juga dimuat dalam koran Berita Kota (BK) tentang penganiayaan yang lagi-lagi menimpa seorang istri yang tak tahan disiksa suaminya lalu nekat tenggak racun.

Ketiga koran di atas, sama-sama memuat berita tentang kekerasaan dalam rumah tangga (KDRT). Namun, terdapat perbedaan mencolok dari ketiga koran tersebut dalam hal memberitakan peristiwa kekerasan tersebut. Hal ini terlihat dari penulisan judul berita yang masing-masing memiliki karakteristik dalam menyajikan berita. Ketiganya menuliskan berita tersebut dengan menggunakan pilihan kata yang berbeda dan cara penyajian yang berbeda pula, seperti di bawah ini:

Suami Teler Berat Ampe Nembak-nembakIstri Disuruh Bersihin Kotorannya, Nolak

DIGAPLOK MUKANYA

ISTRI MALU BANGET

NENGGAK BAYGON

 

Lampu Merah, 15 Juli 2007, hlm. 12

Minum racun karena suami pemabuk dan pemarahDerita tiada akhir seorang istri

Pos Kota, 15 Juli 2007, hlm. 1

  1. Berita Kota, 15 Juli 2007, hlm. 1

Tak Tahan Disiksa Suami

Nekat Tenggak Racun

Koran Lampu Merah menyajikan judul beritanya dengan kata-katanya yang cenderung kasar dan terkesan memaki. Penulisan judul beritanya juga cenderung menggunakan huruf berukuran besar dan berwarna mencolok sehingga dianggap memiliki daya tarik tersendiri dari koran ini. Penulisan judul berita pada koran ini umumnya ditampilkan berupa opinisasi. Opinisasi yang ditampilkan dalam judul berita pada koran Lampu Merah (LM) umumnya terlihat dari cara penulisan judul yang disertai opini pribadi dari wartawan atau editor. Terkadang juga tampak dari adanya pencampuran antara fakta dan opini sehingga mengaburkan fakta yang sebenarnya ingin diberitakan.

Secara umum, opinisasi dalam penulisan judul berita pada koran Lampu Merah muncul dalam bentuk pola-pola sintaksis yang khas berupa pemilihan kata, frasa, dan kalimat bernuansa opinisasi. Frasa yang dipilih dalam penulisan judul beritanya di atas pada koran Lampu Merah untuk menonjolkan opinisasi tersebut adalah “ISTRI MALU BANGET”.

Pola kalimat dalam penulisan judul berita pada koran Lampu Merah berupa kalimat panjang dan kalimat pendek yang berada dalam struktur paragraf. Umumnya, kalimat dinilai mengandung opinisasi karena adanya generalisasi, yaitu penyimpulan gejala tertentu secara umum (proposisi) tanpa disertai bukti-bukti pendukung (premis-premis) yang relevan. Pola pemberian opini ini terlihat jelas pada kalimat yang dicontohkan di atas diawal paragraf penulisan judul berita.

Selain koran Lampu Merah, berita di harian Pos Kota (PK) juga diwarnai dengan opinisasi. Opinisasi dalam penulisan judul berita pada koran Pos Kota seringkali juga ditampilkan dalam bentuk generalisasi. Secara umum, opinisasi pada judul berita koran Pos Kota muncul dalam bentuk pola-pola sintaksis yang khas berupa pemilihan kata, frasa, dan kalimat bernuansa opini. Frasa yang dipilih koran Pos Kota untuk menonjolkan opinisasi dalam penulisan judul beritanya di atas ialah “Derita tiada akhir”.

Dalam pola kalimat, opinisasi penulisan judul berita pada koran Pos Kota muncul baik berupa kalimat panjang dan kalimat pendek yang berada dalam struktur paragraf. Umumnya, kalimat dinilai mengandung opinisasi karena adanya generalisasi, yaitu penyimpulan gejala tertentu secara umum (proposisi) tanpa disertai bukti-bukti pendukung (premis-premis) yang relevan. Kadang diimbuhi pepatah atau peribahasa yang seharusnya tidak perlu dimunculkan dalam penulisan berita. Pola pemberian opini ini terlihat jelas pada kalimat yang dicontohkan di atas di awal paragraf penulisan judul berita.

