Jodoh gak Kemana #cerpen #romance
Aku seorang mahasiswa semester akhir di sebuah perguruan tinggi negri di jakarta. Begitu pun dia, radit. Tapi kami berbeda jurusan. Aku anak kedokteran sedangkan dia anak IT. Radit itu cowok manis yang menurutku bila siapa saja yang mengenalnya pasti akan menyukainya. Maksut ku bukan suka seperti cinta. Tapi lebih kearah mendapatkan rasa nyaman dan ingin mengenalnya lebih dekat, karna hal itu pulalah yang aku rasakan saat pertama kali berkenalan dengannya satu tahun lalu.
Walau pun aku dan radit satu kampus tapi kami tidak kenal dari kampus. Awal pertama akumengenalnya justru larna ketidak sengajaan. Kami bertemu di salah satu acara liburan musim panas di pulau harapan, salah satu pulau di kepulauan seribu. Kami berada dalam satu rombongan wisata. Bertukar cerita satu sama lain dan ternyata kami mahasiswa dari kampus yang sama. Saat itu ia berlibur bersama seorang teman satu jurusannya juga, namanya ilham. Terjalinlah pertemanan diantara kami bertiga.
Sepulang dari berlibur pun, aku, radit dan ilham masih terus menjalin komunikasi. Kami semakin akrab dan aku senang akan hal itu. Aku jadi mendapat teman makan bareng baru di kantin kampus, teman nonton bareng, teman nongkrong bareng disaat kebetulan sama-sama tidak ada dosen.
Dan suatu hari, saat aku dan radit sedang jalan santai menuju gerbang kampus untuk pulang, tiba-tiba ia bilang bahwa ia menyukai ku. Aku bingung. Aku hanya tersenyum.
“Maksut omongan lo apa dit?” tanya aku
“Gak ada maksut apa-apa sih” jawabnya sambil tertawkecil
“Lah kok gitu?”
“Yah terus harus gimana?” ujarnya lalu tersenyumseraya berbelok ke arah parkiran dan aku yang biasa naik angkot dari jalan seberang terus melanjutkan langkah lurus ke depan.
Sudah lewat beberapa hari dari kejadian itu, dan aku masih terus saja kepikiran. Semakin aku memikirkannya semakin aku merasa juga memiliki rasa suka kepada radit. Tapi semenjak kejadian itu aku belum lagi sekali pun bertemu dengannya. Saat aku sedang memikirkannya, tiba-tiba sms masuk. Dari radit.
“Besok kemana? Besok jalan yuk. Nonton atau makan gitu”
“Besok? Gue ada kelas tambahan sampe malem.” balasku.
“Yah yaudah. Gue tunggu nantipulangnya gue anter ya.”
“Tumben mau nganter ke rumah.”
“Enggalah. Dih. Ge-er.”
“Lah td bilangnya.”
“Siapa yg bilang mau anter ke rumah. Mau anter ke KUA. Hahaha.”
Dan aku langaung tersenyum saat membaca pesannya. Mungkin juga sedikit senang. Atau mu gkin banyak. Entahlah aku juga masih bingung dengan perasaanku.
Kebesokharinya perkuliahanku selesai jam 8 malam. Jujur aku menunggu sms dari radit. Setidaknya dia mengkonfirmasi ulang bahwa ingin menungguku pulang kuliah atau dia menginformasikan sedang menungguku dimana. Tapi dari tadi siang tidak ada sms darinya. Ingin aku menanyakannya duluan, ‘lo dimana? Jadi anter?’ tapi berat rasanya. Mu gkin karna gengsi.
Keeaokan harinya aku melihat radit. Ia sedang membonceng seorang cewek. Siapa cewek itu? Usut punya usut akhirnya aku tahu perempuan itu adalah pacar radit, dia mahasiswi universitas lain dan sudah pacaran dengan radit sejak SMA. Informasi ini aku dapatkan dari ilham yang memang sudah berteman lama denga radit. Aku masih sering main bersama ilham jadi cerita itu dengan mudah aku tanyakan padanya. lalu aku berfikir apamaksut sikap radit terhadapku belakangan ini? Dia hanya mempernainkan perasaanku? Atau dia hanya bercanda, aku yang menanggapi terlali serius? Atau dia memanh sednag mencoba mendua karna dia sudah bosan dengan pacar dari SMA nya itu? Aku pun juga tidak tahu. Yang aku tahu aku juga sudah suka dengan radit. Bukan suka seperti yanh dulu pertama mengenalnya. Tapi suka yang lebih mengarah ke cinta.
Sekarang perasaaku menjadi masalahku. Ingin rasanya bertanya langsung pada radit tapi sulit bagiku. Akhirnya aku menceritakan perasaanku yang sekarang menjadi masalahku kepada ilham dan mencoba mendapatkan solusi darinya atau bila beruntung memdapat bantuan darinya karna dia teman dekat radit. Dan memang hal itu yang aku harapkan.
