Insiden Baju Putih Kesayangan
Siang ini begitu melelahkan, teriknya sinar mentari serasa membakar kulitku. Apalagi ditambah diharuskannya aku membersihkan dan membereskan barang-barang di rumah kami. Hari ini entah kenapa keluargaku terlihat sibuk semua , seperti menata rumah, menyapu halaman, membersihkan tempat tidur dan lainnya.
Perkenalkan, namaku Sania, dan sering di panggil San oleh teman-teman dan keluargaku. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Aku mempunyai kakak laki-laki yang sangat menyebalkan serta adik perempuan yang sangat nakal. Namanya kak Jeje dan dek Febri.
Semua anggota keluargaku sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aku sendiri sedang membersihkan debu-debu yang melekat disekitar ruang tamu.
“Uhuk..uhuk.” Aku terbatuk-batuk setelah debu itu masuk kehidungku.
“Yee.. kenapa kamu Jelek…” Kata Kak Jeje meledekku sembari menjulurkan lidahnya.
“Apaan sih kak? Aku alergi debu tau! Uhuk.. uhuk..” jawabku sembari masih terbatuk-batuk.
“Alergi??? hahaha Yaiyalah! kalo debu masuk kehidung pasti batuk .”
“Nah itu tau… Emang dasar kakak tidak pengertian.” Kataku sembari memukul punggung kak Jeje dengan sapu bulu yang ku pakai membersihkan debu.
“Uhuk..uhukk.. SUN! apa-apaan kamu! Debunya kena muka kakak tau! Aduuuhh.. wajah tampanku…”
“Hahaha …dasar narsis! Tampan dari mana? hadeeehh” cibirku melihat tingkah kak Jeje yang mulai lebay dan kumat narsisnya.
“Ck ck ck.. kalian itu apa-apaan. Udah jangan bercanda terus.” Kata Mama yang tiba-tiba datang.
“Iya ma, iya..” kompak kami menurut.
Setelah semua selesai beres-beres, aku langsung bertanya pada mama.
“Ma, emang ada apaan sih? Kok kita beres-beres rumahnya mendadak banget.”
“Nanti ada tamu sayang.”
“Tamu siapa ma? Special ya? Abisnya mama tiba- tiba ngajak beres-beres rumah.”
“Hm.. spesial nggak ya….” Sahut papa tiba-tiba dari belakang.
“Ih.. papa, aku serius nih” gerutuku mulai tak sabar.
“Udah, kamu ganti baju dulu gih sana, nanti juga tau.” Perintah mama. Dan tanpa membantah aku pun langsung naik ke atas mengganti bajuku yang terlihat kumal. Sedikit penasaran sebenarnya, siapa sih tamu itu?
Setelah berganti baju aku pun langsung turun ke ruang tamu. Tampaknya tamu itu sudah datang. Satu persatu kuperhatikan mereka, sepertinya tamu kami ini satu keluarga.
“Sebelumnya, kenalin dulu.. mereka ini anak-anakku.” Mama tersenyum ramah memperkenalkan kami kepada tante Murni dan om Andi juga anaknya.
“Kenalin tante, aku Jeje, ini adikku, SUN dan Febri.” Kata Kak Jeje memperkenalkan diri dan langsung bersalaman dengan mereka, kemudian disusul aku dan dek Febri.
“Waaah.. cantik-cantik dan tampan ya. Tante juga mau kenalin, ini anak tante, namanya Alif” kata tante Murni.
“Om , tante, saya Alif.”
__oOo__
“Aww…!!!” Jeritku yang tiba-tiba ditabrak seseorang, dan ternyata itu Alif yang sedang membawa minuman soda berwarna merah. Sehingga minuman itu tumpah dibajuku.
“Uh, baju kesayanganku.” Cetusku sembari memandangnya kesal.
“Ups! Maaf..maaf.. nggak sengaja.” Katanya sembari membersihkan bajuku dengan tisu.
“Aisshh.. apaan sih?” aku melepaskan tangannya yg sedang mengelap bajuku.
“Udah terlanjur. nggak bisa bersih lagi lah. Lagian kamu baru datang kesini aja udah bikin ulah. sialan!” umpatku kesal dan langsung naik ke kamarku tanpa memperdulikan Alif yang masih berdiri diam di luar ruang tamu.
