logo website tulismenulis.com header 2
Edit Content

Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Cerpen M. SYAKUR, MY LOVE Karya Wahyu Kurnia Astuti

love-3

Awal kisah ini berlangsung sekitar tahun 2009. Namun, karena alasan ketidakcocokan dia memutuskan untuk berpisah dariku. Awalnya sulit untuk menerima, tetapi karena waktu dan jarak yang memisahkan akhirnya aku bisa melupakannya, meski tidak semua tentangnya aku lupakan.
Tahun demi tahun telah kulewati tanpa setitik kabarpun darinya. Dia ibarat angin lalu yang seketika menghembuskan angin segar dan berlalu begitu saja.
Namun ternyata tuhan punya rencana indah untukku, tepat tanggal 13 Juni 2014, kisah ini berlanjut untuk kedua kalinya.
“jrenk_jrenk” bunyi smsku datang, sesegera mungkin aku mengambilnya untuk membaca pesan yang entah dari siapa.
“Hallow” pesan itu singkat namun tak berbekas.
Dengan harap-harap cemas alias H2C aku membalasnya, dan berdo’a semoga dia orang cakep yang baik hati “Siapa?”.
Semenit dua menit kemudian “jrenk_jrenk” bunyi smsku datang lagi, secepat kilat aku membaca pesanku.
“Syakur M.” Jawabnya singkat.
“Beneran?”. Tanyaku masih belum percaya.
“Gak. Ini bo’ongan”.
“Lha, serius dikit dunk”.
“Ya iyalah, btw gmana kabarmu sekarang?”
“Alhamdulillah baik”
“Baguslah, trus pacarmu dimana?”
Lha, kok nanya pacar nih orang, kepo banget. Batinku melihat pesannya yang blak-blakan nanya soal pacar, modus banget kan?
“Hahaha, pacar? Udah putus, bulan Mei. Kalo kamu?”. Tanyaku balik via sms.
“Ya sama, udah putus juga, dia yang mutusin aku. Tapi setelah itu dia yang minta balikan, ya jelas aku gak terima”
Hahahah, kali ini dia benar-benar modus, pikirku. Atau mungkin kebetulan bertemu dalam status yang sama.
“Kenapa?”
“Aku gak mau disakiti oleh orang yang sama untuk kedua kalinya, cukup sekali”.
Kira-kira begitulah awal kedua percakapanku dengannya.
Setiap hari dia selalu mengirimi aku pesan singkat. Perhatian yang dulu aku harapkan dia berikan sekarang meski hanya sebagai teman, tetapi aku memiliki keyakinan yang kuat untuk bisa memilikinya lagi meski ada keraguan tapi itulah “aku”. Namun dia slalu berusaha menjaga citranya, aku bisa mengetahuinya dari tiap pesan yang dia kirimkan untukku. Kadang dia pura-pura BEGO’ tiap kali aku mempertanyakan perihal perasaannya terhadapku, padahal setauku dia sengaja sms aku duluan karena ingin menyambung tali kasih yang dulu sempat terputus gara-gara alasan yang tidak masuk akal dan buat aku nangis terpingkal-pingkal dan merana berabad-abad. Agak kejam, tapi aku selalu memaafkan orang-orang yang telah melukai perasaanku, karena bagiku memaafkan adalah hal yang mudah meski aku tidak bisa melupaknnya secepat kilat. Aku memang bukan anak pesantren yang hafal semua hadist yang akan aku bacakan tiap kali orang itu berbuat salah atau apalah, tapi satu yang aku tau dari hidupku “Kalau salah, maafkanlah! Lalu perbaiki”.
