LA BANGOK

Budaya & Folklor, Dongeng

LA BANGOK

Ada sebuah kisah tentang seorang pria yang bernama kebangok-bangok. Kebangok-bangok adalah pria yang bodoh. Dimana pada suatu hari ia diberi tugas oleh ibunya untuk menjaga kakeknya yang sudah tua dan sakit-sakitan, karena ibunya ingin berkunjung ke rumah saudaranya yang sedang sakit. Sebelum berangkat ibunya memberi pesan kepada kebangok-bangok untuk memandikan kakenya.
ibu: “bangok, nanti mandikan kakekmu ya”
bangok: “ kapan ibu ?”
ibu: “nanti setelah air di atas tungku itu mendidih. Kalu sudah mendidih, kamu bangunkan kakek mu dan mandikan dia”
Bangok hannya diam dan tidak menjawab , dia merenungkan apa yang di ucapkan oleh ibunya. Lalu ibunya merasa kesal dan membentak bangok sambil mendorong kepalanya “ kamu dengar atau tidak apa yang ibu katakan”. Kebangok tersunngur dan mengatakan pada ibunya “ iya bu, nanti aku mandikan kakek. Ibu tenang saja, serahkan pada bangok. Semua urusan lewat, itu mahhhh kecil” ia mejawab dengan bangga dan penuh semangat dan ibunya pun tersenyum. Ibunya lega dengan jawaban dari kebangok, ibunya bergegas pergi ke rumah saudaranya. Bangok mengantarkan ibunya sampai gerbang depan. Dan untuk mengingatkan ibunya kembali berkata “ bangok ingat apa yang ibu tugaskan kepadamu” dan bangok pun menjawab dengan mengacungkal jempol pada ibunya dan berkata “ oke , tenang saja. Semuanya beres bu”.
Bangok adalah seorang yatim, ayahnya sudah meninggal sejak ia berumur 10 tahun. Dan kini ia tinggal bersama ibu dan kakeknya yang sakit-sakitan. Kebangok berbeda dengan teman-temannya yang lain, dimana ia memiliki keterbelakangan mental. Teman sebayanya sudah beranjak dewasa, namun ia masih saja seperti anak ingusan yang dongo. Umurrnya kini sudah 25 tahun, namun ia masih saja sibuk dengan dunianya sendiri, teman-teman dimasa kecilnya sudah berumah tangga dan memiliki anak dan istri. Namun karena ketidak normalannya kini ia masih saja lajang.
Kini ibunya sudah pulang dari rumah saudaranya, ibunya menghela nafas lega karena saudara yang dikunjunginya sudah sembuh. Ibunya mengambil air putih dan meminumnya sambilmenyanyakan bangok prihal tugas yang ibunya berikan “ bangok, sudah kamu mandikan kakekmu ?” bangok menjawab dengan keras dan bangga “ iya, sudah bu” ibunya terkejut dengan semangat bangok yang menjawab pertanyaannya, setelah terdiam sejenak labango kembali berkata dengan riang “ bu, sepertinya kakek senang kalu bangok yang memandikannya. Lain kali kalw ibu mau memandikan kakek suruh bangok saja”. ibunya tersenyum danberkata
ibu: “kamu ini ada-ada saja, kenapa kamu bilang kalu kakek mu senang di mandikan sama kamu bangok ?”
bagok: “ tentu saja, buktinya kakek tertawa setelah di mandikan bangok”
ibu: “ tertawa bagaimana maksud mu”
bangok : “ibu lihat saja, sampai sekarang pun kakek masih tertawa setelah bangok mandikan. Mungkin kakek senang di mandikan oleh bangok karena setelah bangok mandikan kakek menjadi lebih putih dan bersih. Tidak seperti di mandikan ibu”
ibu: “apa kata mu ? kakek mu masih tertawa dan putih bersih ?
Ibunya bingung dengan jawaban bangok, ibunya langsung berlari ke belakang dan melihat ternyata ayahnya sudah tidak bernyawa lagi. Ternyata itu yang di maksud bango dengan perkataannya yang menyatakan kalu kakeknya sangat senang di mandikan olehnya.
