Kontroversi Pemberhentian Kurikulum 2013, Antara Keuntungan Guru Atau Kerugian Siswa??

Non Fiksi, Opini, Pendidikan

Kontroversi Pemberhentian Kurikulum 2013, Antara Keuntungan Guru Atau Kerugian Siswa

Kurikulum merupakan komponen terpenting dalam pendidikan. Kurikulum adalah alat atau mesin penggerak pendidikan itu sendiri. Sejak pergantian kurikulum dari KTSP (kurikulum 2006) menuju Kurikulum 2013 adalah sebuah batu loncatan yang besar bagi pendidikan Indonesia. Kurikulum 2013 ini megalami perombakan secara menyuluruh di setiap aspek membuatnya sangat berbeda dengan kurikulum KTSP yang sebelumnya diberlakukan.

Bagaikan langit dan bumi diibaratkan perbedaan antara KTSP dengan Kurikulum 2013. Penerapan yang berbeda di semua hal, mulai dari yang sebelumnya kurikulum dengan pembelajaran berpusat kepada siswa dengan hanya 50% di KTSP menuju berpusat pada siswa 100% di Kurikulum 2013. Hal yang menjadikan kurikulum istimewa bahwa penerapan pendidikan karakter secara eksplisit diajarkan kepada siswa melalui kompetensi-kompeensi inti pada setiap silabus dan RPP mata pelajaran, yang sebelumnya pada KTSP hanya bersifat implisit. Keeksplisitan pendidikan karakter pada kurikulum 2013 memiliki pengaruh langsung terhadap siswa dalam proses pembelajaran, seperti tumbuhya rasa tanggung jawab, jujur dan menghargai pendapat teman, serta sifat gotong royong yang tinggi dilihat saat mengerjakan tugas dari guru melalui metode saintifik. Selain itu, siswa dituntut untuk menjadi lebih mandiri untuk menemukan setiap materi pembelajaran melalui pengontrolan guru.

Pemberhentian kurikulum 2013 yang baru-baru ini diputuskan oleh kemendikbud sangat disayangkan, melihat dampak yang akan ditimbulkan khususnya bagi siswa. Pemberhentian ini dilakukan dengan alasan masih banyaknya sekolah-sekolah yang belum siap dengan penerapan kurikulum ini dan banyaknya guru yang mengeluh dengan sistem penilaian yang ribet. Sungguh suatu fenomena yang ironi, ketika setelah penerapannya sudah memberikan dampak yang baik bagi siswa dalam hal meciptakan pendidikan berkarakter justru diberhentikan dengan alasan yang tidak mendasar. Padahal, belum siapnya sekolah-sekolah dan ribetnya guru dalam penilaian adalah suatu hal yang wajar ketika diterapkannya kurikulum ini masih terbilang baru. Seiring waktu penerapannya berjalan, maka akan membisakan siswa dan guru untuk mampu menyesuaikan diri dengan kurikulum 2013 dan mampu melaksanakannya sesuai dengan apa yang diharapkan dalam kurikulum 2013, sehingga pendidikan karakter yang dibangun dengan landasan kurikulum ini tidak setengah-setengah hanya bagi siswa yang pernah mengenyam kurikulum 2013.

Pemberhentian kurikulum 2013 telah menjadi kontoversi antara keuntungan guru atau kerugian siswa yang seharusnya diperhatikan oleh pemerintah. Sampai saat ini, belum jelas pemberhentiannya apakah seterusnya dan tetap menggunakan KTSP atau sementara sampai sekolah-sekolah dan guru-guru merasa siap dengan kurikulum 2013???


Tinggalkan Balasan