KRITIK FEMINISME NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

Buku, Resensi

KRITIK FEMINISME NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

Novel sang pemimpi merupakan kelanjutan dari novel laskar pelangi karena kedua novel ini merupakan bagian dari tetralogi Laskar Pelangi.

Novel sang pemimpi meceritakan sang pemuda yang penuh dengan harapan yang tinggi. Walaupun harapan mereka tinggi, tapi mereka berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya. Dan pemimpi itu adalah tokoh Aku (Ikal) dan tokoh Arai. Namun dalam analisis ini tokoh tokoh Ikal dan Arai tidak terlalu banyak dibicarakan walaupun ada sangkut pautnya dengan tokoh wanita yang ada dalam novel ini.

Adapun tokoh yang banyak disinggung dalam kritik ini adalah tokoh Nyonya Lam Nyet Pho (turunan prajurit Hupo, semacam Capo, ketua preman pasar ikan), Mak Cik Maryamah, Nurmi (pemain biola), Ibu Ikal, Laksmi (taksiran Jimbron), dan Zakiah Nurmala (taksiran Arai).

Nyonya Lam Nyet Pho adalah sosok perempuan yang terkenal kaya di Belitong. Ia memiliki gudang tempat penyimpanan ikan, 16 perahu motor, dan ratusan pria sebagai anak buahnya. Ia bertubuh tinggi besar, berambut tebal yang disemir hitam pekat, berbahu tegap, dadanya tinggi, mukanya seperti orang terkejut, dan sesuai tradisi Hupo ia bertato berlukiskan naga menjalar di punggung sampai ke bawah telinga. Sikapnya juga bengis, tega, sok kuasa, dan tak mau kalah.

Sikap Lam Nyet Pho yang bengis dan sok kuasa dibuktikan pada cuplkan novel berikut

… Suara Nyonya Pho kembali menggelegar seperti pengkhotbah di puncak Bukit Golgota.

“Bujang! Tolong sini! Angkat peti ini ke stanplat. Daripada kalian merokok saja di situ, aya ya…. Tak berguna!” (halaman 20)

Dilihat dari status sosial, Nyonya Pho adalah seorang wirausahawan yang berkompetensi. Setiap dia angkat bicara, para pedagang ikan langsung melepaskan apa pun yang sedang dikerjakan karena kata-kata Pho sangat berbobot dengan pilihan kata yang sederhana, gampang dicerna, tajam memukul sasaran. Nasihatnya sungguh didengarkan oleh para pedagang ikan di Belitong.

Tujuan hidup seorang Pho adalah kesejahteraan untuk keluarganya dan bisa merubah nasip dari keluarganya. Mentalitas merealisasikan ide menjadi tindakan nyata itulah pegangan seoran Pho untuk berusaha menyejahterakan dirinya dan keluarganya. Ia berusaha jugnkir balik membangun klannya dari nol. Dan klannya itu terkaya di Belitong. Tapi tetaplah dia seorang Nynyo Pho yang sok kuasa dan tak mau kalah dalam berbicara. Seperti cuplikan novel berikut ketika dia angkat bicara di depan mahasiswa yang bersosialisasi di Belitong.

“itulah penyakit kalian, orang Melayu. Manja bukan main, banyak teori kiri kanan, ada sedikit harta, ada sedikit ilmu, sudah sibuk bersombong-sombong….” (halaman 164)

Nyonya Pho tidak punya suami, tapi di memiliki banyak laki-laki sebagai anak buahnya. Kepada laki-laki manapun Pho hanya dipandang sebagai orang kaya dan dihormati kekayaannya.

Sebagain Nyonya Pho inilah harapan Feminisme, yaitu penyetaraan gendre. Secara kasarnya walaupun Pho adalah seorang wanita, tapi dia sangat disegani dan menjadi penguasa ikan terkaya di Belitong.

Berbeda halnya dengan Pho, Mak Cik Maryamah dalam novel ini adalah seorang wanita yang miskin dan tidak mampu berjuang untuk menghasilkan kebutuhan hidupnya, dalam novel disebutkan “…lahir untuk susah, itulah stempelnya”. Karna ketuaannya dia hanya bisa meminjam beras dari ibu Ikal. Mak Cik Maryamah memiliki anak bernama Nurmi.

Suatu ketika Mak Cik Maryamah meminjam beras pada ibu Ikal, dan pada akhirnya Maryamah ingin menukar Biola yang dimiliki Nurmi. Nurmi bersedih dan tidak tega berpisah dengan biolanya. Dengan terpaksa dia memberikan ibu Ikal, tapi ibu Ikal menyuruh Nurmi untuk menyimpan biola itu dengan kata lain ibu Ikal ikhlas memberikan beras itu kepada Maryamah.

