tunas baru 1

Tunas Baru

Cerpen, Fiksi

Aku tahu bahwa kamu membenciku, namun entah mengapa. Aku selalu mencoba bertanya pada mereka, bahkan beribu kali bertanya pada diriku sendiri,”Kenapa?” namun masih belum ku temukan jawabannya.

Aku sedih. Mengapa kau seperti ini? Bukankah aku selalu ada jika kau butuh bantuan, bahkan saat kau tidak memintanya aku akan mengulurkan tangan. Aku bahkan selalu menjadi bayangan yang setia menemani mu. Disaat kau tertawa bahagia, disaat kau berlatih dan bermain basket, membaca di perpustakaan, aku selalu disana menemanimu, walau kau tak pernah tau.

Mengapa kamu seperti ini padaku? Senyumku tak pernah pudar walau tak pernah kau balas. Teguranku selalu menyertaimu, walau kau tak pernah mendengarnya. Kau tak pernah tau aku menangis setiap malam karena pusing memikirkan apa yang salah dengan ku, hingga kau seperti ini. Tidak bisa kah sekali saja , izinkan aku pelan -pelan menyapa hatimu.

Aku berbeda dari mereka semua. Kau harus tau itu. Aku menyukaimu bukan karena penampilanmu. Bukan..bukan sama sekali.

Meskipun sikapmu selalu menyakitkanku, aku mencoba untuk mencintainya, ini adalah perasaanku. Tidakkah kau merasa iba dengan ini. Tidakkah kau merasa tersanjung dengan ini? Karena kau menjadi bagian yang sangat istimewa di hidup seseorang.

Jika itu tentangmu, sekecil apapun itu, aku selalu mengingatnya. Tidak peduli seperti apa perlakuanmu padaku. Tak peduli bahkan saat kau tak tahu namaku padahal kita satu kelas sejak kelas satu SMA.

Kau seperti tokoh dari komik yang sempurna tanpa celah. Aku ingin merasakan seperti romantisme komik, dengan mu. Berbicara di tepi danau, dengan angin yang membawa helai daun. Bukankah itu romantis? Setiap malam aku berdoa untuk ini.

Lancangkah aku jika kukatakan “berilah aku sedikit cinta” setelah semua yang kulakukan? Setelah semua tanda yang ku perlihatkan, belumkah kau sadar? Mungkin memang benar kebanyakan orang juga melakukan ini, namun bukankah aku menunjukan rasa yang lebih banyak?, kesetiaan yang lebih banyak?

Aku memberikan cinta yang semakin bertambah setiap harinya. Kau akan tau jika kau mencoba untuk sedikit menatapku, sedikit saja ingin tahu, sekali saja kau berhenti untuk pura-pura tidak melihatku.

Ini adalah pengakuanku.Maukah kau menerimanya?

 

“Haruskah aku mengatakan ini semua padanya besok pagi” ucapku ragu. Pikiranku kembali menerawang jauh membayangkan laki-laki itu. Senyum aneh pun langsung tergambar diwajahku, disertai tawa tanpa alasan.

Sambil mengibas-ibaskan contekan pernyataan cinta yang kubuat setengah mati, aku menjatuhkan diri di kasur, memanjakan tubuh sejenak. Pikiranku tak bisa tenang, jantungku bahkan hampir meledak kala membayangkan hari pengakuan yang telah ku rencanakan sejak seminggu terakhir ini, akan terjadi besok.

“Huh…bagaimana ini?“ aku segera bangkit dari tidurku. Berlari-lari kecil tidak karuan untuk menjernihkan pikiran. “Huh..huh..Aku butuh udara segar” cepat-cepat kubuka jendela dan menghirup aroma udara malam dan embun yang menggelitik hidung.

“Ini hanya aku atau malam ini bintang terlihat lebih indah dari biasanya” gumamku takjub. “Hah…betapapun indahnya malam ini, aku ingin semuanya cepat berlalu. Agar pagi datang dan…dan AKU AKAN MENYATAKAN CINTAAA…!!!”

“Plakkkk…!!!” tiba-tiba benda keras menghantap keningku

“Apa kau tidak tahu ini jam berapa?!! Kenapa kau berteriak seperti itu?”

“Maaf…!”ucapku sambil sibuk mencari benda yang dipakai si tetangga melempar tadi “Ini dia. Aku akan mengembalikan sendalmu besok…!” kataku setengah berteriak.”Wah…dia memang pelempar yang jitu. Ahh..keningku benar-benar sakit.”

Malam ini berakhir dengan mendapat lemparan sandal jepit aku harap ini pertanda baik.

 

***


Tinggalkan Balasan