Kambing makan kertas, keunikan pulau Bungin
Pulau Bungin merupakan sebuah pulau terpencil dan salah satu desa yang berada di kecamatan Alas, kabupaten Sumbawa. Pulau Bungin berada di sebelah utara Kecamatan Alas. Akses menuju Pulau Bungin ada dua, yaitu lewat darat dan laut. Jika lewat laut harus menyeberangi laut dari pelabuhan Alas dengan perahu yang bermuatan 10-15 orang penumpang. Cukup membayar seharga Rp 5.000 untuk orang dewasa, dan Rp 2.500 untuk anak-anak. Sedangkan jalur darat dapat langsung menuju pulau Bungin dengan mobil atau sepeda motor sekitar 30 menit.
Pulau ini memiliki luas 8,5 hektar dengan jumlah penduduk 3.400 jiwa. Pulau yang terkenal dengan bangunan rumah panggung ini memanfaatkan batu karang laut yang sudah mati sebagai pondasi rumahnya. Setiap tahun pulau yang telah padat ini terus bertambah luasnya karena adanya upaya reklamasi untuk menampung penambahan keluarga yang baru menikah. Rata-rata, setiap tahunnya bertambah 10 buah rumah baru di Pulau Bungin.
Asal mula Pulau Bungin dihuni oleh penduduk dari suku Bajo dirintis oleh Palema Mayu, salah seorang dari 6 orang anak raja Selayar. Menurut cerita yang berkembang Palema Mayo datang ke Sumbawa sebelum meletusnya gunung Tambora di daratan utama, pada 1812. Waktu itu, pulau Bungin yang berpasir putih ini masih kosong dan hanya ditumbuhi pohon bakau saja.
Salah-satu keunikan dari Pulau Bungin ini ialah, kambing yang memakan kertas. Seperti yang kita tahu, binatang yang berkaki empat ini pasti memakan nasi, ikan, rumput atau daun-daunan. Tetapi mendengar kambing makan kertas bahkan pakaian penduduk disekitar itu sangat aneh. Kambing-kambing di sana dilepas begitu saja oleh pemiliknya dengan tujuan agar si kambing dengan sendiri mencari makan. Dilihat dari bentuk tubuh kambing–kambing disana memang aneh. Perut kambing di sana besar, tetapi ke empat kakinya sangat kurus. Mungkin itu merupakan hasil pencernaan hewan tersebut karena memakan selain rumput atau daun-daunan. Menurut Muchsin (58), kepala desa pulau Bungin saat ini yang diwawancarai pada hari Kamis, 18 Desember 2014, cerita mengenai kambing makan uang, kertas atau pakaian warga itu bukan sekedar bualan, tetapi itu fakta, karena di pulau buatan dari batu karang ini tidak bisa tumbuh rumput, sehingga makanan kambing di pulau ini tidak lumrah, seperti kambing di daratan pada umumnya. (Yenni Nurramdani)