Patak Reket (Potret Masyarakat Agraris) di Bumi Lombok
Patak Reket
Sistem Agraris Atau masyarakat Agraris yang menjadi icon indonesia disamping negara maritim memiliki banyak khazanah kearipan lokal yang sarat dengan ajaran gotong royong, cermin masyarakat yang gemar bergotong royong ini, pada lingkungan masyarakat suku sasak sangat baik untuk mengurangi cost atau biaya produksi saat petani melakukan panen, salah satunya adalah patak reket.
Patak reket terdiri dari dua suku kata yaitu patak yang berarti memanen, sedangkan reket adalah sebutan bagi tanaman ketan, biasanya di tanam pada petakan sawah yang lebih kecil dari tempat penanaman padi, hal ini dilakukan petani untuk mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan mendadak untuk membuat jajanan, terutama pada menjelang peringatan hari besar islam, khususnya pada masyarakat sasak yang mayoritas muslim.
Patak reket adalah budaya gotong royong yang dilakukan masyarakat sasak dengan cara bergiliran dengan seluruh anggota paguyuban atar warga kampung, hal semacam ini disebut dengan besiru,besiru tidak dipungut bayaran namun harus dibayar dengan perlakuan serupa, ditempat-tempat lain biasanya disebut dengan arisan atau sebagainya.
Hasil matak dikumpulkan di pematang sawah kemudian diangkut untuk disimpan dilumbung-lumbung padi setelah dikeringkan,sementara masyarakat yang sudah bekerja disuguhi makan-makanan sebagai bentuk dan ucapan terimakasih kepada warga kampung yang datang mematak reket,budaya atau tradisi patak reket ini semakin jarang kita jumpai pada masyarakat sasak terutama di wilayah-wilayah yang sudah mulai menyempit areal persawahannya karena industri dan pembangunan wilayah pemukiman.
Keunikan patak reket pada masyarakat suku sasak adala pada proses memataknya, dimana anggota masyarakat terutama muda mudi biasanya bekayak (Bernyanyi) dan Bebales pinje (berbalas pantun) selanjutnya, saling kenal mengenal dan tidak sedikit yang menemukan jodohnya setelah pulang mematak reket, sehingga pada masyarakat suku sasak ditemukan sebuah anekdot atau sindiran Inggas Matak Bekawin (selesai Mengetam Ketan banyak yang menikah).
Abu Ikbal.