Katakan saja Mr. Al, dia adalah kekasih yang baik sebenarnya namun karena dia terlalu sering menyakitiku akhirnya aku melakukan hal yang sama terhadapnya. Aku kembali merajut tali asmara yang aku buat-buat untuk membuatnya merasakan apa yang pernah aku rasakan dulu. Dan benar saja dia merasakan hal yang sama dan jujur saja aku sangat bahagia melihatnya menderita. Setiap hari Mr. Al sakit hati sampai gigit-gigit tali sepatu tiap kali dia melihatku bercumbu via sms dengan si dia, tapi aku tidak peduli karena yang pasti dia tidak akan pernah bisa merebut ponsel dari tanganku untuk mencaci maki laki-laki yang berusaha mendekatiku. “NO ANYMORE!!” batinku dalam hati sembari cekikikan melihatnya gundah gelana “Rasain lho! Gue, lho lawan main-main”. Batinku lagi melihat dia tambah galau melihatku senyam-senyum sendiri keasikan bertukar pesan dengan mantanku.
“Capek bolak-balik Kantor Migrasi, huftt!”.
Ting-tong-teng, di update lah tuh status dari ponselku. Sepersekian detik si dia ngelike statusku dan langsung komentar. “Mau kemana kamu?”. Aku sudah bisa membayangkan raut wajahnya mengkerut seperti baju si Dede yang belum kena punggung setrika sebulanan. Akupun membalas komentarnya yang bisa dibilang tidak elegan dengan cepat “Kemana aja, asal tidak nyasar kehatimu”. Aku cekikikan sembari menekan komentar dilayar ponselku. Namun tiga menit berlalu dia tidak juga membalas komentarku, aku jadi merasa dia hanya bertanya karena ingin tau saja, bukan karena peduli terhadapku.
“Jrenk_jrenk”. bunyi hpku, dengan segera aku mengambilnya dan membuka pesan.
“Kamu mau kemana?”. Tanyanya lagi melalui pesan singkat yang segaja dia kirimkan ke aku untuk memperjelas pertanyaannya.
“Kan aku sudah bilang barusan, kamu kok sulit sekali fahamnya”.
“Jawabmu ngawur, manusia normal mana yang faham”
“Kamunya saja yang lola, pentium nol”
“Memangnya pentium nol ada?”
“Ada kok, liat saja di cermin, pasti keliatan kok!”
“Kalo aku melihat cermin, aku seperti melihat dirimu”
“Ah dia mulai menggodaku”. Batinku. Tetapi dia konsisten menjaga citranya agar tidak mudah tercoreng oleh gadis imut, mungil dan manis sepertiku. “Hahaha” tawaku dalam hati melihat kembali pesan-pesan yang dia kirimkan. Namun aku tidak mau membalas pesannya, urusannya jadi panjang boookk!!
Jum’at, 11 Juli 2014. Dia menemuiku untuk perpisahan denganku, tidak lama, hanya sebulan. Tapi dia tidak akan pernah tau, kalau tiga tahun yang lalu aku sangat merindukannya. Kalaupun aku menghilang, itu bukan keinginanku sepenuhnya, aku sangat menginginkannya. Tapi itulah kisah yang harus aku lewati bersamanya, jujur saja aku tidak pernah menyesal mengenalnya dulu dan aku berani menerima resiko dua kali untuk mengenalnya lagi.
“Aku pasti akan merindukanmu”. Dia mencium keningku, tapi aku tidak bisa mengartikan kecupan itu karena sampai saat ini dia masih belum mengatakan cinta, namun dia sering mengatakan padaku kalau dia tidak akan pernah rela kalau aku menjadi milik orang lain.
“Mungkin ini berat bagiku, satu bulan untuk penantianku selama tiga tahun”. Batinku menatap matanya penuh harap. “Rindu? Sejak kapan rindu itu untukku?”. Tanyaku ketus.
“Aku akui, aku salah telah menyia-nyiakanmu dulu. Ketulusanmu, yang tidak bisa aku lihat karena jarak yang terlalu jauh memisahkan kita. Jujur saja setelah aku lebih dekat seperti ini, aku sadari perasaanku terhadapmu, tapi aku masih ragu dengan perasaanku sendiri dan tentu saja dengan perasaanmu, apakah ini cinta?” tanyanya kepadaku. Aku menelan ludah. Sakit! Seolah harapanku pupus sudah untuk bisa memilikinya kembali.
