logo website tulismenulis.com header 2
Edit Content

Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Resensi Film Boyhood Karya Richard Linklater

resensi film boyhood karya sutradara Richard Linklater

Data/Identitas Film

Judul film : Boyhood

Genre: Drama

Produser: Richard Linklater, Cathleen Sutherland, Jonathan Sehring, John Sloss

Sutradara: Richard Linklater

Penulis Naskah: Richard Linklater

Durasi: 165 menit

Perusahaan Film: IFC Films

Dirilis: 19 Januari 2014 (Festival Film Sundance), 11 Juli 2014 (Amerika Serikat)

Pemeran dalam Film Boyhood

  1. Ellar Coltrane
  2. Patricia Arquette
  3. Lorelei Linklater
  4. Ethan Hawke

Pendahuluan

Film Boyhood mungkin adalah salah satu film langka yang pernah di buat. Bayangkan saja, proses pembuatannya saja memakan waktu 12 tahun. Padahal jika dirangkum, total waktu syuting yang digunakan hanya 39 hari. Benar-benar sebuah masterpiece dari seorang Richard Linklater.

Dalam film ini kita akan mengintip perjalanan hidup seorang anak laki-laki dimulai sejak tahun 2002 sampai 2013 yang disuguhkan selama 165 menit. Semua perjalanan tersebut tidak melupakan kondisi sosial, politik dan ekonomi yang terjadi selama kurun waktu tersebut. Seperti nuansa politik ketika pemilu Amerika Serikat dimana salah stu kandidatnya adalah Barrack Obama.

Dengan semua kelebihan yang dimiliki oleh film ini, tidalah mengherankan jika pada awal tahun 2015, film Boyhood telah menyabet tiga penghargaan Golden Globe dan digadang-gadang menjadi peraih Best Picture di Piala Oscar 2015.

Sinopsis Film Boyhood

Boyhood menceritakan suka duka seorang anak laki-laki bernama Mason (Ellar Coltrane) yang hidup dalam keluarga yang mengalami broken home karena kedua orang tuanya telah bercerai. Walaupun begitu, ayahnya, Mason Sr. (Ethan Hawke) rutin mengunjunginya untuk berlibur dan bersenang-senang. Sebagai single parent, ibunya yang bernama Olivia (Patricia Arquette) harus merawatnya bersama saudarinya, Samantha (Lorelei Linklater) dalam keadaan ekonomi yang pas-pasan. Karena ingin memperbaiki kehidupan mereka nantinya, sang ibu ingin melanjutkan kuliah di Houston, dimana nenek mereka, Catherine (Libby Villary) juga tinggal di sini. Mereka pun harus pindah rumah walaupun dengan berat hati.

Baca Juga: Resensi Film 5 CM

Ketika kuliah di Universitas Houston, ibu mereka dekat dengan salah satu dosen yang bernama Prof. Bill Welbrock (Marco Perella). Hingga pada akhirnya mereka pun menikah dan pindah ke rumah Prof. Welbrock. Prof. Welbrock sendiri mempunyai dua orang anak, laki-laki dan perempuan seperti halnya Olivia. Mereka adalah Randy (Andrew Villarreal) dan Mindy (Jamie Howard). Pada awalnya mereka adalah keluarga yang bahagia. Namun keadaan itu tidak berlangsung lama. Sifat asli Dr. Welbrock muncul ketika dia mulai sering mengkonsumsi minuman beralkohol. Tempramennya berubah keras, suka memerintah, dan mengeluarkan sumpah serapah. Mason dan Samantha mulai tidak menyukainya. Puncaknya adalah ketika ibu mereka dipukul sampai terjatuh dan aksi lempar botol bir serta memecah belah piring dan gelas ketika makan. Karena tidak tahan, ibu mereka kabur dari rumah. Beberapa hari kemudian sang ibu datang untuk menjemput Mason dan Samantha dan pergi meninggalkan rumah. Itulah akhir kebersamaan mereka.

Beberapa tahun kemudian, mereka telah masuk SMP sementara ibu mereka menjadi dosen Psikologi di salah satu kampus. Ibu mereka kemudian menikah lagi, namun kali ini dengan mahasiswanya sendiri yang bernama Jim (Brad Hawkins). Ayah mereka juga telah menikah lagi dan dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Cooper (Landon Collier). Pada ulang tahun ke-15, Mason mendapat hadiah dari ayah tirinya berupa sebuah kamera yang membuatnya semakin menekuni hobi fotografi. Namun kebersamaan ini juga tidak berlangsung lama karena ibu mereka bercerai untuk yang ketiga kalinya.

Sampai akhirnya Mason memasuki dunia perkuliahan dimana Samantha telah kuliah dua tahun lebih awal. Sang ibu mulai sadar bahwa waktu berlalu dengan cepat. Sambil menangis, ibu mengenang bagaimana perjuangannya dalam mengasuh mereka sejak kecil. Namun kini satu persatu telah meninggalkannya seorang diri.

Baca Juga: Resensi Film ADA APA DENGAN CINTA Karya Rudy Soedjarwo

Ulasan

Sebenarnya konsep Boyhood sangat sederhana, yaitu bagaimana seorang anak tumbuh dan berkembang dari tahun ke tahun dan bagaimana hubungannya dengan orang tuanya. Menonton Boyhood seperti melihat kembali rekaman dari sejak kita kecil, terutama bagi yang hidup dalam rentang waktu seperti film. Kita seperti bernostalgia ke masa ketika serial TV Dragon Ball yang ditayangkan setiap hari Minggu, dan juga bagaimana fenomenalnya Harry Potter kala itu.

Boyhood telah memberikan pengalaman menonton yang luar biasa. Bagaimana pesan yang disampaikan begitu mengena tanpa bermaksud menggurui. Kita akan diperlihatkan bagaimana dampak buruk dari pergaulan bebas yang menyebabkan terjadinya pernikahan di usia dini. Bagaimana kita tidak siap membina keluarga di usia yang belum matang yang dampaknya kembali kepada anak-anak.

Namun bagaimanapun juga, tetap saja ini adalah film Amerika dengan kondisi sosial budaya yang jauh dari adat ketimuran seperti Indonesia. Kita harus mampu menerjemahkan informasi yang disampaikan sehingga kita tidak ikut terbawa arus budaya barat yang cenderung bebas.

 

Tinggalkan Balasan