Ibu: ‘’ apa yang kamu lakukan pada kakekmu ?’’
bangok: ‘’ ibu kan yang menyuruh bangok memandikan kakek, bangok hanya menjalankan tugas yang di suruh ibu”
ibu: ‘’ tapi kenapa kakekmu sampai seperti itu ?’’
bangok: ‘’ibu yang menyuruh memandikan kakek setelah air diatas tungku mendidih… kakek sedang tertidur dan bangok membangunkannya. Setelah kakek terbangun, bangok menyuruhnya membuka baju dan setelah semua baju kakek terbuka bangok langsung menyiram kakek dengan air yang diatas tungku’’ terdiam sejenak dan melanjutkan kembali perkataannya “ setelah bangok menyiram kakek dengan air itu kakek sangat gembira, ia tertawa dan kelihatanya kakek sangat bersih setelah bangok menyramnya. Mungkin karena itu kakek tersenyum, dan bangok melihat kakek kedinginan setelah dimandikan bangok karena badan kakek terasa dingin semua. Bangok membawa kakek ke kamarnya dan memberikan selimut untuknya.’’
ibu: ‘’ apa kamu bilang ? kakmu langsung memandikan kakek mu dengan air di atas tungku itu ?””
bangok: “iya…”
ibu: ‘’ dasar tolol, dasar anak goblok…. pantas saja kakek mu meninggal. Kamu memandikannya tanpa mencampurkan air dingin terlebih dahulu…. kamu tau tidak apa yang kamu lakukan pada kakek mu ?’’
bangok: ‘’ tidak…’’
ibu: ‘’ kamu sudah membunuh kakekmu. Kakekmu sekarang mati “
banok: ‘’ mati… apa itu mati buk “
Bangok tidak tau mati itu apa….karena dia adalah anak yang bodoh dan bisa dikatakan sangat bodoh. Ibunya pun dengan kesal menjelaskan kepada bangok mati itu apa.
Ibu: ‘’ mati itu dimana kita sudah tidak bernyawa lagi dan tubuh baunya sangat busuk”
Bangok:’ ‘’ ohhhh jadi begitu ya buk’’ bango menjawab”
Duka mendalam dirasakan ibu bangok, tapi ia harus ikhlas dengan kematian ayahnya. Semua tidak akan selesai dengan terus menyalahkan anaknya karena ibunya tau kalo dia yang telah lalai dalam memberikan anaknya tugas. Seharusnya ia tidak memberikan tugas itu kepada bangok, dan seandainya ia memberikan tugas itu ia harusnya menjelaskan apa yang harus bangok lakukan. Kini ibunya hanya harus tabah dan thawakal menjalani semuanya. Dan ibunya tersadar dalam renungan kalu belum ada kiai untuk acara pemakaman ayahnya. Tanpa pikir panjang ia langsung memanggil bangok dan menyusuh bangok mencari kiai.
Ibu: ‘’bangook…., bangook”
Bangok: ‘’ iya bu…”
Ibu: “carikan ibu kiai….”
Bangok: ‘’Iya buk…mmmmmmmmmmm,?
Sebelum pertanyaannya selesai ibunya sudah bergegas pergi untuk mempersiapkan penguburan. Bangok kebingungan dengan hal yang disuruh ibunya. Dalam perjalanan dia bertanya-tanya dalam hatinya. “apa itu kiai ? aku tidak tau kiai itu apa, tapi kalu aku tidak mencari kiai sekarang iu pasti akan memarahi aku. Ahaaaaa…. mungkin yang kiai itu….” ia langsung pergi dan berlari untuk mencari kiai yang ia maksudkan.
Dirumah ibunya sudah menunggu bangok mencari kiai, dan akhirnya bangok pun datang. Ibunya langsung menyambut bangok dengan pertanyaan “kamu sudah menyuruh kiainya ke rumah kita bangok ?’’ bangok pun menjawab “iya, sudah bu”. Perasaan ibunya lega, tapi sampai beberapa menit kiai yang dipanggil bangok belum juga datang. Dengan resah ibunya memanggil bangok dan menanyakan prihal tentang kiai itu.
Ibu: ‘’ bangok… mana kiai yang kamu panggil tadi, apa kamu benar sudah menyuruhnya kemari?”
