Salahkah Aku

Cerpen, Fiksi

salahkah aku

Telah lupakah kamu akan apa yang pernah kau ucapkan dulu padaku? Kamu bilang tidak akan pernah lagi mengucap kata pahit itu kepadaku,dan sekarang kamu mengulangnya kembali. Apa sebenarnya yang ada dalam angan dan pikirmu? Tidakkah terbesit sedikitpun dalam pikirmu, betapa sakit dan hancurnya hati ini saat kau lontarkan kata perpisahan itu lagi kepadaku?

Aku heran mengapa kekasih yang selama ini begitu menyayangiku dan yang sangat aku cintai tiba-tiba melontarkan kata putus itu kembali kepadaku, untuk yang kedua kalinya. Aku tak percaya akan kejadian malam itu, sungguh itu semua diluar dugaan. Alfin  memintaku untuk bertemu berdua dengannya di luar. Tak heran jika malam itu aku sangat bahagia dan dengan cepat mengiyakan permintaan pujaan hatiku itu untuk segera bertemu dengannya. Sudah lama kami tidak memiliki waktu luang walau untuk hanya melepas kerinduan yang kami rasakan. Kami memiliki kesibukan yang sama dalam menjalani rutinitas kami sebagai mahasiswa. Terlebih lagi kami terhalang jarak karena  kuliah di universitas yang berbeda, dan itulah penyebab utama mengapa kami jarang bertemu.

Malam itu aku dengan hati yang berbunga-bunga penuh dengan rasa kegembiraan mulai mengendarai sepeda motor kesayanganku menuju sebuah kafe dimana Alfin telah menungguku disana. Sesampai di kafe aku dipersilahkan duduk olehnya tanpa menoreh senyum sedikitpun. Aku bingung akan tingkah laku Alfin, mengapa ia begitu dingin setelah sekian lama kami tidak pernah bertemu tidakkah ia merindukanku? pikirku dalam hati. Namun aku tak berniat untuk memikirkannya terlalu jauh, dengan tenang kami menyantap makanan yang telah dipesannya. Selama kami menyantap makanan tidak ada satu patah katapun ucapan kerinduan yang terlontar dari bibir manis kekasihku itu, begitulah  suasana yang tergambar hingga kami selesai menikmati santap malam.

Kamu apa kabar Tanya Alfin kepadaku, udah lama ya kita gak makan bareng kayak gini lagi. Aah iya ya udah lama banget malahan sahutku, kamu sih gak pernah ada waktu buat saya pasti deh selalu sibuk setiap hari. Kadang saya ngerasa iri lho sama temen-temen saya yang selalu keluar malmingan. Mereka keliatannya bahagia sekali, tapi sayang ya saya belum bisa merasakannya. Ia saya minta maaf kalok selama kita bersama saya belum bisa ngebahagiain kamu, belum bisa jadi pacar yang baik buat kamu, bahkan mungkin gak pernah bisa ngebuat kamu ngerasa punya kekasih kayak temen-temen kamu. Saya tau selama kita bersama saya selalu buat kamu terluka, bahkan mungkin muak dengan tingkah laku saya yang gak pernah ngeluangin waktu buat kita ketemu. Saya tau saya salah, saya juga berterimakasih banget sama kamu yang selalu ada dan bisa ngertiin saya selama ini. Maaf saya belum bisa jadi laki-laki sempurna buat kamu, dan sekarang saya emang udah gak ada alasan lagi buat bertahan sama kamu. Kamu terlalu baik buat saya, buat orang yang gak pernah bisa ngebahagiain kamu. Sekali lagi saya minta maaf, mungkin kamu bakalan bahagia kalok udah lepas dari saya. Jaga diri kamu baik-baik ya, suatu saat jika kita memang ditakdirkan untuk hidup bersama kita bakalan bertemu kembali kok seperti sekarang, karena saya yakin jodoh itu gak bakalan tertukar dan saya harep kamu juga bisa kayak saya.

