logo website tulismenulis.com header 2
Edit Content

Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Resensi Novel BUKAN PASAR MALAM Karya Pramoedya Ananta Toer Oleh Eva

RESENSI NOVEL  BUKAN PASAR MALAM ( SETIAP MAHLUK YANG BERNYAWA PASTI AKAN MATI)

Identitas NOVEL BUKAN PASAR MALAM

SETIAP MAHLUK YANG BERNYAWA PASTI AKAN MATI
Judul : Bukan Pasar Malam
Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Tebal Buku : 106 hlm

Novel ini bercerita tentang seorang pemuda tentara revolusi yang baru saja keluar dari penjara di Jakarta lalu dihadapkan pada keyataan ayah yang sedang sakit keras. Dalam sebuah surat yang dikirim oleh pamanya berisikan bahwa ia diminta untuk pulang ke Blora untuk menengok ayah yang sakit. Tiba-tiba muncul penyesalam dalam diri tokoh “aku”. Penyesalan karena telah mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan yang menyinggung ayahnya ketika ia memebalas surat ayahnya. Dalam keadaan yang serba kekurangan karena baru keluar dari penjara, tokoh aku mencoba mencari pinjaman uang dari teman-teman untuk biaya pulang ke Blora.


Ketika uang suda di tangan, ia tak mau membuang waktu. Dengan cepat ia memboyong istrinya untuk pergike Blora. Di dalam kereta, ia hanya duduk diam termangu melihat satu per satu daerah yang dilalui. Daerah-daerah yang punya kenangan tersendiri.


Sesampainya di rumah, ia sangat prihatin melihat keadaan rumah yang sudah tidak layah huni, ditambah dengan keadaan adik perempuannya yang juga sakit. Ia tidak kuasa melihat adiknya yang dulu sehat kini hanya bisa terbaring lemah tak berdaya. Di dalam kesedihan ini,terselip sedikit rasa bahagia.

Tidak hanya sang ayah yang bahagia, adik-adik pemuda revolusi ini juga bahagia melihat kakak tertua mereka pulang. Ketika sore hari, tokoh aku ini berkunjung ke rumah sakit untuk mengjenguk sang ayah di temani oleh istri dan adiknya. Setibanya di rumah sakit, hati mana yang tak sakit melihat ayah tercinta yang dulu gagah berani dan kini kurus kering bagaikan sebilah dipan.


melihat keadaan sang ayah, kelihatannya sudah tidak adaharapan untuk sembuh lagi. Ketika ia ditawari oleh sang paman untuk pergi berobat ke dukun, ia mau saja. Padahal ia tak percaya dengan hal-hal yang berbau mistis. Tetapi, demi sang ayah dia mau saja. Tidak ada perubahan pada sang ayah, penyakit sang ayah malah tambah parah. Ia tak tega ketika melihat sang ayah di landa guncangan batuk. Di tambah lagi dengan sang istri yang mengajak kembali ke Jakarta. Ia tak mau meninggalkan ayanhya. Ayahnya juga tidak ingin anaknya cepat-cepat kembali ke Jakarta. Sang ayah ingin melepas rindu lebih lama dengan anaknya.


Dari hari ke hari keadaan sang ayanh semakin bertambah parah, semua anak-anaknya merasa khawatir. Mereka selalu berusaha untuk memenuhi permintaan ayahnya. Mereka takut kalau permintaan tidak diperuhi mereka akan merasa bersalah, karena siapa yang tau itu adalah permintaan terakhir sang ayah. Ketika kedaan bertambah buruk ayahnya memilih untuk pulang dan dirawat di rumah. Setelah beberapa hari di rumah akhirnya sang ayah menghembuskan nafas terakhir.


Ketika semua teman-teman almarhum datang melayat, mereka membiacarakan kematian. Mereka mempertanyakan megapa manusia harus lahir dan mati seorang diri. Mengapa manusia tidak labir ramai-ramai dan mati ramai-ramai. Hidup ini bukan pasar malam, oran beruduyun-duyun datang dan berduyun-duyun pergi.


Pramoedya Ananta Toer mengangkat cerita tentang jasa seorang pahlawan yang tidak lagi ddibutuhkan ketika negara yang diperjuangkang sudah merdekan dari jajahan negara dari tadi tidak dengan jajahan dari negara sendiri. Dari jajahan orang-orang yang haus akan kekuasaan dan ingin menang sendiri. Novel ini mengangkat cerita pahlawan yang tidak dihargai.


Novel ini mengajarkan kepada para pemuda untuk lebih menghargai jasa pahlawan, kita harus ingat bahwa disetiap tanah yang kita injak ada darah para yang rela mengorbankan nyawanya untuuk sejengkal tanah yang dicintai.


Tetapi novel ini tidak menggunakan nama sebagai identitas tokoh, sehingga pembaca akan terasa bingung. Seperti pada adik-adik tokoh “aku” yang hanya menggunakan urusan angka dan tidak menggunakan nama.

Tinggalkan Balasan