TANTANGAN, PELUANG, DAN STRATEGI MAHASISWA PBSID (PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH) DALAM MEMENANGKAN PERSAINGAN ZAMAN

Artikel

TANTANGAN, PELUANG, DAN STRATEGI MAHASISWA PRODI PBSID DALAM MEMENANGKAN PERSAINGAN ZAMAN

Dalam sebuah kehidupan, mesti ada yang namanya tantangan, terlebih pada masa kini, zaman semakin menuntut. Dalam KBBI tantangan itu sendiri berarti hal atau objek yg menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah atau rangsangan untuk bekerja lebih giat. Untuk menghadapi tantangan itu, kita harus peka dan jeli melihat sebuah peluang guna menuntun kita menentukan sikap atau tindakan yang tepat agar dapat menghadapi tantangan itu sendiri.
Dalam dunia pendidikan khususnya bagi mahasiswa PBSID (Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah), tantangan besar membentang. Menurut Hartono, Mahasiswa merupakan masa depan suatu negara, yang memiliki sifat mutlak memajukan bangsa dan sesuai dengan aplikasi ilmu yg dimiliki serta menjadikan sesuatu inovasi menjadi acuan pemikiran sehingga mampu bersaing dengan negara lain sesuai dengan perkembangan zaman.
Sebagai calon guru, mahasiswa dituntut memiliki segudang kreatifitas karena guru adalah kreator proses pembelajaran (Zamroni, 2003: 74). Artinya, akan menjadi pertunjukan apa pun sebuah proses pembelajaran di kelas, tergantung pada guru. Jika kita cermati standar proses (Permendiknas nomor 41 tahun 2007), di sana dijelaskan bahwa dalam proses pendidikan diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas siswa.
Dengan menjadi guru yang kreatif, kita akan mampu mencetak siswa yang berkualitas guna meningkatkan kualitas bangsa. Kualitas sebuah bangsa akan ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia suatu bangsa, maka akan semakin tinggi pula kualitas bangsa yang bersangkutan karena bagaimanapun keadaan suatu negara di masa depan tidak luput dipengaruhi oleh pelaksanaan pendidikan yang dilakukan.
Adanya tantangan berarti ada peluang untuk menghadapi dan mengatasinya. Namun sekarang ini, peluang kita untuk memenangkan persaingan zaman dapat dikatakan kecil sebab antara sistem pendidikan di Indonesia dan pendidikan di negara-negara maju tidak bisa disamakan, akan tetapi negara maju dapat kita jadikan sebagai penyemangat karena masing-masing negara mempunyai kultur yang berbeda. Dengan demikian, pelaksanaan program pendidikan dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia menjadi tuntutan yang tidak bisa di tawar-tawar. Oleh sebab itulah bangsa ini membutuhkan sosok guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas siswa.
Menyikapi peluang yang kecil, kita harus memiliki strategi tersendiri. Salah satunya adalah seperti yang telah dipaparkan di atas, kita harus menjadikan pendidikan di negara-negara maju tersebut sebuah semangat atau pedoman untuk setidaknya kita dapat mendekati raihan yang telah dicapai negara tersebut dan berharap dengan apa yang telah kita lakukan, kita dapat menyamai bahkan melebihi mereka.
Untuk menyamai atau melebihi mereka, tidak cukup hanya menjadikan mereka sebagai penyemangat. Mahasiswa PBSID hendaklah lebih giat dan lebih rajin dalam belajar. Mahasiswa sebagai calon guru harus mengikuti pembelajaran dalam perkuliahan dengan serius dan bersungguh-sungguh agar menguasai seluruh materi yang diberikan oleh dosen sehingga nantinya akan mampu menjadi guru yang diharapkan. Guru yang dapat menghadapi segala keadaan siswa di dalam kelas. Selain rajin belajar dalam perkuliahan, mahasiswa PBSID juga harus lincah dan gesit mencari berbagai macam refrensi dangan memanfaatkan salah satu bentuk dari perkembangan zaman yaitu internet. Seorang mahasiswa harus memiliki rasa haus akan ilmu pengetahuan. Artinya, mahasiswa harus merasa tidak cukup dengan apa yang telah diberikan oleh dosen sehingga nantinya akan terdorong untuk mencari ilmu tambahan melalui media yang telah disediakan yaitu internet. Mahasiswa harus dapat memanfaatkan tekhnologi karena tekhnologi pada masa kini bisa dikatakan sangat memanjakan. Apapun yang kita inginkan, sudah disediakan. Jadi tinggal kita sendiri yang harus bergerak untuk memanfaatkan apa yang telah disediakan tersebut. Selain di internet, mahasiswa juga dapat mencari refrensi dalam buku-buku khusus yang telah disediakan oleh tokoh-tokoh besar dalam dunia pendidikan.
Itulah kiranya yang akan dihadapi mahasiswa sebagai calon guru. Sebelum menjadi seorang guru, tentunya ada tantangan lain yang harus dihadapi siswa, tantangan itu adalah bagaimana mahasiswa dapat memenangkan persaingan antar sesama mahasiswa untuk menjadi guru yang sebenarnya. Seperti yang kita ketahui bersama, untuk menjadi seorang guru setelah menyelesaikan pendidikan Strata satu (S1) tidaklah mudah. Mahasiswa tidak bisa langsung menjadi seorang guru begitu saja. Seorang mahasiswa harus bersaing dengan mahasiswa lainnya untuk dapat mengemban kepercayaan meningkatkan kualitas pendidikan bangsa. Bagaimanapun, bangsa membutuhkan yang paling baik di antara yang terbaik agar bisa memenangkan persaingan zaman. Jadi sebelum memenangkan persaingan zaman antar bangsa, seorang mahasiswa harus memenangkan persaingan antar sesame mahasiswa.
Peluang untuk menjadi guru sendiri sekarang ini dapat dikatakan tipis pula. Sebagaimana kita ketahui masih banyak sarjana yang menganggur akibat kalah bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa lain. Selain kalah bersaing, sarjana dapat menganggur akibat tidak adanya tempat kosong pada bidang yang digeluti khususnya pendidikan bahasa Indonesia.
Agar tidak menjadi sarjana nganggur, Mahasiswa harus memiliki strategi-strategi tersendiri untuk memenangkan persaingan. Sama halnya dengan apa yang telah dipaparkan sebelumnya, jika ingin memenangkan persaingan maka berusahalah untuk menjadi yang paling baik di antara yang terbaik dengan cara belajar sungguh-sunggh dan mencari berbagai macam refrensi agar mendapat pengetahuan lebih. Dengan belajar sungguh-sungguh dan terus mencari refrensi sebanyak mungkin, pasti kita akan memenangkan persaingan.
Terkait dengan tidak adanya lowongan atau masih tidak ada tempat kosong untuk diisi, kita tidak boleh berputus asa dengan menganggur mengerjakan hal-hal yang tidak berguna. Kita harus tetap mengasah kemampuan kita agar tidak hilang begitu saja. Untuk membangun bangsa, kita bisa melakukannya dengan tidak menjadi seorang guru sekalipun. Kita bisa saja mencari hal-hal yang masih berkaitan dengan bidang kita. Misalnya, kita dapat membangun sebuah sanggar seni di mana di sana kita mengajarkan anak-anak yang bersekolah maupun tidak bersekolah tentang seni budaya. Selain itu masih banyak yang dapat kita lakukan untuk ikut berpartisipasi membangun bangsa agar dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain.


Tinggalkan Balasan