Resensi Novel Biarkan Aku Menjadi Puisimu
Resensi novel
Judul : Biarkan Aku Menjadi Puisimu
Penulis : Dhee Shinzy Y.
Penerbit : FlashBooks
Tahun terbit : November 2012
Cetakan : Pertama
Resensi Novel Biarkan Aku Menjadi Puisimu
Dheesy atau biasa disapa Zhy adalah gadis SMA yang labil, pintar, mandiri dan juga pekerja keras. Selain bersekolah Dheesy bekerja sebagai buruh cuci dan buruh setrika di kampungnya. Hasil dari kerjanya tersebut ia tabung untuk ongkos ia pergi ke sekolah dan bayar SPP. Dari situlah Dheesy disukai oleh Mudi, seorang anak pesantren Al-Huda di Kaum-Malingping. Hingga di suatu hari Mudi mengajak Dheesy untuk bertemu di sebuah pantai pasir putih yang ada di desa Malingping untuk meyatakan perasaannya, Mudi memberikan sebuah buku berwarna pink dengan cover gambar hati yang dihiasi pita keemasan. Tapi Dheesy tidak bisa menerima perasaan Mudi, Dheesy mencintai laki-laki lain. Laki-laki yang disukai Dheesy adalah Nurya, kakak kelasnya yang menurutnya sangat mirip dengan Afgan, salah satu penyanyi pop Indonesia yang terkenal dengan kaca mata dan lesung pipitnya. Sahabat Dheesy yang bernama Elis lah yang diam-diam menyukai Mudi, tetapi Mudi tidak mempunyai perasaan yang sama terhadap Elis, perasaan Mudi hanya untuk Dheesy.
Dheesy mempunyai banyak sahabat, bukan hanya Elis, tetapi juga Mi’ah, Diah, Vera, Titin, Misnah, dan lain-lain. Meskipun mereka melanjutkan sekolah di tempat yang berbeda setelah lulus dari Madrasah Aliyah yang sama. Mereka tetap saling mengingat dan mebantu apabila ada yang kesusahan. Pada saat Mi’ah mendapat masalah, Dheesy membantu Mi’ah dengan menitipkan uang sebesar satu juta tiga ratus dua puluh lima ribu rupiah kepada Elis untuk diberikan kepada Mi’ah. Uang yang dititipkan Dheesy itu Dheesy dapatkan dari hasil kerja kerasnya menjadi buruh cuci dan nyetrika di rumah-rumah tetangganya Karena kebetulan saat itu Elis menginap di rumah Dheesy. Dalam kamar Dheesy, secara tidak sengaja Elis menemukan buku berwarna pink dengan cover gambar hati yang dihiasi pita keemasan, buku itu adalah buku yang diberikan Elis kepada Mudi sebagai hadiah ulang tahun Mudi, tetapi Mudi memberikannya kepada Dheesy. Hati Elis hancur. Elis mencintai laki-laki yang mencintai sahabatnya sendiri.
Setelah Elis menginap di rumah Dheesy, Elis memaksa Mudi untuk bertemu di sebuah pantai pasir putih. Di sana Elis mengungkapkan perasaannya kepada Mudi, tapi Mudi tidak bisa menerimanya. Hiingga magrib tiba, Mudi memaksa Elis untuk pulang. Di tengah perjalanan, empat perampok menghadang Mudi dan Elis, Elis memberikan semua harta yang ia miliki, mulai dari dompet, emas, hp hingga motor. Pada saat Elis bermaksud untuk menolong Mudi, Elis tertusuk oleh celurit milik salah satu perampok tersebut dan akhirnya Elis meninggal dunia. Orang tua Elis sangat membenci Mudi meskipun Mudi telah meminta maaf dan merasa sangat menyesal.
Dheesy adalah gadis yang senang menulis, hingga pada suatu hari ketika ia pergi sekolah, ia mampir di pedagang yang menjual majalah dan koraan-koran, di sana ia melihat fotonya terpampang di sebuah tabloid remaja yaitu tabloid GAUL. Dheesy merasa senang dan ia mendapat upah dari puisi yang dia kirimkan itu sebesar Rp. 100,000. Bukan hanya itu, Dheesy juga mengikuti lomba menulis cerpen dan puisi di tingkat provinsi, ia masuk 5 besar dan dapat mengharumkan nama sekolah. Dheesy juga adalah salah satu siswa berprestasi di sekolahnya, ia mendapat beasiswa.