Bangok: “ iya bu sudah… bangok sudah menyuruhnya datamg keruah, malah banyak kiaiyang bangok suruh datang ke mari”
Ibu: “ apa. banyak ? siapa yang kamu suruh ke sini yang banyak itu”
Bangok: ‘’kan kiai bu…”
Ibu: ‘’cukup Cuma satau kamu suruh kemari anak ku, tidak usah banyak-banyak”
Bangok: ‘’ iya buk, bangok tau.. tapi diantara yang banyak itu tidak ada ynag menyauti bangok satu pun”
Ibu: ‘’lhoooo apa yang kamu maksud ?’’
Bangok: ‘’ ibu kan menyuruh bangok mencari kiai, nahhh bangok mencari kiai itu di tepi sungai tadi. Banya kiai yang lewat dan di setiap kiai ynag lewat itu bangok menyuruhnya ke rumah. Pak kiai, pak kiai disuruh ke rumah sama ibu saya, begitu bangok bilang, tapi diantara meraka ynag bangok suruh tidak ada yang menjawab bangok dan bangok rasa sudah cukup banyak yang bagok suruh dan akhirnya pulang”
Ibu: ‘’ dasar goblok…. ibu menyuruh kamu mencari kiai bukan tai” dengan kesal ibu membentak bangok dan menyuruhnya kembali “ kiai bangok bukan tai… kiai baok, sekarang pergi cari kiai baok… cepaaaaaaaaaaaatt!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Bangok kaget dan langsung berlari untuk mencari kiai baok yang dibilang ibunya. Lagi-lagi ia bingung dengan apa yang disuruh ibunya. Kali ini ia bingung dengan kiai baok. Apa yang dimaksud ibunya kiai baok. Dalam perjalanan ia berpikir dan akhirnya menemukan jawaban dari ucapan ibuya. Ibunya mondar-mandir di depan halaman menanti bangok akhirnya melihat bangok di ujung jalan, tapi anehnya ada yang ganjal pada bangok. Ia membawa seekor kambing dan menyeret kambing itu.
Ibu: “ apa yang kamu lakukan, mana kiai baok yang ibu suruh kamu bawa bangok’’
Bangok: “ini kan bu, bangok sudah membawakan ibu kiai baok yang ibu inginkan”
Ibu: “ya tuhan bangok… ibu menyuruh kamu membawa kiai baok bukan bemmbek baok.”
Ibunya kesal dengan tingkah laku bangok yang sangat goblok yang tidak pernah mengerti dengan apa yang ia katakan. Dan akhirnya ibu bangok sendiri yang mencari kiai sampai semua pemakaman selesai dilaksanakan.
Seratus hari sudah berlalu semenjak kematian kekeknya. Acara seratus hari pun akan dilakukan, itu merupakan kegiatan yang dilakukan di daerah bangok dan ibunya. Ibunya lupa untuk membeli kendi untuk peringatan seratus hari kematian ayahnya. Dan bangok pun disuruh ibunya ke pasar untuk membeli kendi, ia di panggil ibunya dan disuruh kepasar untuk membeli kendi.
Ibu: “bangoooooook….”
Bangok: “iya bu….”
Ibu: “ibu minta tolong sama kamu , belikan ibu kendi dipasar. Ibu lupa membelinya kemarin”
Bangok: “iya bu…”
Ibu” ini uangnya, kamu belikan ibu lima kendi yang berukuran kecil dan tujuh kendi yang berukuran kecil”
Bangok: baik bu…”
Ibunya berpikir kalu tugas yang diberikan kebangok tidak terlalu sulit, karena sudah jelas yang ia katakan membeli kendi dan itu suatu hal yang mudah, tidak memerlukan pikiran yang jenius untuk mengerjakan hal tersebut. Dan sesampainya di pasar bangok langsung menemukan penjual kendi dan ia pun langsung menghampiri penjual kendi tersebut.
Bangok: “pak bangok mau membeli kendi”
Penjual: “ iya nak silahkan… mau beli berapa?”