“Entahlah! Aku sendiri tidak faham dengan rasa ini. Cinta yang aku kira benar adanya, ternyata hanya kesemuan belaka”. Kataku berusaha menahan tangisan. Benar saja selama ini dia hanya menjadikanku sebagai adik kecilnya yang terlihat lucu, tapi bagaimana aku bisa merasa jadi lucu kalau orang yang aku cintai hanya menganggapku sebagai adik. Hatiku seolah hancur berkeping-keping terkena bom atom.
“Mungkin aku salah telah hadir kembali dalam hidupmu”. Katanya pelan. Antara benar-benar tidak memahami atau dia pura-pura tidak mau tau tentang perasaanku.
“Kamu tidak perlu mengucapkan hal itu, kita sudah terlanjur bertemu, dan aku sudah terlanjur mencintaimu”.
“Tapi aku harus bagaimana? Aku mencintaimu, tapi hanya sebagai teman”.
Dia kembali membuatku menelan ludah, tapi ini rasanya lebih pahit. Entahlah mungkin karena aku belum sikat gigi atau mungkin saja karena empeduku yang hancur lalu naik ke tenggorokanku. Tapi yang pasti sakitnya sampai keujung kuku, menusuk empedu.
“Sudahlah! Dari dulu sampai sekarang kamu tidak berbeda. Kamu hadir hanya untuk menyakitiku. Apa kamu akan terus-terusan memberiku kesemuan itu? Kamu selalu mengatakan kalau kamu tidak akan pernah rela aku jatuh ketangan orang lain, sedang denganmu, lihat! Kamu hanya memberikanku harapan, harapan yang tidak pasti. Apa kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan? Kamu tau bagaimana rasanya sakit hati? Atau mungkin kamu benar-benar tidak punya hati, karena itu kamu bisa membuatku sakit hati berkali-kali”.
Kali ini aku bisa membuatnya terdiam, mungkin untuk memikirkan ucapanku tadi. Tapi kalau ucapanku benar dia tidak punya hati, berarti dia diam karena ngantuk atau lebih parahnya jenuh mendengar ocehan semuku. Aku benar-benar dibuat gila karenanya. Dia selalu bertingkah pura-pura BEGO’ untuk menghindari pertanyaan ataupun pernyataan yang memojokkannya. Tapi itulah hebatnya dia, kalau dimarahi atau semacamnya dia tak berkutik maupun berkelit, dia seolah mengerti tetapi kalau ditanya kembali dia pasti pura-pura BEGO’.
“Apa artinya kamu datang kesini kalau kamu hanya menambah bebanku?”. Tanyaku berusaha untuk membuatnya berbicara.
“Aku ingin melihatmu, dan yang pasti ingin melepaskan rasa rinduku padamu”.
Tuh kan! baru saja aku curhat perihal itu, dia seolah tidak mendengar semua ocehanku dari tadi, dan dengan rasa tak berdosa dia mengatakan padaku kalau dia rindu. Manusia macam apa dia?. Kali ini aku benar-benar ingin menggoreng empedunya, biar dia tau kalau empedu itu pahit dan pahitnya tuh disini. “Eh apa hubungannya neng?”
“Heh..” nadaku kesal.“Apa kamu tidak salah ngomong? Ngawur bin ngelantur kamu. Rindu dan cinta itu beriringan, jadi kalau rindu itu ada padamu itu tandanya kamu cinta, tapi kamu masih berkelit dan bilang gak cinta sama aku. Kamu benar-benar manusia paling aneh yang pernah aku kenal”.
“Bisakah kita tidak membahas ini dulu?”. Dia mengangkat dagu dan menatapku. “yang pasti aku akan membuatmu jadi wanita yang paling bahagia, tapi aku sendiri tidak tau kapan masa itu akan datang”.
