RESENSI NOVEL THE KHILAFA

Buku, Resensi

RESENSI NOVEL THE KHILAFA
IDENTITAS NOVEL
JUDUL : THE KHILAFA
PENULIS : ZAYNUR RIDWAN (Lahir di Bone, Sulawesi Selatan 8 Februari 1975
PENERBIT : Salsabila

Novel yang berjudul “The Khilafa” ini mengandung sebuah filosofi yang kian meredup di tangan para penjaganya. Sebuah istilah yang tak pernah lagi menghiasi ruang dengar para pengembannya sejak 90 tahun lamanya. KHILAFAH sebuah kata yang menjadikan kaum muslimin mampu menguasai 2/3 dunia di bawah 1 bendera, 1 pandangan (ideologi) dan 1 aturan yaitu ISLAM. Namun kini harum semerbaknya kian menjauh, buktinya negeri-negeri kaum muslim tak lagi terpandang, justru malah tertindas, hilang kehormatannya, dan terputus denyut nadinya. Palestina, Kashmir, Checnya, Afganistan, Irak, Pakistan dll. Telah menunjukkan wajah umat islam saat ini. Sebuah pertanyaan besar yang muncul pada diri kita, kenapa ketika dulu selama 13 abad, islam mampu berjaya dan tegak dengan kemegahan dan kemuliaannya namun tidak dengan sekarang, apakah ini hanya perlakuan hukum alam?
Selama satu abad lebih islam tak lagi menjadi akar solusi permasalahan manusia, menjadi sistem kehidupan dan kini wahyu Allah telah tegantikan dengan logika manusia dalam naungan sistem buatan barat yakni DEMOKRASI. Seharusnya, fakta yang terjadi saat ini membuka mata kaum muslimin, bahwa kita rusak bukan karena hukum alam yang harus pasrah kita terima namun sebagai keadaan yang harus kita rubah. Namun upaya ini bertolak belakang dengan fakta kaum muslimin saat ini, mereka justru terpancing dengan propaganda media yang semakin gencar menutupi muka busuk para tentara zionis. Hingga kita merasa enak untuk berdiam diri bahkan justru termakan hasutan barat untuk memerangi teroris yang sejatinya itu adalah saudara kita yang tengah melawan sebisa mereka, yang mungkin dengan ledakan bom yang terselip dalam dahi mereka akan membangunkan umat islam yang kian lupa dengan saudaranya.
Inilah yang menjadi tujuan penulis dalam novel ini, membangunkan umat islam yang kini tertidur, membuat mereka menangis dengan fakta yang begitu dekat dengan mereka namun justru tak terasa karena dibutakan oleh media yang melenakan. Salah satu konsep yang penulis ungkapkan untuk menyadarkan umat islam saat ini adalah mengungkap pengambil alihan Masjidil Aqsha yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. yang sedang dirancang orang-orang Yahudi untuk menghadapi kekuatan besar kehilafahan islam yang akan muncul beberapa dekade ke depan. Peristiwa ini memang tak banyak terkuak oleh media, dan keberadaan gerakan perjuangan untuk mewujudkan cita-cita tersebutpun dipandang sebagai gerakan fundamentalis, radikal, dan salah satu anak dari gerakan Al-Qaeda yang dituduh sebagai otak penghancuran WTC tahun 2011. Semenjak itulah berkembang upaya peperangan melawan teroris yang sejatinya adalah upaya untuk memberangus dan menghancurkan umat islam. Umat islam terlalu terbuai dengan informasi yang dipropagandakan oleh media untuk mendiskreditkan islam karena mereka menganggap ketika islam mampu bangkit maka akan mengancam kepentingan-kepentingan barat. Namun semangat tak kunjung meredup dalam gerakan ini karena mereka begitu yakin akan perjuangan mereka sebagai sebuah upaya revolusianer bukan lagi perkara yang utopis.
Satu hal yang membuat gerakan ini yakin bahwa ada janji Allah yang terselinap yang harus diupayakan untuk terwujud, sebuah tata dunia baru yang akan merubah tren politik dan ekonomi dunia yang akan segera tiba. Sebuah penelitian juga disebutkan dalam novel ini yang menandakan akan tegaknya kembali islam dalam bingkai KHILAFAH.
Adapun keunggulan novel ini terletak pada alur kisah yang disampaikan, sebuah alur yang menggambarkan fakta yang menggugah dan merubah pemikiran kaum muslim sebagaimana tujuan dari penulisan novel tersebut. Data-data yang di angkatpun juga merupakan data riil yang terjadi di salah satu negeri islam yakni Yarussalem. Gaya bahasa yang digunakan menjadikan pembaca seolah-olah merasakan pedihnya penderitaan kaum muslim yang ada di sana. Selain itu,tokoh yang ada dalam novel tersebut digambarkan dengan karakter yang jelas salah satunya adalah tokoh Bumi. Kisah yang digambarkan juga berupa tulisan yang tidak pernah diungkapkan oleh penulis bovel yang lain, sedangkan kekurangan novel ini terletak pada penempatan setting dalam kisahnya yang membuat pembaca harus lebih jeli lagi untuk menghindari bacaan yang melompat (pengulangan kembali ke lembar kisah sebelumnya), sehingga pemahaman pembaca tidak utuh.


Tinggalkan Balasan