JEMARI YANG TAK MENYENTUH
Senyum indah cakrawala
mengepakkan sayapnya dalam menyapa dunia
dingin hawa udara di siang hari
membuat jejak si penelusur jalan
tak ada yang perduli siapa dia
mereka hanya bisa memandang rendah
tak ada yang tahu kenapa dia begitu
mereka hanya menghina
terombang-ambing dengan secarik kertas di tangan
waktu, keringat, pikiran, materi, jiwa raga, serta kehangatan keluarga
telah dia korbankan untuk secarik kertas itu
tak ada yang perduli berapa tahun dia korbankan demi secarik kertas itu
duduk di pinggir jalan
bersandar pada pohon yang rindang
dengan tatapan kosong melihat pengguna jalan
dalam hatinya berkata
aku telah belajar selama bertahun-tahun
aku lulusan terbaik di almamaterku
semua alumniku berfikir aku akan berhasil
mudahnya kalian mengatakan tidak ada lowongan
apa yang salah dengan itu
teringat pesan ayah dan guru
“gantungkanlah cita-cita mu setinggi langit
dan buatlah tangga untuk menggapainya”
tangga itu telah aku buat
sayang
jemari yang tak menyentuhnya
dan aku masih gagal meraih cita-cita itu.