“Sudahlah!”. Aku berusaha membuang harapan-harapan yang dia berikan untukku. “Kamu menggantung asa dan cintamu, yang kamu sendiri tidak sadar kalau kamu tidak bertanggung jawab dengan kata-katamu itu. Kamu memberiku harapan tapi kamu sendiri tidak meyakini harapanmu itu, tapi disisi lain kamu menyuruhku untuk meyakininya, apa kamu benar-benar tidak punya hati nurani?”.
Seketika dia memelukku erat, dalam pelukannya ia membisiki aku “Jangan takut aku akan selalu menjaga hati ini untukmu, sekalipun kamu jauh, aku akan selalu menjaganya, yakinlah cinta itu akan datang pada waktunya”. Aku hanya mampu tersenyum lega dalam pelukannya diiringi tangisan, mungkin saja tangisan ini tak akan mampu mengubah segalanya dalam hidupku, tapi sedikit tidaknya mampu membuatku lega. “semakin banyak air mata yang kamu keluarkan, maka semakin banyak pula rasa cinta yang aku pertaruhkan” suaranya pelan memecahkan tangisanku aku menoleh kearahnya, dia membalasku dengan senyuman lalu mengatakan “kamu pasti akan tau” jawabnya singkat.
Aku akui, sekalipun dia menyakitiku seribu kali, hal itu tidak akan mampu mengubah rasa cinta ini menjadi benci, yang aku rasakan hanya cinta dan aku yakin cinta kan membawa kebahagiaan bukan kepedihan dengan alasan apapun. Karena cinta pada dasarnya akan membuatmu bahagia dengan seribu alasan yang tak mampu kamu ulas dengan tiap bait puisi yang mampu meluluhkanmu.
Percayalah bahwa tiap ketulusan yang kamu berikan terhadap pasanganmu, tidak akan sia-sia begitu saja. Karena Tuhan akan memberikanmu ganjaran yang setimpal dengan perbuatanmu. Jadi, jangan nyesel bin nyesek kalau pacar yang kamu bangga-banggain depan pohon semangka ternyata tidak sesuai harapanmu. Itu berarti tuhan memberimu kekuatan lebih untuk mengahadapi kisah cinta yang akan kamu hadapi berikutnya, ataupun dengan masalah lainnya. Kita juga sering melupakan bahwa Tuhan selalu punya rencana indah dari tiap musibah, namun tidak jarang kita mengeluh bahkan menilai bahwa Tuhan tidak pernah adil dengan kehidupan yang sedang kita jalani. Tapi itulah manusia, jauh dari rasa syukur namun selalu ingin tampil sempurna, padahal setauku SEMPURNA hanya milik Andra and the Backbone dan rokok SAMPOERNA, hahahahahahaha (bercanda dikit boleh dunk).
Selama aku di negara tetangga, aku selalu mengabarinya perihal keadaanku, sekalipun terkadang aku malas kehilangan 30 cent hanya untuk mengatakan “Mama kangen sama Papa, jaga diri ya!”. Jujur saja kadang-kadang aku bingung, panggilan dah seabrek romantisnya, pake Mama Papa udah kayak dunia milik berdua meski masih ngontrak sama tetangga sebelah tapi tetap saja aku semangat tiap kali dia membalasku dengan kata-kata romantis dan sangat menjanjikan, mengalahkan janji capres lagi kampanye. Tapi itulah aku, senang meladeni gombalan-gombalan yang dia kirim via sms meski terkadang pesannya gak nyampe-nyampe, abisnya operator kesel bin jijik baca tiap pesan yang aku dan dia kirim.
“AKU MERINDUKANMU MA, CEPAT BALIK YA!”
Aku tersenyum dengan wajah merona sepert di iklan-iklan kosmotik, eh ehm salah maksudku kosmetik. Saking semangatnya aku sudah tidak tau apa bedanya kosmo dengan kosme, lalu si jail jawab dengan semangat “kalau kosmo pahlawannya jepang, kalo kosme yang dihidung itu”. Merem-melek aku membalasnya dengan kesal “ITU KOMEDO PEEAAKKK”. Lagian apa hubungannya sih? Ya udah let’s move on, lanjut yang barusan nih, bukan komedonya tapi kisah cintaku yang semakin lama semakin menjadi-jadi sama si dia yang lagi ditanah air.