Bangok: “ bangok disuruh sama ibu untuk membeli lima kendi besar dan tujuh kendi kecil dan ini uangya pak”
Penjual: “oooohhh begitu, tunggu ssebentar” penjual memilihkan kekndi ynag diinginkan bangok, lima kendi berukuran bsar dan tujuh yang erukuran kecil “ini nak kendi yang kamu inginkan, dan sisa uangmu masih sepuluh ribu rupiah’’
Bangok: “iya pak, terimakasi…”
Bangok terlihat gembira karena ia telah mengerjakan apa ynag disuruh ibunya dengan benar, tapi setelah ia melihat kendi-kendi itu ia segera pulang. Tapi ia bingung untuk membawanya pulang, kendi itu terlalu banyak. Ia tidak bisa membawanya dengan kedua tangannya. Ia duduk terdiam untuk memikirkan bagaimana ia akan membawa kendi itu pulang. Dan akhirnya sebuah ide pun ia dapatkan. Iya membeli tali dengan sisa uang pembelian kendi tadi, setelah membeli tali ia melubangi bagian bawah kendi tersebut dan memasukkan tali kedalam kendi. Itu ia lakukan sampai kendinya habis, dan masuk semua. Setelah itu ia mengambil kayu dan membawanya pulang. Sesampai dirumah ia langsung duduk mengambil air dan meminumnya. Setelah ia minum, ia memanggl ibunya “ibuuuuuuuuuuu…. bangok puang”. Ibunya pun segera keluar rumah “ iya nakk….” setelah keluar dari rumah ibunya langsung mengelus kepala bangok karena ia pasti capek berjalan dari pasar ke rumah, ibunya belum melihat kendi yang dibeli bagok.
Ibu: “ kamu capek yaaa nak ?”
Bangok: “tidak bu, bangok tidak terlalu capek…”
Ibu: “mana kendi yang ibu suruh beli itu nak? “
Bangok: “itu bu…” bangok sambil menunjuk ke arah pojok bawah, persisi dimana ia menaruh kendi yang sudah ia beli.
Ibu: “ astagaaaaaaaaa….. kenepa kendinya begini ? kenapa kendinya berlubag di bawah bagok? “
Bangok: “bangok yang melubanginya bu, karena bangok bingung bagaimana untuk membawanya pulang”
Ibunya hanya bisa terdiam melihat kendi yang terlubgahni itu, ia mengela nafas panjang. Ia mau marah sama bangok tapi itu akan sia-sia saja. Ibunya hanya terdiam dan bergumam “ya alaaaah kenapa kamu sangat goblok bangok”. Dan akhirnya ibunya sendiri yang pergi membeli kendi ke pasar sekalian membeli bumbu dapur yang belum tercukupi. Dan akhirnya semua telah di beli, tetapi setelah di periksa ternyata garam lupa ia beli. Dan akhirnya iya menyuruh bangok untuk membeli garam karena ia terlalu capek untuk kembali kepasar membelinya.
Ibu: ‘’bangok… ibu sangat capek, tolong kamu belikan ibu garam di pasar yaaaa….”
Bangok: “ iya buuu, tapiiii….”
Ibu: “tapi apa bangok ? “
Bangok: “nanti ibu marah-marah sama bangok karena kegoblokan bagok”
Ibu: “ ibu percaya sama kamu nak, ibu yakin bangok bisa membelikan ibu garam”
Bangok: “ iya bu….. tapi buat apa ibu garam ?”
Bangok: “untuk dedaunan hijau nak” dedaunan yang dimaksudkan ibu bangok adalah sayuran yang dimasak.
Bangok: “baik bu.. mana uangnya ? bangok akan pergi kepasar untuk membeli garam”
Dan bangok pun pergi ke pasar untuk membeli garam yang di perintah kan oleh ibunya. Setelah ia membeli garam ia memikirkan ibunya yang sedang capek. Dan memikirkan kembali apa gunya garam yang ia beli “untuk dedaunan hijau” dan didalam hatinya ia ingin membantu ibunya intuk menaburi garam untuk dedaunan hijau. “kelihatannya ibu sangat capek, lebih bai bangok membantu ibu untui menaburi garam ini ke dedaunan hijau supaya ibu tidak mengerjakannya nanti. Supaya ia istirahat… kasian ibu”. Dan di setiapperjalan pulang, jika ia melihat dedaunan yang hijau ia menaburinya dengan garam tersebut. Itu ia lakukan sampai garam itu habis. Dan sesampainya di rumah ia langsung ke belakang dimana ibunya sedang menanti garam yang dibeli bangok. setibanya di rumah ibunya langsung menanyakan garam yang dibeli bangok dan ternyata jawaban bangok sangat mengagetkan ibunya.
Ibu:” bangok mana garamnya ?”
Bangok: “sudah bangok taburka pada dedaunan hijau, bangok kerjakan terlebih dahulu supaya ibu tidak melakukan pekerjaan itu, ibu kan capek”.
