manfaatkan waktu sebaik mungkin 1

SEGERA BERAMAL SEBELUM DATANGNYA LIMA HALANGAN (sebuah renungan mencapai keabadian)

Non Fiksi, Opini

Time…

Kadang kuhanyut dalam putaran masa

Menghisap batang usiaku tiada henti

Paruh waktuku hilang

melayang dan segera usang

Pahatan wajahku kian aus

Lukisan tubuhku usanglah sudah

Catnya luntur beterbangan

terbawa dinginya malam

dan teriknya hari

Serpihan noda bertumpuklah sudah

menutup jendela jiwa

yang sebenarnya masih kuingin buka

 

Umur manusia sangat terbatas, sementara kewajiban yang harus ia lakukan sangat banyak. Hal ini menuntut seseorang untuk pandai-pandai memanfaatkan detik-detik usianya dalam rangka menjalankan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan dipundaknya. Setiap kita harus waspada jangan sampai umur banyak terbuang sia-sia untuk hal-hal yang tidak bernilai pahala.

Kesuksesan seorang hamba adalah meraih rahmat, ridha, dan ampunan Allah, sangat bergantug pada kepandaiannya daam mengefektifkan dan mengoptimalkan usianya. Semakin pandai dan rajin ia menggunakan usianya dalam menjalankan ketaatan dan mejauhi larangan-larangan Allah, semakin besar pula harapannya untuk meraih rahmat, ridha dan ampunan Allah.

Sebaliknya semakin banyak waktu terbuang untuk hal-hal mubah yang melalikan, terlebih bila dimanfaatkan untuk hal-hal yang dimakruhkan dan diharamkan, maka semakin nampak pula bahwa ia termasuk golongan yang terhalang dari mendapatkan rahmat, ridha, dan ampunan Allah.

Kesempatan, waktu luang, kekayaan, masa muda, dan kesehatan adalah modal utama untuk beramal shalih. Bila pada saat lapang seperti itu seorang hamba tidak taat melaksanakan ketaatan, maka pada saat mengalami kesempitan, kesibukan, kemiskinan, usia tua dan masa sakit, kecil kemungkinannya ia akan bisa memanfaatkannya untuk amal-amal ketaatan.

Oleh karenanya, Rasulullah mengingatkan umatnya untuk memaksimalkan ketaatan untuk beramal ini, sebelum datang halangan-halangan yang membuatnya sulit dan berat untuk beramal. Dalam hadits yang shahih dijelaskan:

Dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, “Ada dua kenikmatan yang seringkali mayoritas manusia tertipu dan merugi di dalamnya, yaitu kesehatan dan kesempatan (waktu luang).” (HR. Bukhari no. 5933 dan At-Tirmidzi no. 2226)

Imam Ibnu Al-Jauzi berkata, “terkadang seorang manusia dalam keadaan sehat, namun tidak mempunya waktu luang (untuk beramal shalih), karena kesibukannya dalam mencari mata pencaharian. Sebaliknya, terkadang ia memiliki harta yang cukup, namun tidak berada dalam keadaan yang sehat. Jika kedua kenikmatan ini terkumpul pada dirinya, namun rasa malas menguasai dirinya sehingga ia tidak berbuat ketaatan, jelaslah bahwa ia adalah orang yang tertipu.”

Imam Husain bin Muhammad At-Thibi menjelaskan bahwa dalam hadits ini Nabi membuat permisalan seorang mukalaf sebagai seorang yang berdagang. Seorang pedagang pasti mempunyai modal. Ia harus mempergunakan modalnya dengan sebaik-baiknya dan penuh kehati-hatian serta kecermatan agar bisa meraih laba dan terhindar dari kebangkrutan. Ia tidak akan berjual-beli secara ceroboh dengan sembarang orang.

Demikian pula halnya dengan seorang mukalaf. Ia mempunyai modal, yaitu kesehatan dan waktu luang. Ia harus berhati-hati dalam berdagang. Agar modalnya tetap utuh dan lebih dari itu meraih laba. Ia harus berjualan dengan Allah, dengan menjual keimanan dan ketaatan. Ia tidak boleh berjual-beli dengan setan dan hawa nafsu karena keduanya adalah penipu ulung. Bila hal ini ia laksanakan dengan cermat dan waspada, niscaya ia akan meraih keuntungan di dunia dan akhirat.

Dalam hadits ini ditegaskan ‘mayoritas manusia tertipu dan merugi di dalamnya’, yang berarti manusia yang gagal memanfaatkan masa sehat dan waktu luangnya dalam rangka ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya jauh lebih banyak daripada manusia yang berhasil memanfaatkannya secara benar. Hal ini senada dengan firman Allah:

“…Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.” (QS. Saba’: 13)

Dalam hadits-hadits lain disebutkan beberapa kesempatan yang harus dimaksimalkan agar tidak menjadi manusia yang merugi. Kesempatan tersebut ialah:

  1. Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu
  2. Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu
  3. Waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu
  4. Waktu lungmu sebelum datang waktu sibukmu, dan
  5. Waktu hidupmu sebelum datang waktu matimu.

Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, “Rasulullah memegang kedua pundakku seraya bersabda: “Jadilah engkau di dunia ini bagaikan orang yang asing, atau orang yang sedang menyebrang jalan.” Artinya kita tidak boleh terlalu terlena dengan kenikmatan dunia dan tipu dayanya. Kita harus senantiasa ingat bahwa di duni kita tak ubahnya seperti perantau, dan setiap perntau pasti akan pulang kampung, yakni kampung keabadian (akhirat).

Ibnu Umar biasa memberi nasihat, “Jika engkau berada di waktu sore, janganlah menunggu datangnya pagi! Dan jika berada di waktu pagi, janganlah menunggu datangnya waktu sore! Pergunakan kesempatan sehatmu untuk mengahadapi masa sakitmu, dan pergunakan masa hidupmu untuk menghadapi kematianmu.” (HR. Bukhari no. 5973 dan At-Tirmidzi no. 2255)

Dari hadits di atas jelaslah kiranya bahwa sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang paling baik, hendaknya kita senantiasa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya supaya kita temasuk orang-orang yang beruntung. Sebagaimana yang difirmankan Allah:

“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-AShr: 1-3)

Ayat di atas secara gamblang menyerukan kepada kita untuk benar-benar memanfaatkan waktu untuk segera beriman dan bermal shalih serta saling menasihati sebelum datangnya sesuatu yang memutus segala kenikmatan yakni kematian. Oleh sebab itu, dari sekarang sebelum terlambat bersegeralah kita beratubat dan meraih rahmat, ridha dan ampunan Allah SWT.


Tinggalkan Balasan