HAMDAN ZOELVA “TUGAS ATAU PANGGILAN”?

Opini

HAMDAN ZOELVA “TUGAS ATAU PANGGILAN”

Hukum selalu menjadi garda terdepan dalam menyikapi segala bentuk permasalahan yang sederhana maupun kompleks dengan hidup ini. Pejabat, pemulung dan siapapun itu setiap harinya selalu haus akan anggapan “ketidakadilan” mereka. Kini hukum berada dalam nafsu anggapan ketidakadilan manusia dan bukan lagi sebuah keumuman arti yang sebenarnya. Mereka mengambil makna ketidakadilan sebagai pemuas nafsu belaka mereka.

Setiap orang boleh unjuk diri ketika ia merasa benar-benar mampu untuk berdiri pada garis terdepan hukum khususnya dalam mengemban tugas seorang hakim. Bagaimanapun Negara kita butuh seorang hakim yang mengerti dan memahami berbagai macam criminal dan pelaku criminal di sudut-sudut terpencil dari sisi buruknya kondisi Indonesia sekarang.

“Pak, maaf mungkin untuk kali ini kita sedikit tak sejalan” ungkapan inilah yang sedari awal ingin saya ungkapkan kepada hakim Hamdan Zoelva. Di Metro TV beberapa minggu yang lalu beliau sempat mengungkapkan bahwa dirinya tidak mau mencalonkan diri dalam pemilihan calon hakim. “Selama ini saya tidak pernah diminta untuk menjadi seorang hakim. Prosesnya saya diajukan oleh beberapa pihak. Saya bilang saya akan siap jika masyarakat pun mempercayai saya dalam hal ini.” Tukasnya.

Pernyataan Pak Hamdan Zoelva ini sempat membuat saya tercengang. Pasalnya, pejabat Pemerintahan serta masyarakat sekarang pun tak memberi ruang untuk pemimpin yang mampu adil. Kalau pun tak unjuk diri dorongan masyarakat pun untuk memilih bapak surut di tepi jalan.

Kadang seberapa benarnya pendirian kita perlu sedikit tamparan yang harus dirasakan diri ini. Kehidupan yang nyata tak hanya dengan membawa kewibawaan dan ketegasan semata dalam ucapan namun ketegasan dalam setiap perbuatan yang kita ingin tawarkan. Seberapa penting kita maju dan seberapa penting kita memutuskan adalah dua hal yang berbeda namun sama penting dalam hidup ini.


Tinggalkan Balasan