Ketika Dheesy sedang di jalan hendak pulang sekolah, Dheesy diajak bicara oleh seorang lelaki, laki-laki itu adalah Didin, adik kelasnya. Di pinggir jalan itu Didin mengungkapkan perasaannya kepada Dheesy, tetapi Dheesy memberikan syarat yang tidak mampu Didin penuhi, namun pada akhirnya Dheesy pun menerima cinta Didin, Didin mampu membuat Dheesy terpaku dengan pesonanya. Tapi perasaan Dheesy kepada Didin hanya sementara, karena ternyata Dheesy hanya dijadikan pelampiasan, Didin telah memiliki kekasih yang sudah di pacarinya selama 2 tahun. Hati Dheesy hancur. Bertemu dengan Nurya mampu membuat Dheesy move on dari Didin yang merobek hatinya. Hanya berselang beberapa bulan setelah Nurya lulus SMA, Nurya menghilang. Ia pergi ke Kebon Jeruk, Jakarta untuk bekerja. Selama hampir 6 bulan Dheesy tidak pernah melihat Nurya. Hingga disuatu hari, Dheesy menerima surat dari Nurya, surat itu berisi tentang penolakan Nurya terhadap cinta Dheesy. Dheesy kecewa. Ternyata Nurya telah memiliki sandaran hati. Sandaran hati Nurya adalah Diah, sahabat Dheesy sendiri.
Niatnya, setelah Dheesy lulus sekolah, Dheesy meminta izin kepada ibunya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tapi ibunya tidak bisa menyanggupi karena faktor ekonomi yang tidak mendukung. Kesedihan Dheesy bertambah setelah ia mengetahui bapak kandungnya telah meninggal dunia satu tahun yang lalu. Hati Dheesy hancur berkeping-keping. Dan Asep yang disukai oleh Vera ternyata menyukai Dheesy. Cerita cinta yang berbelit-belit yang dialami oleh beberapa remaja ini tidak berhenti sampai di sini. Setelah Mudi kembali pulang untuk melamar Dheesy untuk menjadi menjadi istrinya, Dheesy menolak dan meminta Mudi untuk menikahi Mi’ah, karena Mi’ah telah hamil muda karena diperkosa oleh orang-orang yang tak berjanggungjawab. Akhirnya setelah Mudi sempat menolak karena permintaan Dheesy sangat menyakitkan hatinya, Mudi menerimanya dengan hati yang berat namun akhirnya ikhlas.
Hingga setelah ia mengalami patah hati karena Nurya yang tak dapat membalas perasaannya dengan sempurna, Dheesy hampir bunuh diri dan Vera, sahabat Dheesy membawa kabar bahwa ibunda Dheesy menitipkan uang untuk biaya pendaftaran kuliah yang Dheesy inginkan sejak Dheesy lulus SMA. Akhirnya Dheesy berusaha melupakan segala kenangan pahitnya, dan dia memulai hidup dengan mengejar cita-citanya di bangku kuliah.
Kekurangan
Kekurangan dari novel ini adalah penulis menceritakan kisah tokoh Dheesy terlalu berbelit-belit dan terlalu banyak basa-basi. Di akhir cerita, tokoh Dheesy tidak mendapatkan kebahagiaan yang seharusnya ia dapatkan, yaitu ditinggalkan oleh orang yang sangat ia harapkan bisa melengkapi setengah jiwanya yang hilang.
Kelebihan
Kelebihan pertama dari novel ini adalah penulis mampu menulis banyak puisi yang indah dalam novel ini. Di setiap bab di awali dengan bait-bait puisi yang dirangkai dan dicipta dengan bahasa yang sangat cantik. Kelebihan yang kedua adalah di tengah-tengah lembaran novel ini, penulis mengenalkan budaya Baduy yang berada di daerah Banten, budaya (Baduy dalam) yang dikenal sangat luar biasa menjaga adat istiadatnya.