Ibunya benar-benar marah kali ini, ia langsung berteriak mengomeli bangok dan memukul bagok dengan sapu yang ada di dekatnya. Bangok berlari dan meninggalkan ibuunya yang sedang marah. Ibunya terdiam karena sangat merah pada bangok. Tetapi setelah ia merenung cukup lama ia kasian dan menyesal telah memukulbangok dengan sapu dan membuat bangok berlari ketakutan. Sampai sore hari bangok belum pulang dan ibunya sangat khawatir memikirkan bangok yang belum saja pulang. Matahari sudah terbenam dan bangok pun belum pulang, ibunya bergegas pergi keluar rumah untuk mencari bangok dan baru saja keluar rumah ada suara yang ganjil di kandang sapi dan setelah dilihat ternyata bangok disana sedang tertidur dibawah tempat menaruh makan sapi. Ibunya mengangis melihat bangok yang tertidur disana. Ibunya membangunkan bangok.
Ibu: “ nak bangun… kaenapa kamu tidur disana, ayo pulang dan tidurlah di kamar”
Bangok: “ bangok takut, bangok tidak mau. Bangok tidak mau di pukul lagi bu”
Ibu: “iya nak maafkan ibu, ibu tidak akan memukul bangok lagi, ayo pulang nak”
Bangok pun dibawa pulang ibunya, ia disuruh mandi terlebih dahulu dan disiapkan makanan oleh ibunya. Bangok terlihat senang seakan-akan tadi sore tidak terjadi apa-apa.
Dua minggu telah berlalu, dan ibunya menyuruh bangok untk memandian sapi peninggalan dari almarhum kakeknya. Sapi itu gemuk, besar dan sangat sehat. Itu adalah salah satu harta berharga ibunya. Bangok disuruh memandikan sapi karena ingin dilihat mandiri dan bisa mengerjakan sesuatu oleh ibunya. Karena ia sudah dewasa dan harus dilatih untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan ibuya. Ibunya sudah khawatir dengan bangok yang beluum menikah sampai saat ini, padahal umurnya sudah cocok untuk menikah dan mempunyai anak dan istri.
Setelah disuruh memandikan sapi, bangok pun pergi dengan baik dan tidak ada kejanggalan apa pun. Setelah sampai di sungai ia melepas sapinya di pinggir sungai yang arusnya cukup deras. Disana ia sangat senang memandikan sapinya, ia tertawa gembira dan di sela tawanya lewat seorang gadis muda yang sangat cantik. Ia punmelihat gadis utu tanpa berkedip, gadis itu tersenyum manis melihat bangok. Tanpa disadari gadis itu telah luput dari pandangannya. Ia terus saja tersenyum sendiri membayangkan gadis yang menawan yang barusan lewat didepannya. Ia tersadar bahwa gadis tadi adalah wanita di seberang desanya anak dari pak ahmad juragan padi. Dan ia tersadar dari khayalannya oleh sapinya yang buang air besar. Ia sangat kesal oleh sapinya yang membangunkan nya dari khayalan gadis cantik tadi “ ahhh……. sialan. Godek jamak jari sampi” dia bergumam memakai bahasa daerahnya. Setelah sapi itu buang air besar, sekarang ia menyuruh sapinya untuk cebok “ ayooook sekarang kamu cebok” sapi itu hannya terdiam karena binatang tidak bisa melakukan hal-hal seperti manusia. Untuk beberapa kali ia menyuruh sapinya cebokan “ ayoook cebokan sumpret, jadi sapi kok jorok banget. Ayoook cebok kata ku…” ia mengulangi kata-kata itu untuk beberapa kali dan akhirnya ia marah “iya sudah kalo kamu tidak mau cebok sendiri, biar aku yang cebokin kamu”. Dan ia pun mencari kayu untuk mencebok sapinya itu “ ne maeh sik ku bisok bi sampi”. Dengan memakai kayu ia memasukkannya ke dalam pantat sapinya, sapinya mengamuk tapi ia terus melakukan itu “ diam jorok” dan akhirnya sapi itu mati dengan tindakannya itu.
Bangok pulang dengan tengan kosong, ibunya bertanya kemana sapi yang ia bawa tadi kenapa ia hanya membawa dirinya saja.
Ibu: “Bangok mana sapi mu nak”
Bangok: “mati buuu…..”