“Aku pasti akan kembali untukmu PAPA”.
Terkirimlah pesan itu “Twing-Twing-Twing”, semenit kemudian dia membalas pesanku dengan kata paling romantis dari yang paling romantis yang pernah aku baca. “Aku akan menunggu sampai penghujung usiaku”. Padahal biasa saja, tapi entahlah dengannya kata yang biasa aku dengar dari orang lain begitu tidak bermakna, tapi darinya menjadi begitu bermakna. Apakah ini Cuma rasaku yang terlalu berlebihan untuk memuji sosok laki-laki sepertinya?. Tapi terserahlah! Yang pasti aku meyakini rasa ini dan aku tulus bukan modus alias Modal Dusta, seperti kata Om Mario Teguh.
Satu bulan berlalu. Akhirnya aku pulang jua ke tanah air tercinta, namun satu hal yang aku rasa ganjal dari diriku, yaitu Cintaku Tertinggal di Malaysia. “Hahahahah”, aku tertawa kesal menghujat diriku sendiri, karena seingatku dulu aku sering mengatakan pada teman kelasku namanya Runi, dia punya pacar kerjanya di Malaysia. Ya kalian bisa bayangkan jarak antara mereka berdua, kalau masang meteren, gak akan pernah bisa terukur, tapi itulah cinta, sejauh apapun jarak yang memisahkan, toh akan terasa dekat juga. Itulah anugrah Tuhan yang paling indah, ketika jarak mampu membuatmu merasakan cinta yang tulus dengan beribu alasan kamu akan mempertahankannya. Tapi lain halnya denganku, beda si R beda lagi dengan si W, aku bukan tipikal cewek setia yang mampu mempertahankan cinta yang berada di penghujung dunia sedang aku berada pada inti bumi, karena itu aku hanya mampu cinta sama katakan saja si J, hanya beberapa hari dan berakhirlah kisahku. Tapi hebatnya sekalipun aku yang mengatakan putus, dia beribu kali minta maaf karena tidak bisa membuatku jatuh cinta seperti saat berada disampingnya. Ya sudah topik yang berikutnya neng, kan yang dibahas si dia bukan si J ataupun si D yang ujung-ujungnya buat aku sakit perut apalagi si A dengan beribu kisah cintanya yang dia ceritakan sampai aku muntah darah gak tahan dengan kisahnya yang miring bin miris.
“Aku ingin bertemu denganmu Ma!”.
Aku pelototin lagi pesannya si dia, aku menghela nafas panjang karena aku sudah janji ketemunya sama si Mr. Al. Memang untuk ambil laptop dan motor yang aku titip di dia sewaktu aku pergi, tapi tetap saja aku harus makasih dan gak buru-buru kabur untuk menjauhinya karena bagaimanapun dia sudah bantu aku.
“Besok saja ya, aku masih di rumah”. Aku membalas pesannya, dan berharap dia bersabar. Semenit kemudian dia membalas pesanku.
Dueerrrr….”Ya, aku pasti menunggumu Ma, sebulan saja aku mampu, apalagi sehari. I Miss U Mama”.
Dia memang romantis, dia selalu meyakinkanku dengan tiap ucapan yang dia lontarkan untukku. Sekalipun aku ragu, tapi dia mampu membuatku bertahan. Itulah kehebatannya yang aku akui, yang membuatku sampai sekarang jatuh cinta terhadapnya.
“Aku pasti kembali untukmu Pa”. Balasku dengan raut wajah merona.
Kamis, 14 Agustus 2014. Dia menemuiku lagi. Seperti janjinya sewaktu aku masih di negara tetangga, dia membawakan aku tiga buah Cha-Cha dan yang pasti tidak dibeli di minimarket jamur yang keberadaanya hampir ditiap ketek semut, katakan saja Id.