Alfin berlalu meninggalkanku begitu saja setelah mengucapkan semua kata-kata tadi kepadaku. Aku hanya duduk terdiam dalam tangis dengan semua perkataan yang telah dilontarkannya padaku. Tuhan dosa apakah yang telah aku lakukan hingga ia melakukan semua ini kepadaku?. Salahkah semua kesetiaan dan semua rasa yang kuberikan untukknya, begitu mudahnya ia melepaskanku begitu saja, begitu mudahnya ia meninggalkanku dengan semua cinta dan kesetiaanku selama dua tahun ini bersamanya. Oh Tuhan jika memang benar begitu adanya, aku mohon tolong buang semua rasa cinta ini untuknya, jangan izinkan aku untuk merindunya kembali, tolong hapus semua cerita tentang dia Tuhan.

*****

Hari-hari berlalu begitu saja dengan mudahnya, tanpa terasa kini tepat bulan ke dua setelah kejadian malam itu. Ia sebulan sudah ia tak pernah muncul dihadapku, namun masih tetap hadir dalam angan dan pikirku. Aku selalu berdoa agar Tuhan menghapus bayangnya dalam hidupku, namun aku sendiripun tak tau akan  apa yang Tuhan rencanakan dalam hidupku. Aku heran mengapa bayangnya masih selalu ada dalam hari-hariku, mengapa tak sedikitpun kebencian yang kurasakan padanya, setelah semua apa yang ia lakukan terhadapku. Kadang aku berpikir betapa bodohnya hati ini yang masih mengukir indah namanya dalam hatiku, kebahagiaan apa yang telah ia lukiskan dalam hariku hingga aku tak mampu menghapus namanya.

Ia ini mungkin masih awalnya, harus ada tahap yang kulalui agar aku bisa melupakannya. Aku berusaha meyakinkan diriku sendiri dengan ucapan-ucapan seperti itu, Tuhan tidak tuli ia pasti mendengar semua permintaanku, hanya menunggu saatnya saja pikirku. Meski terkadang aku berpikir tentang betapa sepinya hari-hari yang kulalui tanpa hadirnya dalam hari-hariku lagi, ia sepertinya aku memang bodoh karena masih merindukannya. Bagaimana mungkin aku bisa terlepas dari bayangnya jika hati ini saja masih selalu memanggilnya, bagaimana mungkin rasa itu akan hilang jika cukup hanya dengan sebait doa yang ku pinta padaNYA tanpa ada usaha yang harus kulakukan. Oh Tuhan betapa bodohnya hambaMU ini, yang selalu menyalahkanMU ketika aku belum menerima semua pesanan yang ku pintakan padaMU.

*****

Kucoba tersenyum saat kau pergi meski lara hati menangis melepasmu, andaikan kau tau betapa aku masih mencintamu. Terdengar suara lagu Lara Hati milik Laluna berbunyi sebagai nada panggilan di handphoneku. Haloo assalamualaikum sapaku kepada seseorang diseberang sana yang menelponku, namun tak ada jawaban. Haloo siapa ini kok diem ucapku kembali, namun sayang panggilannya telah diputuskan oleh penelpon tadi. Siapa sih gak ada kerjaan sekali orang ini, dia nelpon tapi gak ngomong-ngomong ucapku  dengan kesalnya. Setelah beberapa menit terdengar lagi suara handphoneku berbunyi, aku menjawab telpon tanpa suara. Apa kabar terdengar suara laki-laki yang tak asing lagi ditelingaku, aku terkejut mendengar suara itu lantas menutup panggilan itu. Handphone itu berdering lagi namun aku tak ingin mengangkat panggilannya lagi, aku tak kuasa mendengar suara laki-laki itu. Setelah puluhan panggilan yangku abaikan, kemudian dengan penuh rasa penasaran aku akhirnya memutuskan untuk mengangkat panggilan tadi untuk memastikan siapakah orang yang menelponku tadi. Kenapa gak mau angkat telpon dari saya? ucapnya padaku, aaah apa, siapa ini emang? Tanyaku pada lelaki itu. Yakin gak tau saya siapa, gak mungkin kamu gak tanda suara saya, jawab lelaki itu. kalok saya tau ini siapa ngapain saya nanyak kamu lagi mas, sahut ku dengan nada tinggi.  Ini saya orang yang masih sayang sama kamu sampai sekarang, saya masih belum bisa ngejalanin hari-hari saya tanpa denger suara kamu. Saya ngerasa gak ada warna lagi dalam hari-hari saya tanpa kamu, ucap lelaki itu. aku bingung harus menjawab apa pada lelaki itu, sedang aku juga merasakan hal yang sama seperti apa yang dikatakannya tadi. Saya yakin kamu juga masih sayang kan sama saya, saya yakin  ucap lelaki itu kembali. Aku hanya bisa terdiam mendengar semua pengakuannya, ia memohon meminta kesempatan untuk yang kesekian kalinya untuk mengulang kembali cerita cinta kami dengan beribu janji yang ia tawarkan. Aku bimbang kata apa yang harus ku lontarkan padanya, tanpa berpikir panjang aku hanya mengiyakan permintaannya, karena aku juga masih mencintainya dan tidak ingin jatuh terlalu jauh dalam rasa kesepian panjang  yang ku alami selama kami terpisah.