Ibu: “apa, mati ? apa yang kamu lakukan dengan sapi itu ?
Bangok: “ndek ku ngumbek-ngmbek ye”
Ibu: “tapi kenapa sapi itu bisa mati ?”
Bangok: “tadi di sungai dia buang air besar. Bangok suruh dia cebok, tapi dia tidak mau. Yaaahhh bangok ambilkan sebatang kayu, terus bangok masukin ke anusnya dan dia mati.”
Ibu: “astagaaaa”
Ibunya hanya bisa terdiam mendengar kalo sapi satu-satunya mati. Bangok sungguh goblok dan tidak bisa berpikir sama sekali. Dan kini ibunya berpikir bagaimana nasip anaknya. Dia sudah berumur dan sudah cocok untuk berumah tangga. Teman sebayanya sudah menikah dan memiliki anak. Dan ibunya merenung untuk menjodohkan bangok dengan seorang gadis, tetapi gadis yang mana. Dan ibunya mengingat kalau dia memiliki seorang teman yang memilikii anak gadis di seberang desanya. Dan ibunya pun pergi untuk melamarkan gadis itu untuk bangok. Sesampai disana ibunya mengutarakan keinginannya untuk melamar putri dari temannya itu. Ayah dari sigadis melihat bangok. Walaupun bangok orang goblok, tapi ia pemuda yang gagah. Dan ayah sigadis menerima pinangan ibu bangok dengan syarat untuk beberapa hari ia akan dilihat kerajinannya dalam bekerja. Dan ibunya pun menyetujui persyaratan dari ayah si gadis.
Bangok slalu mengerjakan pekerjaan dengan baik, walau pun hujan ia tetap mengerjakan pekerjaan tersebut. Dan pada suatu hari ia pulang dari hutan untuk mencari kayu, karena lelah ia membanting kayu yang dibawanya. Ayah sigadis melihat tindakan bangok tersebut dan berkata “kenapa bangok membanting kayu itu ya bu, apa bangok marah ?”. itu ia pertanyakan pada istrinya. Dan pada sore itu terjadi hujan yang sangat deras, tanpa disangka-sangka atap rumah calon mertua bangok bocor dan pada keesokan harinya bangok disuruh memperbaiki atap yang bocor. Setelah sampai di atas atap ternyata dia berada di atas atap kamar sigadis. Bangok melihat ke dalam kamar ternyata sigadis sedang luluran yang dimana si gadis sedang telanjang bulat. Dan seketika bangok pulang dan mengomel ke ibunya.
Ibunya kaget dengan kedatangan bangok karena ibunya tau kalau bangok sedang berada dirumah calon istrinya untuk memenuhi syarat yang diberikan ayah sigadis.
Ibu: “bangok kenapa kamu pulang nak ?”
Bangok: “bangok tidak mau di jodohkan dengan wanita itu bu…”
Ibu: “kenapa nak, kenapa kamu berkata seperi itu. Bukan kanh kamu juga suka sama gadis itu, kamu juga kan yang ingin di pinangkan gadis itu”
Bangok: “awalnya memang begitu, tapi sekarang bangok tidak mau. Ibu tega sekali memilihkan bangok istri seperti gadis itu”
Ibu: “kenapa nak “
Bangok: “gadis itu memiliki 2 bisul didadanya yang besar bu, seukuran dengan cangkir. Pokoknya bangok tidak mau. Bangok ingin mencari sendiri istri bangok”
Dan ibunya pun menuruti keinginan bangok, ia membiarkan bangok mencari calon istri yang ia inginkan. Mungkin dengan mencari sendiri ia akan merasa cocok dengan wanita yang akan menjadi istrinya. Dan bangok pun berpamitan ke ibunya untuk mencari calon istri untuknya. Ia mencari wanita ke seberang desa. Di hutan ia menemukan nenek-nenek yang sedang mencari kayu bakar dan ia pun membawanya pulang. Sesampainya di rumah ia memperkenalkan calon istrinya kepada ibunya. Dan sesampai di rumah ia di marahi karena membawa nenek-nenek yang tidak sepadan dengan nya yang masih muda. Ia disuruh mencari wanita muda untuk dijadikan istri. Ia pun kembali mencari calon istrinya. Di tengah jalan ia menemukan seorang wanita cantik dan langsung membawanya pulang, dari kejauhan ibunya terenyum karena melihat bangok yang membawa wanita muda dan cantik untuk dijadikan istrinya. Dan sesampai dirumah ibunya mengajak wanita itu berbicara tapi wanita itu tidak menjawab apa-apa dan ternyata wanita itu bisu, bangok pun kembali diomeli ibunya, ia disuruh mencari wanita yang bisa bicara.
