Sad Love Story

Cerpen, Fiksi

sad love story

Aku melihatnya dari kejauhan, memandang manis wajahnya yang tersenyum cerah, Bibir mungilnya terlihat kemerah-merahan. Paras wajahnya pun sangat rupawan. Gadis itu yang berambut pirang , Salahkah bila aku mencintainya? Salahkah bila aku menginginkannya?
Aku mencintainya, benar-benar sangat mencintainya. Apakah salah perasaanku ini? Apakah dia tidak merasakannya juga? Merasakan Ketulusanku? Aku hampa tanpanya, sungguh! Dia membuatku seperti tengah berada di antara Surga dan Neraka. Arif

__oOo__

“Kau masih memikirkannya? Arief! sampai kapan kau seperti ini guys? Padahal diluar sana masih banyak yang lebih cantik dan lebih baik dari dia.” Ucap Andi sahabatnya.
“Diam kau! urus saja urusanmu sendiri!” ketus Arief tidak memperdulikan nasehat sahabatnya itu.
“Apa sih yang kau pikirkan Arief? Apakah tidak cukup cintamu ditolak? Bahkan ditolak mentah-mentah!”kata Andi kesal, nada bicaranya kini sedikit keras.
“ Diam kau! Aku tidak butuh nasehatmu!” Teriak Arief menatap tajam sahabatnya itu dengan sorot kemarahan.
“Terserah kau saja, sebagai sahabat, aku sudah menasehatimu.” Andi pun pergi meningalkan Arief.

-Tiga bulan yang lalu-

Seorang Remaja berumur 17 tahun terlihat gembira sekali, hari ini ia bermaksud menyatakan cintanya kepada sang gadis pujaan, senyum cerah tak henti-hentinya terukir dari sudut bibirnya. Remaja itu tidak terlalu tampan, namun pembawaannya yang ceria memancarkan aura yang menyenangkan, tak heran kebanyakan orang menyukainya. Kini dia melewati koridor kelas, berurutan dari kelas XII 1, XII 2 , XII 3 menuju kelas unggulan di sekolahnya.
Sembari memegang bunga mawar ditanganya, Remaja itu sesekali bersenandung senang, dan bersiul-siul seolah tidak sabar untuk mengungkapkan perasaannya kepada si gadis pujaan.
Cekleek
Dibukanya pintu ruang kelas XII unggulan itu. Tampaklah kini berbagai macam rupa kegiatan murid sekolah seperti biasa apabila tidak ada guru dikelas mereka. Ada yang membaca, bermain game, dan lebih banyak lagi yang bergosip ria.
Arief mengitari seluruh ruangan kelas, Ia tersenyum ketika menemukan sosok gadis pujaannya berada disudut kelas. Senyumnya semakin lebar ketika melihat si gadis balik menatapnya. Arief mendekati gadis itu, dan layaknya Romeo dan Juliet dia pun berlutut.
“Febri, ah tidak, maksudku J.L… maukah kau menjadi Pacarku???” kata Arief tanpa keraguan sedikitpun. Ia terlihat percaya diri menyodorkan bunga ditangannya kepada Febri yang kini di panggil J.L itu.
“Suiiit….suittt….” Beberapa teman J.L bersiul-siul melihat adegan romantis di depan mereka.
“hahahahahaa… Pede sekali anak ini. Anak kelas bawah! hadeeeh…” kata teman J.L yang berada disebelah kanannya.
“Eh, Romantis tau?” celetuk Teman J.L yang berada disebelah kirinya.
“Huahhhahaaaa…. Romantis jidatmu! Wkakkkaa”

Mendengar itu J.L tidak tahan lagi. Wajahnya merah padam karena malu.
“Siapa sih kau??? Mengenalku saja tidak!” ketus J.L geram.
“Tapi EL, kita kan….”
“Tidak ada tapi-tapian!” potong J.L.
“ Apakah kau mengenalku? OH, Tentu saja, karena aku berasal dari kelas unggulan, kelas paling TOP di sekolah ini. Sedang kau??? Ih, melihatmu saja aku jijik!” lanjut J.L sembari berkacak pinggang. Tidak memperdulikan sorot mata Arief yang kebingungan.
“EL, kau kenapa??? Kenapa sikapmu berubah seperti ini??? Ada apa EL???” Kata Arief sembari berdiri dan memegang kedua pundak J.L.
“Ih! Apa yang kau lakukan? Singkirkan tanganmu itu!” kata J.L melotot tajam.
“Dan apa ini??? Sampah ini akan kau berikan padaku???” sembari berkata demikian J.L membung bunga yang disodorkan Arief kesembarang tempat.
“Hei! Sadarlah! Kau itu bukan tipeku! Dasar cowok kampungan!” lanjut J.L kasar.
“Ayo teman-teman kita pergi, jijik aku melihat cowok kampungan ini.” Kata J.L kemudian berlalu meninggalkan kelas tanpa melihat pancaran kekecewaan dari mata Arief.

