Tetesan air dusta

Fiksi, Puisi

Tetesan air dusta

Menangis.

Teriris.

Gelisah..

Gelisah penuh curiga

Ketika akal bergejolak dengan hati.

Hati selalu sakit dan akal selau berfikir.

Hati selau negative dan akal selalu mencoba positive

Sungguh hati tak bisa dirayu lagi

Penghianatan, dusta yang kau sugguhkan sungguh membuat hati tercabik-cabik

Hati yang dulu selau disirami dengan aroma asmara yang menggelegar

Kini mulai layu dengan penghianatan yang amat teramat sakit

Hati yang selalu negative terus berusaha positive

Tapi tidak..

Hati kini mulai berfikir,

Kini hati mulai merasa tertikung

Tak sanggup lagi menahan semua gejolak yang ada

Menangis tersedu sedu

Hati kini hanya bisa mengeluarkan tetesan tetesan air dari buah penghianatan

Hati yang dulu kuat, kini layu

Sungguh tak sanggup untuk berdiri membangun robohnya bangunan asmara.

 


Tinggalkan Balasan