Di perjalanan ia menemukan wanita tergelempar di tanah, ia pun membawanya pulang dan memperkenalkan nya pada ibunya.
Bangok: “ibu, ini calon istri bangok” ia berteriak dari luar rumah, karena ibunya sedang berada di dapur
Ibu: “iya bangok tunggu sebentar, ibu keluar sekarang”
Sesampai di luar ibunya kaget karene ynag dibawa bangok adalah mayat wanita muda korban perampokan dan pemerkosaan. Ibunya kali ini sangat marah dan menyuruh bangok membuang mayat wanita itu, setelah membuang mayat it bangok dinasehti oleh ibunya “nak, kalo orang yang mengeluarkan bau busuk itu bererti orang itu sudah mati”. Itu dikatakan ibunya kepada bangok. Dan bangok punmengangguk dengan nasehat yang diberikan ibunya itu,
Dan setelah itu bangok tidur disamping ibunya, seketika ibunya merasa mulas dan buang angin. Baunya sangat busuk dan bangok mengira ibunya sudah mati dan menguuburkan ibunya hidup-hidup. Sekarang setelah menguburkan ibunya hidup-hidup ia merasa lelah dan tidak sengaja ia pun buang angin dengan bau busuk pula. Dia berbicara pada dirinay sendiri “bau ku busuk, berarti aku sudah mati” dan ia pun mengubur dirinya sendiri tetapi kepalanya tetap di luar.
Pada malam hari ada sekelompok maling yang akan melakukan aksi malingnya di rumah orang kaya. Dan tanpa disengaja salah satu dari maling itu menginjak kepala bangok dan bangok pun mengeluarkan suara kesakitanya “aduuuh”. Salah satu dari maling itu melihat kalau ternyata ada seorang pemuda di dalam tanah yang hanya kepalanya saja yang ada di luar.
Malinga: “haiii, apa ynag kamu lakukan disana ?”
Bangok: “aku sudah mati, jadi aku menguburkan diri ku sendiri dan sebelum ini aku telah menguburkan ibu ku karena ia mengeluarkan bau busuk di badannya”
Maling-maling itu tertawa dengan uangkapan bangok itu “ pemuda yang goblok, tapiii yaaa sudah lah. Sekarang kamu ikut bersama kami”
Bangok pun diajak para maling untuk melakukan aksi mereka. Dan ternyata target para maling itu adalah calon mertua bangok yang ia tinggalkan sebelumnya. Setelah sampai rumah para maling membuka paksa jendela rumah itu tetapi diantara mereka tidak ada yang bisa masuk karena badan mereka yang gemuk-gemuk, dan bangoklah yang disuruhnya untuk masuk.
Bangok: “apa ynag harus aku ambil ?”
Maling: “ambillah barang berharga didalam rumah itu dan serahkan pada kami”
Didalam bangok kebingungan akan mengambil barang berharga, dan ia pun mengambil nasi dan lauk yang ia anggap baranga berharga.
Maling: ”bukan ini goblok, ambillah barang yang menyala dan berkilap barang yang menyala dan berkilap aadalah emas dan permata”.
Bangok pun kembali masuk dan lagi-lag ia kebingungan untuk mengambil apa. Dan ia melihat tungku api yang menyala dan berkilap. Ia pun mengambil bara api tersebut dan menyerahkannya pada simaling.
Bangok: “ini barang yang menyala dan berkilap itu” ia langsung menumpahkan bara api itu pada maling-maling tersebut dan seketika maling itu terbakar dan dipergoki tuan rumah. Bangok berlari dan lolos. Sekarang ia kembali bingung apa yang harus ia lakukan, ia duduk menyendiri dibawah pohon meratapi nasibnya sekarang. Dan tidak disangka ia pun kembali buang angin dengan bau ynag sangat busuk, dan lagi-lagi ia menyangka kalau dirinya sudah mati dan mengubur dirinya di bawah pohon tersebut.
SEKIAN


Tinggalkan Balasan