__oOo__

Kenapa dia berubah? Dulu, dia tidak seperti ini. Apa yang sebenarnya terjadi ? apakah aku salah??? Kemana J.L yang dulu? Kemana J.L yang ceria itu? Yang selalu bersandar padaku ketika dia menangis. Yang selalu berangkat sekolah denganku setiap pagi. Kenapa EL? Kenapa??? Setidaknya kau jelaskan padaku agar aku sepenuhnya mengerti, kenapa kau bisa membenciku seperti ini. Apakah kau tidak menyadari ini EL? Hatiku berdetak setiap melihatmu. Senyumanku tersungging melihat cerahnya wajahmu. Tawaku spontan bila mendengar tawamu. Sakit EL , hatiku begitu sakit, kau mempermalukanku di depan teman-temanmu. Padahal aku tau, dulunya kau tidak seperti itu.
Mana janjimu yang dulu EL? Ketika kau berucap tidak akan meninggalkanku. Dan menjaga kesucian persahabatan kita. Aku tahu aku yang salah karena mencintaimu seperti ini. Tapi bukankah kau bisa menolakku tanpa memutuskan persahabatan kita???
Kecewa, itu yang kurasakan EL… Kau Mempermalukanku tanpa memberiku penjelasan sedikitpun. Bilalah cinta tulusku ini membebanimu EL. Maka ku mohon doakan aku, agar hati ini bisa melupakanmu dan mendapatkan gadis pilihan yang lebih baik darimu.

__oOo__

“AU! Sakit…” keluh gadis cantik itu kesakitan, kaki kanannya terlihat memar akibat tersandung tadi. Sementara seragam sekolah yang ia pakai terlihat kotor.
“Kau tidak apa-apa?” Tanya seorang remaja laki-laki khawatir.
“Tidak apa-apa…aku cuma memar sedikit.” Jawab gadis itu sembari menatap remaja laki-laki di depannya. Tampan. Pikirnya.
“Sedikit , apanya yang sedikit? Memar begini kau bilang sedikit! Aissshhh… kau ini! Lain kali lihat-lihat kalo jalan! Ayo aku gendong!” kata remaja laki-laki itu. Namun Si gadis menggeleng.
“Kenapa?” tanya si remaja laki-laki.
“Aku malu kak.” Jawab si gadis
“Kenapa harus malu? Aku kan pacarmu. Ya wajar saja aku menggendongmu.” Mendengar itu si gadis tetap menggeleng.
“Aissshh… kau ini, lebih pilih mana, aku gendong atau kucium sekarang juga!!!” Ancam remaja Laki-laki itu.
“Ah kakaaak…” kata si gadis semakin tersipu malu.
”Ya sudah, gendong saja kak. ” Katanya kemudian.
“Dari tadi kek.” Kata Remaja laki-laki kemudian menggendong kekasihnya dengan kedua tangan.
“Aku tidak berat kan?”
“Tidak, hanya lumayan berisi. Hahhahaaa…” jawab remaja itu dan spontan pinggangnya di cubit sang kekasih.
“AU! Kau ini! Kalo aku kau cubit seperti tadi, trus kalo kau jatuh bagaimana? Tambah sakit nanti memarmu itu.” Kata remaja itu menyiratkan kekhawatirannya.
“Kak…”
“Ya…?” Kata remaja laki-laki sembari menatap kekasihnya.
– CHUU – Bibir sang Gadis mencium pipinya. Spontan remaja itu memegang pipinya hangat. Dan tak berapa lama ia pun tersenyum senang.
Sementara dari kejauhan , seorang gadis berambut pirang terlihat cemburu dan menyesali perbuatannya yang telah lalu. ‘Maafkan aku Arief’. Dan air mata penyesalannya menetes perlahan.

End


Tinggalkan Balasan