Dia tersenyum malu melihatku, dengan langkah yang pelan dia mendekatiku dan memberiku tiga buah Cha-Cha yang dibawa dalam plastik berlogo Alfamart, seperti janjinya. “Nih.. ambillah!”
Tapi aku tidak langsung mengambilnya, aku memperhatikan kantong plastiknya, “ooo, bukan” batinku melototi kantong plastik yang dibawanya.
“Aku gak beli disana kok”. Katanya melihatku yang sedang asik memperhatikan kantong plastik yang dibawanya, “kamu jangan mikir kalau aku akan membelinya disana, aku menepati janjiku untuk tidak akan pernah belanja kesana, kecuali kamu yang memintaku”. Dia kembali melayangkan senyum manisnya padaku.
Jujur saja, kayak mimpi bisa melihatnya kembali dan bisa membuatnya jatuh cinta padaku, serasa seperti kejatuhan durian runtuh plus kejatuhan tangga PLN. Kadang aku mencubit pipiku seribu kali, bahkan pernah nyuruh srigala gigit pipiku untuk membuatku sadar kalau ini bukan mimpi, tapi Srigalanya gak beneran kok, Srigalanya kan yang ada di Ganteng-Ganteng Srigala tuh, hahahaha, minta cium saja sekalian neng sama srigalanya biar durian runtuhnya nambah. “Yuk Mari!!”
“ooo, ya sudah! Nih buatmu”. Aku memberinya es krim, dia hanya menggeleng menolak pemberianku, “kenapa? Pemberianmu aku harus terima, sedang kamu menolak, gak adil sekali”. Kataku dengan wajah cemberut.
“Jangan cemberut gitu! Manismu ilang”. Godanya. Tapi itulah aku, aku tidak bisa marah terlalu lama, dirayu dikit saja udah cengengesan seolah tidak pernah tejadi apa-apa. “tuh kan manismu nambah kalo senyum”. Dia kembali menggodaku, mungkin untuk orang lain menggodaku seperti itu sudah biasa, tapi dengannya berbeda. Aku tidak bisa mengatakannya dengan kata-kata, cukup aku dan hatiku yang tau bagaimana rasanya.
“Hah lebay kamu, kayak kamu gak pernah liat aku senyum saja”.
“Ya, aku sering. Tapi sekarang berbeda”. Tatapnya dengan serius menurunkan nada suaranya.
“Apa bedanya?”. Tanyaku pelan, menatap matanya dengan sedikit malu.
“Kamu berbeda dari lima tahun yang lalu, kamu tumbuh menjadi gadis yang manis, membuatku merasa ingin terus memandangi wajahmu sepanjang hari setelah sekian lama aku tidak bisa memandanginya”. Kali ini dia menatapku lebih serius, “aku harap pertemuan kedua ini akan menjadi pertemuan terakhir untuk kita, aku terlanjur mengenalmu dan tidak mau jauh darimu, sekarang aku sadar setelah satu bulan kamu meninggalkan aku, aku merasa aku merindukanmu, bahkan aku tidak mampu melupakanmu sedetikpun, sekalipun dalam lelapku kamu masih hadir dalam mimpiku. Aku merasa jarak telah membuatku sadar kalau aku benar-benar cinta sama kamu. Sekalipun kamu jauh, hal itu tidak bisa membuatku berpaling memperhatikan wanita lain, karena dihatiku dan fikiranku hanya ada kamu dan kamu”.
Aku yakin kalau ada laki-laki yang kamu harapkan mengatakan hal ini padamu, kamu bakal merasa seperti wanita yang paling penting di dunia ini, sekalipun tidak banyak yang menyukai mu.
“Itu artinya kamu cinta sama aku?”. Tanyaku di akhir kalimatnya.
“Ya” angguknya pelan, mengiyakan pertanyaanku.