Hari berganti minggu. Aku terus menceritakan nagaimana komunikasi ku dengan radit akhir-akhir itu dan ilham juga dengan loyal terus memberikan informasi tentang bagaimana kehidupan cinta radit akhir-akhir itu. Memanh saat-saat itu radit dan pacarnya (meta) bisa dibilang sedang retak karna satu dan lain hal. Hubungan mereka mulai hambar. Aku semakin yakin kalo waktu itu radit serius mengatakan suka padaku. Tapi kenapa sampai sekarang tidak ada kelanjtannya dari radit.
Aku yang mulai lelah digantung seperti ini. Lambat laun mencoba tidak berharap lagi pada radit. Tapi hubungan kami tetap baik seperti awal. Suatu malam aku, radit dan ilham nonton film bareng. Pulangnya, aku meminta radit untuk memberi aku tumpangan motor, karna ku fikor rumah kami searah jadi bisa sekalian. Tapi ilham malah menyuruh agar dia saja yang mengantarku, padahal rumah ilham berbeda arah dengan arah rumahku, dan radit pun mengiyakan. Aku sedikit bingung pada saat itu tapi tanpa bertanya mengapa, aku menuruti saja apa kata dua lelaki itu.
Beberapa hari setelah itu. Aku makan bakso di kantin dan ada ilham disana. Kami ngobrol panjang lebar tentangosip terhangat di kampus saat itu, tentang kapan libur semester akan dimulai dan lain hal sebagianya. Sampai akhirnya ilham berkata, “maya…”
“Ya?” jawabku
“Gimana jadinya kalo nyatanya gue yang suka sama lo?”
“Ha?”
Gimana?”
“Kok lo ngomong kayakgini sih? kan lo tau gue sukanya sama siapa.”
“Iya. Tau. Radit.”
“Nah.”
“Tapi lo kan juga udah tau sikap radit gimana ke lo.”
Saat itu aku benar-benar bingung. Tapi jujur saja tanpa aku sadari sebenarnya aku pun ada sedikit menaruh perasaan pada ilham. Mungkin ini terjadi saat aku sering curhat tentang radit padanya sehingga tanpa aku sadri komunikasi ku dengan ilham lebih intens dibanding komunikasi ku denga radit. Radit pun jarang terlihat di kampus. Sedangkan ilham sering sekali beertemu denganku di kantin dan berujung mengobrol panjang lebat tentang banyak hal, termasuk tentang radit tentunya.
“Gue tau lo masih ada perasaan suka ke radit walau kayak gini keadaannya. Tapi gue penasaran apa gak ada sedikit pun perasaan suka lo ke gue? Gue cukup sekedar tau hal iti aja sih.
Aku pun tersenyum pada ilham sambil mengangkat tangan kanan ku dan membentuk jari telunjuk ku mendekat ke jempolku hingga hampir menempel dan menekuk tiga jari lainnya, mengisyaratkan tanda sedikit. Sejak sore itu aku pun menjadi pacar ilham.
Sekarang sudah setahun semenjak kejadian aku membentuk jari-jariku mengisyaratkan tanda sedikitSekarang cintaku sudah banyak untuk ilam. Aku pun sudah tidak memiliki sedikit pu. Perasaan cinta pada radit. Tapi aku dan radit masih berteman, bahkan dekat. Radit dan meta pun masih menjadi pasangan kekasih hingga saat ini. Mereka berdua terlihat begitu serasi dan mesra, bahkan kabarnya 3 bulan lagi akan meyebar undangan pernikahan. Aku turut aenang.
Malam ini aku makan sop buah berdua dengan ilham di oinggir jalan.
“Yang aku mau cerita deh.” ucap ilham
“Hem.”
“Dulu, beberapa hari sebelum aku nembak kamu. Aku kan ngobrol sama radit tentang kamu.”
“Ngobrolin apa?”
“Aku bilang kalo kamu suka radit dan aku suka kamu.”
“Serius?”
“Iya.” “Terus radit bilang apa?”
“Dia bilang, dia udah tau kamu suka dia. Dan posisinya wakti itu, radit juga udah putus sama meta. Tapi kata radit, kalo aku suka sama kamu, aku maju aja. Radit bakal mundur. Dia bilang gitu.”
Aku hanya diam.
“Jadi deh wakti itu aku berani bilang suka ke kamu. Mungkin kalo waktu itu kamu nolak aku dan akhirnya aku mundur. Mungkin radit bakal mulai usaha deketin kamu kali yang, karna kan dia juga wktu itu udah putus dari meta. Mungkiiin…”
Aku hanya diam. Tapi pikiranku menerawang. Mungkin. Mungkin saja hal itu terjadi. Mu gkin saja kalo saat itu aku tidak terburu-buru menerima ilham, mungkin sekarang aku disini bersama radit menikmati segarnya sop buah. Ya tuhan kenapa pikiranku menerawang sejauh itu. Radit dan meta sudah akan menyebar undangan menikah sebentar lagi. Aku tidak sepatutnya berfikir yang aneh-aneh. Lagipula aku juga mencintai ilham sekarang, bahkan sangat cinta. Inilah takdir aku, radit dan ilham.