Semuanya memang sudah terasa indah kembali sejak malam itu, malam ketika kami memutuskan untuk menjalin kembali ikatan kasih yang sempat terpisah. Kami seperti merasakan kembali saat-saat indah ketika masih baru merasakan manisnya virus-virus merah jambu yang menyerang hati dan pikiran kami.

*****

Setahun sudah berlalu dan kini aku telah menempuh jenjang  perkuliahan di semester empat, begitupun Alfin yang sekarang tengah sibuk dalam menyusun skripsinya. Namun semua kesibukan kami tak dijadikan alasan untuk tidak saling berbagi bersama. Ia kami memang masih cukup rukun dalam rumah kasih yang kami bangun, meski kami masih belum berumah tangga juga sih. Semuanya masih baik dan nyaman-nyaman saja, tanpa ada pertengkaran.

Pagi itu aku sedang duduk di taman bersama teman-temanku tengah menunggu jam kuliah pertama,manajemen keuangan. New message, ada sms masuk lantas aku membacanya.

“selamat pagi Kalila Anisa, saya tau saya salah  maafkan semua kesalahan saya selama ini”,

“ada apa Alfin Saputra, adakah yang salah dengan diriku?” balasku.

“tidak ada yang salah denganmu, hanya saja saya yang selalu berbuat salah kepadamu, maafkan saya inget jodoh itu gak bakal kemana dan jodoh itu takkan tertukar”, balasnya kembali.

Aku semakin bingung dengan semua balasan sms yang ku terima darinya.

“ tunggu saya pulang kuliah dulu, baru kita omongin ini semua”, balasku kembali.

“gak usah dah, gak ada yang harus dibahas lagi, berenti hubungin saya lagi”, balasnya kembali, aku semakin bingung dan merasa lucu dengan message yang baru saja kuterima darinya. Dengan gesit aku membalasnya “ haha, ia cowok munak”. Ya semuanya berakhir begitu saja pada hari itu, ia memutuskanku kembali tanpa alasan yang jelas.

 *****

Sudah hampir satu bulan aku dan Alfin tidak saling kontak lagi, ia karena memang kami sudah tidak memiliki hubungan lagi. Aku berpikir untuk tidak lagi memikirkannya dan memilih untuk sendiri dulu tanpa mencari penggantinya. Meskipun Haris teman kecilku yang selalu ada setiap saat untukku, sebagai teman berbagi saat aku merasa sedih menawarkan diri untuk menggantikan posisi Alfin dan berjanji akan menghapus semua luka yang kurasakan jika aku menerima tawarannya untuk menerimanya sebagai kekasih baruku.  Aku merasa lebih nyaman dengan status kejombloanku saat ini, aku merasa bebas bermain dengan semua teman-temanku tanpa ada yang melarang.  Memang bahagia itu bukan hanya bisa didapatkan dari seorang kekasih saja, bahagia yang seutuhnya hanya akan dapat dirasakan disaat kita bisa berbagi tawa bersama sahabat-sahabat kita, meski terlihat sederhana namun semuanya memiliki kesan mendalam yang kan terukir indah di dalam hati dan hidup kita, bagaikan pelangi yang hadir begitu indahnya setelah hujan turun dengan derasnya.

