Tetesan air dusta
Menangis.
Teriris.
Gelisah..
Gelisah penuh curiga
Ketika akal bergejolak dengan hati.
Hati selalu sakit dan akal selau berfikir.
Hati selau negative dan akal selalu mencoba positive
Sungguh hati tak bisa dirayu lagi
Penghianatan, dusta yang kau sugguhkan sungguh membuat hati tercabik-cabik
Hati yang dulu selau disirami dengan aroma asmara yang menggelegar
Kini mulai layu dengan penghianatan yang amat teramat sakit
Hati yang selalu negative terus berusaha positive
Tapi tidak..
Hati kini mulai berfikir,
Kini hati mulai merasa tertikung
Tak sanggup lagi menahan semua gejolak yang ada
Menangis tersedu sedu
Hati kini hanya bisa mengeluarkan tetesan tetesan air dari buah penghianatan
Hati yang dulu kuat, kini layu
Sungguh tak sanggup untuk berdiri membangun robohnya bangunan asmara.