Raga dan jiwaku menangis
Raga dan jiwaku menangis
Engkau hanya seonggok daging yang berjiwa
Terisi dengan jiwa yang suci atau hina
Aku tidak pernah tahu
Kau selalu dinilai oleh mata mereka yang buta
Buta dengan kegelapan dan cahaya
Kamu bukanlah subtansi yang perlu dihargai
Tapi mengapa mereka selalu melihat padamu
Padahal jiwa itulah subtansi yang pantas dinilai
Bukan dirimu yang fana dan segera binasa yang pantas mendapatkan sanjungan
Wahai Tuhanku mengapa mereka menilai suatu yang fana?
Bukankah jiwa-jiwa yang Engkau ciptakan dengan firman lebih berhak dengan penilaian
Sehigga mereka sibuk bersolek dengan kesibukan ragawi
Tanpa pernah mereka bersolek untuk kepentingan jiwa mereka
Jiwa yang kekal yang tidak akan binasa oleh ruang dan waktu
Tak pernah hampa dari imaji, cinta dan harapan
Tak pernah lekang dari bisikan Ilahi
Tak pernah pudar
Selalu berpendar dengan cahaya Tuhan
Buat apa aku harus bersolek dengan raga yang hina
Sementara jiwaku menangis dalam kubangan lumpur senja
Tidak aku pedulikan ia
Karena aku terlalu lena dengan raga-raga hina
Dan penilaian mereka yang penuh luka
Yang lekang oleh arti dan makna…