Satu bulan berlalu, setiap malam aku selalu mendapat terror dari private number yang hampir setiap malam menggangguku di jam-jam tertentu. Aku curiga panggilan yang selalu kuterima dengan private number itu adalah terror dari sang mantan yang masih  kusayangi. Meski mungkin semua perkiraanku itu salah, namun jauh dilubuk hatiku aku sangat mengharapkan semua itu memang benar adanya.

Ya memang tak bisa tuk dipungkiri, terkadang hati kecil kita masih bisa merasakan kerinduan yang dirasakan seseorang terhadap kita. Hal semacam inilah yang tengah kurasakan saat ini, aku begitu yakin jika dia masih mencintaiku. Meski Elisya dan Salsa sahabatku menasihatiku dan memintaku untuk tidak lagi menerima Alfin kembali jika suatu saat ia datang kembali seperti yang sudah-sudah. Masih banyak lelaki yang jauh lebih baik dari dia, kamu hanya harus bisa membuka hatimu kembali untuk lelaki lain agar kamu gak ngerasain sakit seperti sekarang. ucapan Elisya yang masih tetap kuingat yang kujadikan penguat agar tak jatuh kembali kedalam lubang yang sama karena masih mengharapkan Alfin. Akan tetapi sepertinya nasihat Elisya sepertinya tak bisa membuatku untuk benar-benar melepaskan Alfin, aku masih tetap dengan hati yang sama seperti dulu.

Ya terkadang aku bingung dan begitu heran mengapa cinta itu masih tetap ada meski beribu luka telah ia goreskan dalam hati ini, walau bagaimana tersiksanya batin ini diperlakukan seperti benda mati yang tak bisa merasakan apa itu sakit. Aku sadar akan kebodohanku yang masih saja membiarkan cinta ini tumbuh hanya untuknya, tanpa menghiraukan segala luka dan cerita duka yang tengah ia hadirkan dalam hari-hariku. Aku tau jika yang kulakukan ini memang salah, salah dalam mempertahankan rasa cinta untuk orang yang seperti dia namun apa daya aku tak kuasa jika harus melawan hati, mengelak dari rasa cinta yang hanya bisa tercurahkan untuknya. Iya aku memang sadar akan kesalahanku yang satu ini mencintai orang yang sering menyakitiku, menyayangi orang yang dengan mudahnya meninggalkanku tanpa kata,mengharapkan orang yang masih terlalu ego dalam mencinta. Ironi cinta, hanya kata ini yang mampu melukiskan semua cerita cintaku. Ironis memang hati ini hanya mampu mencintai satu orang, orang yang selalu membuatku terluka dan sering menyakitiku. Cinta ini memang buta tak melihat siapa dan bagaimana dia, namun kurasa hatiku mampu melihatnya. Walau terluka dan tersiksa aku hanya bisa mencintainya dan hanya menginginkanya seorang bukan yang lain.

Semuanya memang terasa seperti sebuah mimpi, semua dugaanku ternyata benar. Aku berhasil membuat sang private number akhirnya mengungkapkan siapa jati dirinya, ia dia adalah mantan yang selama ini masih kurindukan. Alfin mengaku jika ia sangat merindukanku dan masih sangat mencintaiku. Aku tersenyum gembira mendengar semua itu, aku sadar dan masih sangat yakin dengan semua yang kurasakan jika aku memang masih mempunyai perasaan seperti apa yang diraskan Alfin kepadaku.

Jodoh memang gak bakalan kemana dan tidak akan mungkin bisa tertukar, cinta tau siapa orang yang ia cari dan tau kemana ia harus kembali pulang menemui cintanya. Walau beribu luka dan perih yang di rasakan karena cinta, namun cinta tau bagaimana ia menghapus dan mengubur semua kepedihan akan kesakitan dimasalalu karena sejatinya cinta itu sebuah kebahagiaan dan anugerah terindah dalam hidup yang dimiliki semua orang.

Aku menerima kembali Alfin sebagai kekasihku, aku takkuasa jika harus membohongi hati kecilku yang masih mencintainya. Meski Elisya sahabatku menentang keputusanku yang dengan mudahnya menerima Alfin kembali setelah semua apa yang pernah ia lakukan kepadaku. Elisya hanya takut jika aku akan terluka kembali seperti kemarin saat Alfin meninggalkanku begitu saja tanpa alasan yang jelas.


Tinggalkan Balasan