Resensi Film Menebus Impian
Identitas film
Judul film : Menebus Impian
Sutradara : Hanung Bramantyo
Produksi : Dapur film
Tahun : 2010
Sinopsis film Menebus Impian
Nur (diperankan oleh Acha Septriasa) adalah seorang mahasiswi yang menjalani kehidupan keras bersama ibunya, Sekar (diperankan Ayu Diah Pashya), yang bekerja sehari-hari sebagai seorang buruh cuci. Kedua anak ibu ini memiliki pandangan yang sangat berbeda mengenai bagaimana meraih kehidupan yang lebih baik. Sang ibu memilih agar anaknya memfokuskan diri pada kuliahnya, sedangkan Nur berpikir bagaimana bisa secepatnya bekerja dan memperoleh penghasilan untuk membantu nafkah mereka.
Baca juga: Resensi Film 5 CM
Inti cerita filmnya sederhana, bagaimana seseorang yang miskin materi kemudian bisa meraih sukses besar (melalui bisnis MLM). Film ini mencoba bicara soal penderitaan dengan memunculkan beragam masalah yang dihadapi keluarga Nur. Masalah-masalah tersebut tampak sekali dicari-cari tanpa mencoba mendalami konflik dari masalah tersebut. Masalahnya hanya terkesan kompleks namun tidak menyentuh akar permasalahan sama sekali. Apakah kebahagiaan semata-mata akhirnya hanya diukur oleh materi? Dalam perjalanannya, Nur kemudian bertemu dengan Dian (diperankan Fedi Nuril), seorang mahasiswa yang walaupun masih sepantarannya namun sudah mulai mapan. Dian ini menginspirasi Nur dan membuat Nur kembali berani untuk bermimpi dan bercita-cita kembali. Namun setelah beberapa kali jatuh bangun, Nur mulai merasa ragu terhadap mimpi miliknya yang tampak mustahil untuk diraih. Bersama Dian, Nur akhirnya berani untuk bangkit dan menebus Impiannya kembali.
Kekurangan
film ini masalah utamanya adalah kedangkalan tema. Dalam film terdapat beberapa perbedaan dengan novel cerita aslinya. Di ending cerita dalam novel diceritakan, Nur akhirnya menikah dengan Dian dan hidup bahagia. Pernikahan itu bertepatan dengan diperingatinya hari kartini (21 April). Tetapi dalam film hanya di ceritakan sampai Nur mempersembahkan istana megah kepada ibunya tercinta. Di samping itu, tokoh Sekar dalam film diperlihatkan bahwa dia berambut pendek. Hal ini sangat bertolak belakang dengan gambaran yang ada di dalam novel bahwa dia tengah berambut panjang. Tak hanya itu, dalam novel pun di hadirkan tokoh Pak Lik Minto yang banyak membantu Sekar dalam kehidupannya ketika dia baru sampai di kota pertama kali. Pak Lik Minto ini diceritakan bahwa dia adalah adik kandung dari Susilo “tokoh novel” (ayah kandung Sekar) yang telah sukses hidupnya di kota. Namun hal ini tidak terdapat dalam film.
Kelebihan
Secara keseluruhan cerita yang diangkat ke layar lebar nyaris utuh, sama dengan novelnya. Tidak banyak perubahan yang terjadi, kalaupun ada, sifatnya hanya penambahan-penambahan terhadap tuntutan detil yang logis.