2 hari kemudian
“Assalamualaikum.. ” Ucapku membuka pintu rumah setelah pulang sekolah, dan tak kusangka ada tante Murni dan Alif!!! Aisssshh.. ketemu cowok sialan itu lagi! Menyebalkan ! gara-gara dia baju kesayangankuku rusak. Nodanya tidak hilang-hilang.
“Sania… tunggu!!” Panggil Alif yang sedari tadi tak kuhiraukan. Sepertinya dia orang luar pertama yang memanggilku Sania setelah Papa.
“Apa lagi?” tanyaku dengan tampang jutek yang tak bisa kusembunyikan.
“Tentang kejadian kemarin aku minta maaf ya. Aku tidak sengaja”
“Tidak apa-apa” jawabku yang masih kesal.
“Yah, nggak ikhlas nih. Kalo udah dimaafin kenapa mukanya masih jutek gitu?”
“Aisshh.. kata siapa aku nggak ikhlas… aku ikhlas kok.”
“Bohong banget, dari nadanya aja ketauan.”
“Oke.. aku udah ikhlas. Udah lupain aja kejadian itu.” Jawabku tenang. Karena kalau di pikir-pikir akunya juga yang salah karena tidak lihat-lihat sehingga Alif menabrakku dan baju kesayangnku jadi kotor.
“Serius. Kalau perlu aku ganti deh bajumu” Ucap Alif yang masih merasa bersalah.
“nggak usahlah.” Tolakku.
“Yakin?”
“Iya yakin”
“Kalo gitu senyum dong. Biar akunya yakin kamu nggak marah lagi”
“Ih.. apaan sih. Nih aku senyum. Puaasss??” Jawabku sembari menunjukan senyum terpaksa.
“ hahahaaa ..nah.. gitu kan manis.” Goda Alif.
Setelah kejadian itu tidak ada masalah lagi diantara kami. Tapi malah sebaliknya, kami menjadi bertambah dekat. Setiap hari Alif datang kerumahku, sekedar silaturahmi atau berbagi cerita denganku. Dan entah kenapa aku merasa kesepian apabila sehari itu tidak bertemu dengannya. Inikah yang dinamakan cinta? Hmmm entahlah. Namun yang pasti aku bahagia apabila dia ada di dekatku.
“Woiii! Ngelamun aja.” Suara Alif mengagetkanku.
“Aisssh.. ngagetin aja. Untung aku nggak jantungan.”
“Hahaha… Amin. Amin..” Ucapnya manggut-manggut sembari mengangkat kedua tangan.
“ck, amin? Ku timpuk jga nih anak! Awas kau!” kataku mendelik kesal.
“hahaha atuuuttt… haha jelek juga ya kalo kamu kesal kayak gitu” Ledek Alif
“Sebodo.” Jawabku cuek.
“haha oke oke, maaf maaf, Cuma becanda doang kok, hehe.. oya aku punya sesuatu buat kamu.”
“Apaan? Hmmm… jadi penasaran” Cetusku yang memang penasaran.
“Ini!” katanya sembari menyodorkan sebuah kotak kado padaku.
“Apaan nih?”
“Ya buka aja”
Tanpa banyak bicara lagi, akupun membuka kotak kado yang diberikan Alif, dan seketika itu juga mataku takjub. Kulihat sebuah baju cantik berwarna putih dan sangat mirip dengan baju kesayanganku itu kini berada di tanganku. Serta sebuah kartu ucapan yang membuatku terharu dan sangat ingin memeluknya.
“Aku…aku mau.” Kataku kemudian memeluknya erat.
Kini rasa bahagia menyelimuti hatiku. Hati ini tak sanggup menahan kuasa cintanya. Jantungku tak henti berdegup kencang. Sungguh perasaan bahagia yang luar biasa.
Awalnya biasa saja. Tak pernah terpikir rasa ini akan cepat menghinggapiku. Rasa sayang dan cinta yang tulus untuk seseorang yang belum lama ku kenal. Mungkin kamu berpikir ini cinta kekanak-kanakan. Hanya cinta picisanku. Tapi dari lubuk hati yang terdalam kuyakinkan , bahwa inilah cintaku padamu. Sebuah cinta yang tulus. Aku nggak tau karna apa aku mencintaimu. Aku juga nggak tau karna apa aku takut kehilanganmu. Tapi yang ku tau, aku sangat mencintaimu. Dan yang ku tau aku begitu takut kehilanganmu. Jadi… Maukah kamu jadi pacarku?
Alif
The End