Kegelisahan Tengah Malam

Cerpen, Fiksi

Suara kipas angin terasa sangat bising di telingaku. Padahal kipas ini berputar seperti biasa, seperti malam-malam sebelumnya. Mataku sangat lelah ingin rasa nya terpejam. Namun setiap kali ku memejamkan mata ada sesuatu yang mengganjal di hati. Hatiku begitu gelisah, seperti menghawatirkan sesuatu, tapi sesuatunya itu tidak jelas, entah apa. Pikiranku juga ikut gelisah membantu hati mengingat-ingat apa sebenarnya yang aku gelisahkan? Mungkin banyak yang jadi penyebab tapi tidak semuanya aku pikirkan seperti itu. Tapi entahlah, hanya dengan berdoa mungkin akan menjadi awal untuk tidur nyenyakku.

Hal ini sering terjadi pada beberapa malam. Sampai-sampai aku pernah terjaga hingga sampai terdengar adzan subuh.

Saat malam adalah saat dimana aku benar-benar termenung sendiri, “waktunya tidur” tapi banyak memikirkan hal-hal lain. Memikirkan hal yg kemarin, tadi pagi, siang, bahkan sore atau sampai waktu besok dan lusa pun sudah aku pikirkan.. Tapi mana mungkin aku memikirkan hal itu dalam satu malam. Di malam ini akar dari kegelisahanku apa? Aku terus bertanya pada hatiku. Apa karena dia atau karena orang lain. Ataukah aku merindukan seseorang dan dia tak pernah membalas rinduku. Mungkin karena dia yang baru-baru ini berada di fikiranku. Saat jiwanya pergi dari sisiku mengapa tentangnya selalu menghantui hatiku. Apa aku melakukan banyak salah sehingga dia terus menghantui fikiranku. Hal ini kita yang putuskan. dia yang memberi sinyal kuat dan aku yang membuat jembatannya. Kita sama-sama membantu.

Mataku terus terpejam. Namun keringat dingin tiba-tiba saja datang seolah menyampaikan pesan dan mengingatkanku kepada perkataan terakhirnya. “telah berbuat apa aku” tanya hatiku. Aku tidak seburuk yang dia katakan. Tapi bicaranya seolah-olah aku.. Hemmm sudahlah, bahkan aku tidak ingin mengingatnya untuk sementara ini. Hal lain yang menjadi penenang hati dan pikiranku adalah saat dimana kita tertawa dan bercanda bersama, hal tersebut lebih banyak kita lakukan dari pada ini, dan semua sudah tertutupi oleh satu kesalah fahaman yang kita lakukan. Bahkan aku kecewa pada diriku juga padanya.. Hening malam ini ingin rasanya kubuang fikiran ini dan gelisah hati ini jauh-jauh. Tidak hanya di buang tapi di lenyapkan selama-lamanya. Karena aku tidak ingin hal ini terjadi lagi. Hal ini sangat menggangguku. Aku hanya ingin tertidur dan bangun dengan pikiran cerah dan hati yang tenang.

Hal utama yang akan membuatku tenang malam ini adalah berdoa kepada Allah, agar aku dijaga dalam tidurku yang nyenyak hingga Dia mempertemukanku dengan Subuh. (Tia Lismawati)


Tinggalkan Balasan