Resensi Novel Syahadat Cinta Bagian 1
Taufiqurrahman Al-Azizy, lahir 9 Desember 1975 di Jawa tengah, pernah menjadi santri di pesantren ilmu Al-Qur’an “Hidayatul Qur’an”. Dibina oleh KH. Drs. Ahsin Wijaya Al Hafidz, M.A, den pernah berkuliah di institut ilmu Al-Qur’an (11Q) Jawa tengah.
Novel “Syahadat Cinta” ini dikarang oleh seorang Taufiqurrahman Al-Azizy yang bertebalkan sekitar 520 halaman. Novel ini tergolong novel Spiritual karena novel ini menjadi kesaksian (syahadat) melalui pengembaraan religius seorang anak metropolis dalam wajah Ilayiah yang sarat dengan paham spiritual dan petarungan ragam tradisi. Novel Syahadat Cinta ini yakni bagian pertama dari trilogi “Makrifat Cinta” yang mengusung semangat pencarian kebenaran Islam yang kaffah, dengan basis laku syari’at, Tarekat dan Mafrikat. Cerita pada novel ini menggambarkan kepada kita sebuah kisah cinta. novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ke tiga, yang membuat orang terkesan membacanya, juga dapat membuat kita sebagai para pembaca seakan-akan menjadi tokoh utamanya. Novel ini Menggunkan alur maju mundur, sedangkan tokoh dan penokahan dalam novel ini terdiri dari :
- Iqbal → keras, tidak mudah putus asa, baik.
- Ibu Iqbal → baik, penyabar, penyayang, lembut.
- Zaenab → baik, ramah.
- Priscillia → baik, ramah, taat.
- Khaura → supel, manja.
- Rakhmat → baik, sholeh.
- Aisyah → kasar, keras, manja.
- Anbar → dingin.
- Fatimah → baik, ramah, rajin.
- Irsyad → baik, ramah, rajin, sholeh, pintar.
- Bu Jamilah → penyayang, baik, ramah, tidak mudah putus asa.
- Kyai Shidiq → baik.
- Kyai subandar → baik.
Kelebihan yang ada dalam novel ini menurut saya yaitu cerita yang dikemas semenarik mungkin tanpa menaruh atau tidak terlalu banyak menggunakan majas, dengan demikian para pembaca dapat banyak mengerti atau memahami kalimat – kalimat yang ada dalam setiap kalimatnya, sehingga tidak menimbulkan ambiguitas bagi para pembaca. Namun yang menjadi kelemahan dalam novel ini yaitu kalimat yang dipengaruhi oleh dialek pengarang yaitu bahasa Jawa dan Bahasa arab, sehingga dapat memungkinkan para pembaca yang diluar mayoritas suku Jawa tidak dapat memahami arti kata atau kalimat yang ditulis.
Dalam ulasan novel ini tokoh utamanya yaitu Iqbal Maulana. Ia merupakan anak konglomerat. Karena merasa telah memiliki semuanya maka ia pun bisa bertingkah dengan semaunya sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Setiap malam ia selalu ke diskotik. Ibaratnya, semua kenakalan remaja sekarang ada padanya. Namun dari semua kenakalannya tersebut hanya satu yang tak pernah ia lakukan, yakni berpacaran dan berciuman. Tokoh Iqbal disini amat kasar terhadap semua orang. Namun dibalik kekasarannya itu hanya satu yang membuat hatinya luluh yakni ibunya sendiri. Bahkan saat ibunya menyuruhnya merawat tanaman anggreknya, ia pun menurutinya. Pernah suatu ketika ia melihat bunga anggrek ibunya layu, ia pun memaki-maki para pembantunya, dan ia segera mencari siapa yang membuat bunga anggrek ibunya layu, dan apa modus dari semua itu.
Ketika pada suatu pagi ia mengetahui bahwa ibunya sakit. Iqbal panik, ia pun merasa sangat menyesal. Ia pun sadar akan kesalahannya, ia pun teringat bahwa anggreknya layu karena. Ya, semua makhluk pasti akan mengalami kematian. Saat itulah ia berniat untuk bertobat. Ibunya pula menyarankan agar dirinya menjadi santri di sebuah pesantren yang bernama pesantran Tegal Jadin yang bertempat di daerah Solo. Selama dua bulan disana dia cuma jadi pengangkut air, tak sekalipun ia diajarkan mengaji, solat, wudhu pun belum bisa, dan yang menjadi pertanyaan kapan diajarinnya?
Seperti itulah gambaran yang ada pada novel “Syahadat Cinta” bagian 1 oleh Taufiqurrahman Al-Azizy. Dengan demikian dari pemaparan di atas terdapat makna atau pesan yang disampaikan pengarang secara tidak langsung melalui alur cerita yang dikembangkan, yakni jangan mudah berputus asa dalam setiap usaha dan cintailah kebenaran terlebih dalam konteks religiusitas masing – masing penganut agama.
PENULIS: KOHAR IBRROR HAKKI