PROFESIONALITAS: Telaah Cerpen “Peradilan Rakyat” Karya: Putu Wijaya

Buku, Non Fiksi, Resensi

PROFESIONALITAS Telaah Cerpen Peradilan Rakyat Karya Putu Wijaya

Dalam kehidupan ini, semua orang pasti memiliki profesi masing-masing. Profesi ini berkaitan dengan berbagai aktivitas yang harus dilakukan oleh seseorang. Ketika seseorang melakukan aktivitas yang sesuai dengan tuntutan profesinya, maka orang tersebut dianggap professional. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk bertindak profesional disebut juga profesionalitas. Untuk menjadi profesionalitas bukan hal yang mudah. Namun, kita harus memiliki rasa tanggung jawab yang besar dan keahlian atau keterampilan yang sesuai dengan profesi kita.

Jika kita telaah lebih jauh, cerpen “Peradilan Rakyat” karya: Putu Wijaya ini banyak menyinggung mengenai profesionalitas. Cerpen ini memiliki tokoh-tokoh yang berjiwa profesional. Tokoh utama dalam cerpen ini adalah seorang pengacara muda yang sangat profesional dan pengacara tua yang sangat terkenal dan dihormati oleh para penegak hukum. Padahal ada hubungan spesial diantara mereka, tetapi mereka berbicara layaknya sebagai ahli hukum. Dalam cerpen ini, terlihat jelas bagaimana keprofesionalan seorang pengacara, yang mengungkapkan bahwa tindakan apa yang harus diambil oleh seorang pengacara muda dalam menjalani tugasnya. Pengacara tua itu dijuluki Singa Lapar. “Mengapa ia dipanggil demikian?”, ya karena memang ia tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang banyak bersarang di lembaga-lembaga tinggi Negara dan gedung gedung bertingkat.

Malam itu pengacara muda mengunjungi pengacara tua yang tidak lain adalah ayahanda pengacara muda itu sendiri. Akan tetapi mereka berbincang bukanlah sekedar sebagai hubungan antara ayah dan anak, tapi mereka berbincang layaknya sebagai profesional dibidang hukum. Belum lama ini ia mendapat tugas dari negara yang meminta ia untuk membela penjahat besar dinegara ini, tapi ia menolak mentah-mentah, karena ia sadar bahwa itu hanyalah sandiwara yang sengaja dibuat oleh Negara untuk mempercundanginya, tutur pengacara muda itu kepada pengacara tua itu. Tapi Negara terus mendesakku untuk membelanya, tambah pengacara muda itu. ”Jadi kau menerimanya?”. tanya pengacara tua itu dengan tenang .”Ya aku menerimannya”. Jawabnya.

Jika kau seorang pengacara yang profesional maka kau harus menerimanya, walaupun tawaran sorang penjahat, malah harus kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena dia seorang yang profesional kau tidak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya, balas pengacara tua. Setelah perdebatan yang sangat panjang itu pengacara muda itu kembali mengatakan bahwa ia akan memenangkan peradilan itu. Lalu pengacara tua itu membalas lagi, sudah jelas lebih baik kamu pulang saja sekarang biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sangat rindu kepadanya.

Ketika pengacara muda itu hendak pulang ia mengatakan alasan kenapa ia ingin membela penjahat itu dan berencana memenangkan sidang kepada seorang suster yang menjaga dan merawat pengacara tua itu. Lalu ketika proses sidang berlangsung pengacara muda itu memenangkan dengan mudah sidang. Lalu kekacauan yang sangat besar terjadi di Indonesia dan pengacara mudah itu diculik, disiksa lalu dikembalikan sesudah menjadi mayat.

Dari kutipan cerita di atas, dapat kita lihat adanya unsur profesionalitas. Yaitu keperofesionalan seorang pengacara dalam menjalankan profesinya sebagai pengacara. Ia rela mengorbankan nyawanya demi menegakkan keadilan di Negara kita.


Tinggalkan Balasan