Aku hanya mampu membalasnya dengan senyuman, senyuman yang tak akan pernah mampu dibeli oleh apapun. Kemudian dia mengecup keningku dan memelukku erat, dalam dekapannya aku membisikinya, “Kamu adalah matahariku, terangilah sisi gelapku. Hangatkan aku dengan cahaya pagimu. Sekalipun malam tak mampu menampilkan cahaya terangmu, tapi ketahuilah kamu masih dihatiku menerangi tiap langkah hidupku agar aku tidak tersesat ke hati yang lain”.
“Gombal kamu Ma”. Balasnya tersenyum.
Aku kembali membalasnya dengan seyuman, ya senyuman tulus yang selalu aku layangkan untuk orang yang tulus sayang sama aku, entah itu sebagai teman ataupun pacar.
Malam itu aku merasa jadi wanita yang paling bahagia sedunia, tapi disatu sisi aku juga merasa bersalah karena telah melukai perasaan beberapa orang yang selama ini menemani masa-masa suramku, menyemangati tiap kali aku berkeluh kesah, dan aku merasa paling bersalah dengan Mr. Al, yang selama ini setia menungguku dan sabar menghadapiku setelah dia menyadari kalau akulah wanita yang mampu membuatnya menjadi laki-laki paling berharga di dunia ini. Bulan Mei kemarin, beribu tetes air mata telah aku buang percuma menangisi kepergiannya karena tergoda janda kembang, dia meninggalkanku tanpa alasan. Aku memaafkannya tapi tidak menerimanya kembali, karena aku yakin kalau dia kembali hanya untuk melukaiku lagi. Tapi aku membiarkannya tetap disisiku dengan harapan-harapan semu yang dia buat sendiri untuk meyakini kalau aku sebenarnya masih sayang sama dia.
Kira-kira begitulah awal kedua kisah yang aku rajut bersama, meski dia tidak seromantis yang aku harapakan dengan janji-janji capres lagi kampanye, tapi dia mampu membuatku yakin dengan segala kesederhaan yang dia tunjukkan. Dia tidak pernah janji membawakan aku bulan kepangkuan, tapi dia berjanji untuk membawaku kepelaminan. Dia mampu membuatku sadar kalau cinta itu tidak butuh janji yang muluk-muluk untuk bisa meyakini cinta itu ada, atau dengan bukti-bukti yang sering diandalkan laki-laki pengecut “bobo bareng”, baginya itu hanya permainan otak laki-laki yang tidak punya moral. Dia selalu menasihatiku untuk menjaga segala yang ada dalam tubuhku. Dan aku merasa dia seperti ibu kedua dengan nasihat-nasihatnya, seperti saudara yang selalu memperhatikanku dengan kasih sayang yang tulus, seperti teman yang selalu mendengar keluh kesahku, seperti sahabat yang selalu ada untukku, dan yang pasti kekasih yang memberiku kasih sayang dan cinta yang tulus. Satu orang komplit dalam hidupku, hanya dia, Muhammad Syakur.
“Aku menyesal”. Batinku, melihat air mata penyesalannya, air mata yang tak akan mampu merubah segelanya dan mengembalikan apa yang telah hilang.
“Maafkan aku, aku tidak bisa menjagamu”. Dia berusaha mengatakan kata maaf dalam isak tangisnya, tapi aku hanya terdiam tak berkutik. “Aku tidak pernah menginginkan ini darimu, mencintaimu atas dasar nafsu belaka. Aku tulus dan ingin menjagamu, kalau aku tidak jodoh denganmu, anggap saja aku menjaga jodoh orang lain yang sengaja aku pacari”. Lanjutnya masih dalam isaknya, “tapi aku tidak pernah memperhatikan wanita lain, selama kamu jauh dariku, aku terus memikirkanmu, hanya karena kamulah satu-satunya wanita yang mampu membuatku merasa jadi laki-laki yang berharga. Aku ingin kamu menjadi bagian dari diriku dengan tali kasih yang akan aku ikat dalam janji suci pernikahan. Sekarang kamu boleh berfikir aku tidak serius dengan ucapanku, tapi jujur aku sangat mencintaimu, bahkan tiap kali aku membayangkan sesuatu, kamulah yang selalu hadir dalam bayanganku, dalam mimpi-mimpi indahku, dan aku berharap kamulah wanita terakhir yang mengisi hatiku, menjadi pendampingku, ibu dari anak-anakku”.