Seperti halnya pada penulisan judul berita, pemberitaan pada koran Lampu Merah juga sering ditampilkan dalam bentuk kalimat yang berisi luapan emosi, antara lain hujatan, simpati, kerterkejutan, keprihatinan, atau makian terhadap peristiwa, situasi, dan karakterisasi pelaku maupun korban kejahatan.

Secara umum, emosionalisme yang terlihat pada pemberitaan koran Lampu Merah muncul dalam bentuk pola-pola sintaksis yang khas berupa kata, frasa, dan kalimat. Penggunaan kata-kata yang menonjolkan sisi emosi pelaku atau aktor peristiwa dipilih untuk merepresentasikan emosionalisme. Selain itu, penggunaan kata yang memberi penekanan atau penyangatan (superlative), menggunakan kata seru atau kata penghubung, serta reaksi warga melihat peristiwa kriminalitas tersebut juga dipakai untuk merepresentasikan emosionalisme dalam penulisan judul pada koran Lampu Merah tersebut.

Emosionalisme dalam penulisan judul berita pada koran Lampu Merah yang ditulis dalam bentuk kalimat panjang umumnya berupa pola kalimat sebab-akibat atau pemberian keterangan tambahan (apositif) yang dikaitkan dengan konteks, situasi, atau setting kejadian. Sementara emosionalisme dalam penulisan judul berita pada koran Lampu Merah yang ditulis dalam bentuk kalimat pendek umumnya berupa pola kalimat sederhana yang diberi tanda baca tertentu guna membangkitkan emosi pembaca.

Tidak jauh berbeda dengan koran Lampu Merah, pola-pola emosionalisme yang ditampilkan dalam penulisan judul berita pada koran Pos Kota umumnya diperlihatkan dari pilihan kata, frasa, dan kalimat yang bernada emosional dalam bentuk hujatan, himbauan, ajakan, simpati, kerterkejutan, keprihatinan, atau makian terhadap peristiwa, situasi, dan karakterisasi pelaku maupun korban kejahatan.

Emosionalisme dalam penulisan judul berita pada koran Pos Kota yang ditulis dalam bentuk kalimat panjang umumnya berupa pola kalimat sebab-akibat atau pemberian keterangan tambahan (apositif) yang dikaitkan dengan konteks, situasi, atau setting kejadian. Sementara emosionalisme dalam penulisan judul pada koran Pos Kota yang ditulis dalam bentuk kalimat pendek umumnya berupa kalimat perintah, namun tidak disertai tanda baca.

Berbeda halnya dengan koran Lampu Merah dan koran Pos Kota yang menampilkan pemberitaan menggunakan huruf dengan ukuran yang bervariasi dan full color, penulisan judul berita pada koran Berita Kota (BK) lebih sederhana dan menggunakan huruf dengan ukuran yang sama. Untuk menampilkan peristiwa yang ingin diberitakan, koran Berita Kota menggunakan kata-kata yang langsung ke inti permasalahannya. Hal ini terlihat dari contoh penulisan judul berita pada koran Berita Kota di atas, “Tak Tahan Disiksa Suami Nekat Tenggak Racun” yang menggunakan pilihan bahasa yang langsung ke inti permasalahan tanpa dibumbui embel-embel apapun.

Bagaimana pun gaya bahasa maupun pilihan kata yang dipilih oleh masing-masing surat kabar dalam menyajikan pemberitaan, surat kabar memiliki kerakteristiknya tersendiri untuk menarik minat masyarakat membaca surat kabar tersebut. Selain itu, dengan hadirnya surat kabar ini menjadi alternatif tersendiri bagi masyarakat untuk mendapatkan berbagai macam informasi dari peristiwa yang terjadi di sekitar kita.


Tinggalkan Balasan