Sudah jelas bisa dikatakan Maryamah adalah orang lemah yang sudah tidak bisa berusaha lagi. Dan Nurmi karena masih kecil dia juga masih lemah dan masih mengharapkan material hidup dari ibunya, Maryamah.

Ibu Ikal berperan biasa dalam novel ini. Tingkahnya lemah lembut dan penyayang kepada Keluarganya terlebih pada Ikal dan Arai. Ibu rumah tangga, sebagai ibu rumah tanggalah statusnya. Dia selalu setia pada suaminya.

Beralih kepada Zakiah Nurmala.

Zakiah Nurmala adalah sosok wanita yang cerdas dan menjadi kembang SMA Bukan Main tempat Ikal, Arai, dan Jimbron bersekolah. Nurmala inilah wanita yang membuat Arai naksir habis-habisan sejak Arai pertama kali melihatnya waktu pendaftaran. Sikap Nurmala sungguh tidak peduli (cuek) terhadap Arai, bahkan tidak suka melihat Arai. Terbukti pada cuplikan novel berikut.

….., setiap melirik Arai, Nurmala seperti orang terkena penyakit angin duduk. (halaman 76)

Sikap Nurmala yang tidak peduli itu terlihat jelas saat Nurmala menghamburkan surat dari Arai untuknya di tempat parkir, dan membentuk surat Arai seperti pesawat dan dilepaskannya ke kolam sekolah. Sikap Nurmala terhadap Arai begitu tega, tega menyakiti Arai. Hati Nurmala sungguh kuat untuk ditembus oleh Arai.

Walaupun sikap Nurmala indifferent (tak acuh) kepada Arai, akhirnya Nurmala bisa tersenyum oleh perjuangan Arai yang ingin membuatnya tersenyum dan jatuh cinta. Walaupun sekedar tersenyum, Arai cukup bahagia. Sifat kefemininan Nurmala sungguh tinggi, karena cara Nurmala bersikap selayaknya cewek pada umumnya yang berbeda dengan Nyonya Pho.

Tokoh selanjutnya adalah Laksmi.

Laksmi adalah seorang yatim piatu yang diasuh oleh Tionghoa Tongsan pemilik pabrik Laksmi bekerja. Walaupun dia dibesarkan oleh Tionghoa (nonmuslim), tapi Laksmi ditumbuhkan menjadi seorang muslimah yang taat. Laksmi bersikap murung karena ditinggalkan oleh ibu dan Bapaknya, Laksmi tidak pernah tersenyum karena keadaannya yang begitu. Sikap Laksmi adalah putus asa, sebagaimana tercermin dalam cuplikan novel dibawah ini.

… Laksmi selalu menampilkan kesan seakan tak ada lagi orang yang mencintainya di dunia ini,… (halaman 78)

Tapi walaupun Laksmi tidak pernah tersenyum lagi saat dia kehilangan ayah dan ibunya, Jimbron berusaha matia-matian untuk membuatnya tersenyum dan pada akhirnya Laksmi bisa tersenyum lebar.

…Laksmi terkesima lalu samar-samar ia tersenyum. Ia memandangi Jimbron dan semakin lama senyumnya semakin lebar…(halaman 182)

Dalam peran Laksmi ini sungguh nyata terlihat bagaimana kefimininan seorang wanita. Hal ini yang tidak disetujui kaum feminis, yang menampilkan wanita selalu tertintas dan tidak tahu jalan untuk hidup mandiri. Dengan diasuh oleh Tionghoa, Laksmi bisa melanjutkan hidupnya yang walapun dalam kesedihan.

Dan yang terakhir adalah tokoh Minar.

Minar adalah salah satu pembantu dari sekian banyak pembantu yang dimiliki oleh Nyonya Lam Nyet Pho. Minar adalah sosok wanita yang super cerewet. Karena kecerewetannya, dia juga biang gosip dari gosip-gosip yang beredar di Belitong. Nada suaranya fleksibel, dia bisa mengiramakan gosip yang cocok dibicarakan secara keras dan gosip yang dibicarakan secara lembut. Sungguh Minara adalah penggosip kelas kakap.

Tokoh minar ini mencerminkan sifat yang sangat feminis juga, karena yang biasa banyak bicara adalah wanita. Hal ini juga yang ditentang oleh kaum feminis. Kenapa hanya wanita yang selalu dipersalahkan menjadi biang gosip. Kesetaraan gendre teraplikasi pada tokoh Minar.


Tinggalkan Balasan