“Kamu layak mendapatkan wanita yang lebih baik dariku”. Kataku pasrah.
Aku melihatnya kembali, dalam tatapannya terlihat penyesalan yang sangat mendalam yang dia sendiripun tak mampu untuk mengucapkannya. Keadaan mulai membeku, aku bisa melihatnya dari sikap yang dia tunjukkan, bahkan aku sempat panik. Melihatnya terus-terusan menangis dalam dekapanku yang semakin erat aku peluk, namun dalam isaknya dia masih mengucapkan beribu maaf, maaf yang tak akan pernah merubah segalanya dalam hidupku maupun hidupnya. Dia menatap setiap detail tubuhku, berharap tidak ada yang terluka bahkan ternodai.
“Aku harus mengatakan hal ini berapa kali lagi? untuk meyakinkan bahwa aku sangat mencintaimu, dan aku tidak sanggup untuk kehilangamu untuk yang kedua kalinya”.
Dia mencairkan suasana hatiku, yang tadinya aku khawatir dia mengiyakan perintahku untuk meninggalkanku. Tapi jujur saja mana mungkin aku merelakan dia begitu saja untuk meninggalkanku lagi. Aku menatap matanya yang masih berlinangan air mata yang tak mampu aku hapus dengan tanganku, karena akulah penyebab dari semuanya.
“Aku akan tetap berada disampingmu, menemanimu dalam keadaan apapun. Itulah janjiku. Apakah kamu masih mempertimbangkan keinginanmu untuk meninggalkan aku sendiri, lagi?”.
Aku menatap matanya lagi, dan aku terus memandanginya seolah dia salah dalam ucapannya. “Aku tidak akan pernah mempertimbangkan apapun untuk cinta ini”. Ujarku singkat. Secepat kilat dia menyambar tubuhku, memelukku dengan erat, seolah dalam dekapanku seperti dunia yang luas, akupun membalas pelukannya dan berharap menemukan kedamaian yang tak pernah aku temukan sebelumnya.
“Pagi kekasihku, apakah semalam aku hadir dalam mimpi indahmu? Aku harap iya”
Aku tersenyum membaca pesan singkat yang dia kirimkan sepagi itu, tadinya aku berfikir dia masih trauma dan tidak mau menghubungiku lagi. Aku segera membalas pesannya dengan sapaan hangat, “Ya, kamu selalu hadir dari tiap mimpi indahku. Karena kamulah mimpi baru dalam hidupku”.
Dalam bayanganku, aku melihat dia merona-rona membaca balasan pesan yang dia kirimkan untukku. Semenit kemudian dia membalas pesanku dengan kata romantis juga.
“Akulah laki-laki yang paling beruntung memiliki gadis sepertimu”.
Ceileh, kali ini benar-benar malaikat cinta memanah tepat dijantungku, melihat pesan yang dia kirimkan untukku. Dengan semangat aku membalas pesannya dengan ejekan, “kamu baru sadar kalau aku gadis pujaan tiap adam, weekkk”.
“Oooo sombong sekarang ya mentang-mentang banyak yang suka”.
“Biasa saja kok”.
Kira-kira begitulah pesan yang sehari-harinya dia kirimkan untukku, dengan kata-kata indah yang membuatku selalu mengawali hari-hariku dengan indah. Memang tak seindah dulu, tapi tak akan pernah sebahagia sekarang. Jujur saja aku tidak pernah menyangka dia menjadi penurut seperti sekarang ini, dia selalu mengalah untuk membuatku bahagia, dan tak jarang aku membuatnya kecewa dengan tingkah laku konyol dan kekanak-kanakanku. Tapi raut wajah manisnya selalu menebar senyum indah yang terlukis dari bibirnya yang manis.

Tinggalkan Balasan